Part 6: Obsesi Baru [Revised]

12.8K 268 6
                                    

Mature Scene 21+

Kedatangan Nenni hari ini benar-benar membuat Bara terkejut dan tidak bisa berkutik. Wanita itu benar-benar tahu kelemahan Bara dan pandai menggunakannya. Apalagi ada Mae tadi yang melihat bagaimana Nenni memeluk dan menciumnya. Gawatnya lagi adalah dirinya yang langsung menyambut Nenni begitu saja. Sepertinya rasa frustasinya pada Mae beberapa waktu ini yang tidak bisa disalurkan meledak dan Nenni hadir sebagai pelampiasannya.

Sialan!

Tidak, Bara tidak mengucapkannya dengan perasaan negatif. Umpatan barusan itu bermakna positif baginya. Karena sekali lagi ia jatuh dalam perangkap mantan istrinya itu.

Ya, mantan istri.

Bara Wajendra bukanlah pria bujang yang belum pernah menikah. Ia pernah menikah. Bara sebenarnya berstatus duda tanpa anak. Pernikahannya dengan Nenni dilaksanakan di luar negeri secara diam-diam. Bahkan keluarganya sendiri pun tidak tahu bahwa Bara sudah berstatus duda.

Bertahun-tahun lalu saat ia sedang menempuh pendidikan masternya di Boston, Bara bertemu Nenni, gadis asal Indonesia juga yang masih kuliah S1. Mereka saling menyukai, lalu keduanya memutuskan untuk berpacaran. Beberapa bulan kemudian Bara melamar Nenni dan mereka menikah. No family, just friends.

Hal yang sangat ceroboh jika dipikir-pikir sekarang. Mereka berdua tak mengindahkan nasihat kawan-kawan mereka di sana dan tetap keukeuh mengucap janji setia. Ada dua kali pernikahan terjadi saat itu. Di Islamic center, lalu diikuti dengan pemberkatan di gereja.

Mereka berdua memiliki keyakinan berbeda, jadi tidaklah mungkin mereka mengundang keluarga masing-masing. Bara tidak ingin membuat orang tuanya kecewa tapi di lain pihak, ia sangat mencintai Nenni. Berbekal keyakinan itu lah keduanya menikah.

Namun, entah mengapa gejolak cinta saja ternyata tidak bisa menyangga kehidupan rumah tangga mereka. Bara dan Nenni sering terlibat pertengkaran yang akhirnya diakhiri dengan perselingkuhan Nenni dengan seorang warga lokal Boston. Bara memergoki istrinya bercumbu dengan pacar bulenya.

Oh, jangan kalian pikir Bara akan mengamuk dan marah-marah lalu menghajar kedua orang yang mengkhianatinya itu. Tidak sama sekali. Bara bahkan membiarkan Nenni dan selingkuhannya untuk bebas. Pria itu merasa bahwa dirinya memang tidak akan pernah cukup untuk Nenni. Mereka berbeda. Bara tidak ingin melepas agamanya, begitupun Nenni. Karena sumber pertengkaran mereka akhir-akhir ini selalu kembali lagi ke topik yang sama. Keyakinan.

Bara dan Nenni sepakat untuk bercerai setelah Bara menyelesaikan masternya. Ia akan kembali pulang ke Indonesia dan Nenni akan menetap di Boston untuk meneruskan kuliahnya lagi. Mereka berdua berpisah baik-baik. Pelukan Nenni berikan saat Bara akan pulang. Bara pun menyimpan nama Nenni di hatinya meskipun di dalam sebuah kotak yang sudah tertutup dan ia sisihkan di pojokan. Ia tidak pernah menyentuh kotak itu lagi. Namun kedatangan Nenni hari ini otomatis membuat Bara kembali mengingat keberadaan kotak itu.

Dan kelemahan Bara yang Nenni ketahui adalah bercinta. Dengan Nenni.

Sejak perceraiannya, Bara tidak pernah lagi merasa bercinta dengan seorang wanita. Selama ini ia hanya memuaskan nafsu kelelakiannya dengan cara melakukan penetrasi ke lubang senggama wanita. Sedangkan rasa di dadanya seakan acuh tak tersentuh.

What a douchebag, right?

Ciuman tiba-tiba yang Nenni lakukan tadi seakan-akan membuka lagi gairah bercinta Bara. Tanpa ia sadari ternyata masih ada setitik rasa untuk mantan istrinya. Apakah ini tanda saatnya mereka akan kembali bersama?

Tidak. Bara meyakinkan dirinya bahwa tidak akan lagi dirinya bermain-main dengan keyakinan. Meskipun tahu dirinya brengsek dan tidak bisa dibilang alim, tapi satu hal itu saja baginya yang akan dijaganya seumur hidup.

Setelah melakukan dua sesi bercinta, Nenni mengatakan pada Bara bahwa ia akan menikah minggu depan di Bali dengan seorang pengusaha asal Boston. Nenni datang hanya untuk mengabari hal itu dan untuk memberikan Bara sekedar jatah terakhir untuk mantan. Tentu saja wanita itu berharap Bara mau datang.

Bara akui ada sedikit kekecewaan dalam hatinya karena mantan terindahnya akan menikahi laki-laki lain. Tapi ia sembunyikan kekecewaan itu di depan Nenni. Bara tersenyum dan memberikan selamat pada mantan istrinya dengan tulus.

Mereka berdua berbincang-bincang banyak untuk menyambung tali silaturahmi. Dan sebelum Nenni beranjak pergi, tiba-tiba saja dengan spontan Bara meminta Nenni untuk mau sekali lagi memperlihatkan kedua payudaranya.

Awalnya Nenni bingung tapi akhirnya menuruti permintaan Bara. Karena pakaiannya yang sangat minim, Nenni hanya butuh menyingkirkan kedua bagian bikini yang menutupi buah dadanya. Setelah terlihat, hal yang Bara lakukan adalah segera meremasnya dan langsung melahapnya. Tidak lama kemudian Bara mulai menggunakan mulutnya untuk menghisap layaknya anak kecil yang sedang menyusu. Hanya saja gerakannya sama sekali tidak santai.

"Bar, sejak kapan kamu jadi doyan nyusu gini sih? Dulu kayaknya nggak begini deh?" Tanya Nenni terheran-heran melihat mantan suaminya itu.

"Nggak tahu. Tiba-tiba pengen aja," Jawab Bara datar. Ia sendiri tidak tahu kenapa, tapi sejak mimpi-mimpinya dengan Mae berturut-turut mendatanginya hampir tiap malam, Bara selalu ingin mencoba untuk melakukan hal ini kepada Mae dan selalu gagal! Tiap kali selalu terlanjur bangun duluan sebelum mulutnya menyentuh ujung puting susu sekretarisnya.

"Cari dong perempuan yang nenennya enak. Eh, eh, jangan ditarik-tarik, Bego!"

Bara menghabiskan hampir setengah jam melahap habis kedua payudara Nenni dan masih menambah beberapa hisapan lagi di ambang pintu ruangannya dan berakhir dengan Nenni yang merengek kesakitan.

Setelah berhasil menghisap puting susu wanita, Bara seakan masih belum puas karena apa yang ia kira akan didapatkan dengan melakukan itu, tidak dapat ia rasakan. Masih ada yang hilang. Masih ada yang kurang yang didambakannya. Tapi apa itu Bara juga belum mengetahuinya.

Kini di tangannya, Bara menggenggam undangan pernikahan Nenni. Bara akan datang, tapi ia tidak akan datang sendirian.

***

Keadaan Maesaroh sama sekali tidak baik-baik saja. Masih terngiang-ngiang di telinganya bagaimana suara kecipak hisapan mulut Bara siang itu. Mae beruntung ia tidak melihat secara langsung namun suaranya itu mengganggu sekali dan membuat Mae tanpa sadar selalu melihat ke dadanya sendiri. Bagaimana mungkin seorang pria dewasa menyusu pada wanita!

Apalagi Pak Bara kan berewokan, ih! Apa nggak geli sih si Mbaknya itu?! Ngebayanginnya aja gue kegelian sendiri...

Hah?

Ngapain gue bayangin, Woy!

Tuh, kan gue ikutan gila kayak bos gue lama-lama.

TBC

Bara & Mae [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang