"Ayo dibeli! Diskon Hari Kasih Sayang! Semua makanan manis diskon 50%! Nona, Tuan! Belilah!"
Wanderer sangat menyesal melewati Port Ormos. Terlalu banyak pedagang makanan manis menawarkan dagangannya. Bagi dirinya yang tidak menyukai makanan manis, ini adalah salah satu dari sekian banyak siksaan batin.
Hari ini adalah Hari Kasih Sayang, pasar akan dipenuhi makanan manis yang diperuntukkan pada pasangan-pasangan yang ingin merayakan Hari Kasih Sayang. Dari awal memasuki pasar, Wanderer sudah menggandeng tangannya erat, mungkin ini yang menyebabkan para pedagang melihat mereka dengan mata berkilat. Sasaran utama, begitu yang [Name] lihat.
"Tuan... tidak mau beli?"
"Ha? Kau mau memangnya?" Wanderer dengan ketus menoleh, wajahnya berubah datar ketika melihat [Name] menundukkan kepala. Oke, gadis ini mau.
"Heyy, heyy, Tuan! Astaga, pacarmu ini sangat ingin permen manis, ini, ini, ambillah! Sama sekali tidak mahal!" Melihat adanya kesempatan, seorang pedagang memberikan beberapa manisan di tangan [Name] yang nampak berbinar menerimanya. Setelah itu pedagang ini merangkul bahu [Name] dan berbisik-bisik.
Dahi Wanderer berkerut tak senang, beraninya cacing ini menyentuh kepunyaannya?
"[Name], buang itu. Kita pergi."
"U-uh, baik!" [Name] mengembalikan seluruh manisan ditangannya pada si pedagang dan memohon maaf. Tangannya ditarik Wanderer pergi menjauhi kerumunan orang yang melakukan transaksi.
Si pedagang melihat dari jauh dan menggelengkan kepalanya. "Dasar tidak romantis."
Huu, Wanderer tidak romantis.
❖
"Baru segini sudah lelah?" Wanderer bertanya, mereka sudah berjalan cukup jauh, tentu saja [Name] sedikit lelah. [Name] hanya mengangguk, ia sedikit mengantuk, jadi tanpa pikir panjang ia merebahkan diri di bekas tenda Fatui yang dibasmi mantan atasannya sendiri.
"Ya sudah tidur. Paling kalau tidak bangun kutinggal."
"Okaayy..."
[Name] memejamkan matanya, terlalu malas menanggapi Wanderer, sejujurnya ia mau sedikit manisan yang ditawarkan pedagang tadi, tapi dia sama sekali tidak memiliki uang. Tidak mungkin ia meminta Wanderer sementara sang empunya terlihat benar-benar membenci makanan manis tersebut.
Siapa tahu di mimpinya Lesser Lord Kusanali berbaik hati membiarkannya makan manisan. Ia ingin cepat-cepat tidur saja.
❖
"...Jelek, woi Jelek bangun!!"
Baru bangun dikatain, ngajak berantem?
[Name] mengumpulkan nyawa, menatap langit-langit tenda yang disinari cahaya oranye sore hari. Sudah berapa jam berlalu? Katanya Wanderer mau meninggalkannya kalau tidak bangun? Hmm, wangi apa di udara ini?
"Untukmu, makan saja sendiri."
[Name] mengedipkan matanya beberapa kali, baru saja Wanderer melemparkan kotak yang ia duga adalah makanan. Aromanya harum dan manis, apakah ini?
Ia membukanya, mendapati bahwa kotak itu dipenuhi dengan manisan. Ada pula yang masih hangat, dari aroma yang memenuhi udara, bukannya semua ini baru saja dibuat dengan tangan sendiri?
[Name] melirik Wanderer yang duduk di depan api unggun, tempat untuk memasak makanan. Boneka indah itu membelakanginya, kain panjang dari topinya tertiup angin lembut.
"Kalau tidak suka buang saja."
[Name] terkikik, berjalan mendekati Wanderer pelan dan berbisik, "Tuan mau hadiah nggak?"
"...H-hah?! Hadiah apa?!" Telinga Wanderer memerah, sejak kapan perempuan di depannya belajar menggoda? Lihat saja senyum di wajahnya itu!
"Yaa, hadiah. Tadaa!"
Oh..., kotak kecil hadiah. Kirain—
"Tidak butuh."
"Terus butuhnya apa?"
Wanderer melirik gadis yang duduk di sampingnya lama. Ia menghela napas, melepaskan topi khas miliknya untuk berbaring di paha [Name], menyamankan kepalanya.
"Diam saja, gantian aku tidur."
┈───────────┈
met valentine, terima kasih sayang dari aku yang super sibuk + abis kena spook pity 77 hahaha. <3
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐑𝐄𝐋𝐄𝐒𝐒 || Wanderer x Reader ✓
Fanfic━ 𝐖𝐚𝐧𝐝𝐞𝐫𝐞𝐫 𝐱 𝐖𝐢𝐟𝐞!𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏 𝐨𝐟 𝟐 #𝐂𝐀𝐑𝐄𝐋𝐄𝐒𝐒 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 Wanderer memiliki seorang teman, ia mencintainya jauh sebelum ia menghapus keberadaan dirinya dalam Irminsul. Karena kelakuannya itu, Wanderer harus merek...