𝟐𝟎. 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐤𝐮𝐚𝐧

3.1K 377 165
                                    

Wanderer tidak akan pernah menyangka bahwa istri dan orang yang disukainya selama ini adalah senjata Celestia yang paling mengerikan dari pada para dewa itu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanderer tidak akan pernah menyangka bahwa istri dan orang yang disukainya selama ini adalah senjata Celestia yang paling mengerikan dari pada para dewa itu sendiri. Tetapi mengapa, setelah mengetahui fakta tersebut, bukan perasaan marah ataupun kecewa yang muncul dari dalam hatinya, melainkan kelegaan dan sedikit gembira?

Apakah karena akhirnya ia mengetahui kisah terpendam [Name] yang selama ini selalu tersembunyi rapat-rapat?

Wanderer menatap [Name] yang bahkan tak berani mengangkat kepalanya, perempuan itu terus menunduk ke tanah, dan Wanderer dapat merasakan kesedihan yang dialaminya.

"...Hei," panggil Wanderer, tangan itu menangkup pipi [Name], membuat sang empunya mengangkat kepala. Kedua matanya terbelalak ketika mendapati ekspresi wajah Wanderer yang tersenyum dan menatapnya dengan hangat.

"Akhirnya kau bisa jujur juga, sialan. Aku sudah lama ingin mendengar kisahmu."

"Tuan..." Tidak marah? Tidakkah Wanderer kecewa kalau sebenarnya [Name] bertingkah seperti orang lemah yang aslinya dapat menghancurkan satu negeri seorang diri?

"Aku tidak akan marah. Menjadi boneka bukanlah keinginan kita."

[Name] terdiam, benar juga. Mereka ini sama-sama boneka. Ia pernah dengar dari pengembara bahwa Wanderer sudah melewati masa-masa yang kelam di dalam hidupnya, mirip sepertinya. Wanderer juga merasakan rasanya ditinggalkan oleh penciptanya sendiri, sama sepertinya.

"Kita tidak punya tempat untuk berpijak, pencipta kita tidak menginginkan kita lagi. Tapi, kau punya aku sekarang. Aku bisa menjadi rumahmu, bersandarlah padaku walau kau adalah makluk terkuat di bawah kekuatan para dewa." Wanderer menggenggam tangan [Name] erat, suaranya bergetar menandai bahwa ia sendiri cukup terkena emosional akibat perkataannya.

"Kau tidak bisa merubah masa lalu. Aku pernah mencobanya dan itu gagal. Makanya, bagaimana kalau kita membangun masa depan kita sendiri? Kau dan aku, kita tunjukkan pada dunia bahwa boneka juga bisa terbebas dari tali pengikatnya."

[Name] tak dapat berkata-kata mendengar ucapan Wanderer, ia bahkan tak sadar air mata sudah menetes dari kelopak matanya. Bibirnya bergetar, ia tersenyum dan tertawa pelan, kemudian menggenggam balik tangan Wanderer yang menggenggamnya erat.

"Kita kan dibuang bukan bebas sendiri, Wan."

Alis Wanderer berkedut, baru dihibur sedikit sudah ngelunjak lagi.

"Tunggu, kau panggil aku apa tadi?"

"Tuan."

"...Oh, begini kelakuan istriku yang sebenarnya. Aku mengerti sekarang."

"Begini bagaimana, Tuan?" [Name] menghindari tangan Wanderer yang mencoba mencubit pipinya, wajahnya tetap menampilkan senyum setelah air mata yang sempat menetes telah diusap lembut oleh jemari Wanderer.

"Bersyukur aku mencintaimu, Jelek."

"Aku juga mencintai Tuan Wanderer. Mari berkelana ke tempat lain, Tuan."

"Ayolah. Gausah nangis lagi, Jelek tau."

"Iya. Terima kasih, Tuan."

"Ngomong-ngomong, ternyata kau memang ceroboh dari dulu ya."

"Maksudnya?"

"Tuh, sampe dibuang."

"...Tuan.."

┈─────𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓─────┈

yaudah, gitu doang... tamat guys :D

terima kasih banyak atas dukungan kalian selama ini huhuhu akhirnya tamat buku kedua—

selanjutnya ap yaa xixixi

𝐂𝐀𝐑𝐄𝐋𝐄𝐒𝐒 || Wanderer x Reader ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang