Part 33: Kekhawatiran Mae

3.3K 128 1
                                    

Lanjut yuukk!!

Jangan lupa VOTE dan KOMEN!!! 🙏🏻

Semakin banyak vote dan komen semakin cepat aku update!!😘

Sorry for typo 🙏🏻

Happy reading!!

Keesokan harinya kantor agaknya gempar dengan berita bahwa Nasayu mengundurkan diri. Harusnya ia tidak bisa langsung berhenti begitu saja karena batas maksimal pemberitahuan sebelum resign itu adalah dua minggu. Tapi dikatakan karena urgent, entah kenapa pengunduran diri Nasayu kini sudah di acc.

Sejak pertama kali mendengar tentang hal itu, Mae sudah berkutat dengan ponselnya. Mencoba menghubungi Nasayu, tapi tak juga mendapat respon. Ada kekhawatiran timbul yang membuat gadis itu gelisah. Sampai Bara datang pagi itu pun, Mae masih belum bisa tenang sampai Bara sendiri bisa merasakannya. Mae tidak bisa rileks walau bagaimanapun pacarnya sudah mencoba untuk merangsan payudaranya seperti biasa.

"Ada apa, Yang? Kamu sepertinya gelisah?" Tanya Bara.

Mae berusaha mengatur ekspresi wajahnya. Tapi ternyata gagal. Selama ini orang-orang banyak mengatakan bahwa Mae itu seperti open book. Kalau sedang bahagia, kelihatan. Kalau sedang nggak mood, juga kelihatan. Apalagi kalau sedang gelisah seperti ini. Tentu saja dengan mudah Bara mengetahuinya.

Mae menatap wajah khawatir Bara. Ia menimbang-nimbang apakah harus ia ceritakan padanya? Tapi dirinya sudah berjanji dengan Nasayu tidak akan ikut campur. Tapi sekarang ia bahkan tidak bisa memghubungi temannya itu. Apa yang harus Mae lakukan?

Baiklah. Setidaknya ia harus tahu apa alasan yang Nasayu pakai untuk berhenti dari pekerjaannya. Dan satu-satunya cara adalah dengan bertanya pada Bara. Kemungkinan besar pria itu tahu.

"Mas, kamu dengar soal sekretaris Pak Baskara, Nasayu, yang berhenti tiba-tiba itu, nggak?" Tanya Mae, sambil mengusapi pipi Bara yang mulutnya masih menempel di payudaranya.

Bara menghentikan kulumannya. Ia keluarkan puting susu Mae sebelum menjawab. "Saya juga tidak begitu paham. Tapi memang pagi ini Baskara marah karena sekretarisnya tiba-tiba berhenti."

"Alasannya apa, Mas?" Telisik Mae, mencoba untuk menggali informasi.

Bara terlihat sedikit berpikir. Tapi akhirnya malah mengendikkan bahu dan kembali menikmati rutinitas paginya.

Mae berdecak kecewa. Kalau Bara saja tidak tahu, bagaimana ia bisa tahu kenapa Nasayu tiba-tiba sekali berhenti kerja. Mae pikir temannya itu akan berhenti kerja setelah usia kandungan tidak bisa disembunyikan lagi. Apalagi dulu saat pertama kali mereka berkenalan dan mulai dekat, Nasayu pernah bercerita bahwa ia hanya hidup berdua dengan ibunya saja yang sedang sakit. Sumber penghasilan adalah dari Nasayu seorang. Jika kini gadis itu berhenti, maka bagaimana mereka bisa menyambung hidup.

Haaaaahh... Nasayu, kenapa nggak bilang gue dulu sih kalau mau berhenti mendadak begini? Sesal Mae dalam hati. Mae sangat mengkhawatirkan temannya itu sampai tidak sadar kalau Bara sudah tidak lagi di posisinya semula. Kekasihnya itu kini memperhatikannya dari samping.

"Sayang," Panggilnya. Bara menyentuh dagu Mae dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Setelah Mae menatapnya, Bara turunkan tangannya lalu ia letakkan lagi di dada telanjang Mae.

"Eh! Lho, udahan?" Mae menunduk ke bawah dan hanya melihat tangan Bara di payudara kanannya, meremas-remas di sana.

"Gimana mau konsen nenen kalau kamu aja nggak konsen nenenin saya?" Begitu jawabnya. Bara kemudian memeluk Mae lalu mencium pelipisnya. Berdiam lama di sana. "Kenapa, Yang?"

Bara & Mae [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang