𝟎𝟔. 𝐉𝐚𝐭𝐮𝐡

2.7K 475 127
                                    

Kali ini Wanderer tidak pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini Wanderer tidak pergi. Matanya terus mengawasi kedua kakak-beradik yang jika ditinggal sebentar si kakak sudah hampir meregang nyawa. Walau pun tidak mati, tetap saja Wanderer akan waswas saat ia kembali [Name] sudah termutilasi.

Membawa kenangan buruk saja.

Wanderer mendengus melihat Solaris dan [Name] yang akur. Ia memang tidak pergi, tetapi bersembunyi dalam diam. Wanderer ingin tahu apa yang menyebabkan [Name] selalu dalam bahaya selama ini. Apakah memang murni kecerobohannya, atau...?

Yah, sejauh ini aman-aman saja ia perhatikan. Apakah kecurigaannya selama ini tidak benar? Pasalnya Wanderer sudah mengawasi selama tiga jam nonstop, dan tidak ada hal yang terjadi. Sepertinya murni kecerobohan? Dasar [Name].

Laki-laki itu mengambil napas, tunggu, memangnya dia bernapas? Yang jelas Wanderer sekarang melihat ke atas untuk menikmati pemandangan langit biru.

Satu detik, dua det—

"AAAHHHH!!!"

Wanderer menoleh, mendapati [Name] yang sudah terjun bebas dari tebing tinggi.

Serius? Hanya dua detik ia melihat langit?

"Si jelek ini..." Wanderer geram, ia memakai kekuatannya untuk melesat cepat menangkap sang istri digendongannya. Akhirnya setelah sekian lama Wanderer berlaku romantis dengan menggendong ala putri dan dipenuhi ekspresi galak serta khawatir di wajahnya

"T-tuan...?" [Name] terkejut, belum juga lima detik ia jatuh sudah ditangkap saja. Mana didekapnya erat banget lagi. Gadis itu mendongak, melihat wajah Wanderer yang beberapa senti ada di atasnya. Bibir itu berkedut, siap mengomel.

"Sialan, bisakah kau berhenti membuat nyawamu dalam bahaya!? Aku hanya melihat langit selama dua detik!!"

Irisnya melebar karena dibentak, segalak-galaknya Wanderer, dia tidak pernah melihatnya semarah ini, dan tadi dia bilang hanya melihat langit dua detik?? Apakah Wanderer mengawasinya selama itu?

Sadar akan ekspresi [Name] yang shock, Wanderer menetralkan emosinya. Nadanya berubah menjadi lebih dingin, "Kali ini apa alasanmu?"

"...Maaf..."

"Alasanmu?"

"Maafkan aku..."

"Aku tidak butuh maafmu. Apa alasanmu?"

"Aku... terpeleset saat mengejar Solaris..." Kepala [Name] mengarah ke tempat lain. Dia masih ada di udara bersama Wanderer, jantungnya tak tenang ketika mata indah boneka di depannya terus menatapnya intens dengan nada suara dingin yang ditekankan.

"Dia mendorongmu, ya?"

Wah, tepat sasaran sekali, Wanderer!

"T-tidak kok??" [Name] sebisa mungkin menetralkan suaranya agar tidak panik, tangannya mengepal erat.

"Tanganmu mengepal kalau berbohong."

Dari mana Wanderer tahu fakta itu?!

"Aku akan menyeretnya kembali kepada orang tuamu, tunggu di sini." Wanderer menurunkan [Name] di rerumputan di bawah pohon rindang. Panik, [Name] menarik kain yang menjuntai di topi Wanderer.

"TUNGGU! Jangan! Ibu dan ayahku sudah menitipkannya padaku! Kumohon, Tuan Wanderer!!" [Name] tahu Wanderer tidak akan semudah itu mengubah keputusannya, namun setidaknya dia harus mencoba, bukan?

"Adikmu memang tidak merepotkanku, tapi adikmu yang membuatmu harus merepotkanku. Diam di sana atau kau mau aku hukum?"

Tak ada balasan, tarikan pada topinya juga mengendur. Wanderer tersenyum senang, dia memuji, "Gadis pintar." Setelah itu tangannya mengacak rambut [Name] dan tubuhnya melayang menggunakan kekuatannya.

"Jika aku lihat kau tidak ada di sini saat aku kembali, lihat saja nanti."

"...Ya, Tuan..."

┈───────────┈

mw nakal g?

𝐂𝐀𝐑𝐄𝐋𝐄𝐒𝐒 || Wanderer x Reader ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang