Pagi itu Bara terbangun dengan kepala berdenyut-denyut. Rasa pusingnya bahkan tidak hilang meskipun ia sudah menelan sarapan dan akhirnya duda berewokan itu harus menahan denyutan yang menyiksanya itu sampai ke kantor. Kalau biasanya Bara suka menyetir kemana-mana sendiri, kali ini seorang supir mengantarkannya kerja hari ini dikarenakan tidak mungkin menyetir sendiri dengan keadaan yang sedang tidak fit.
Semalam mungkin ada satu kali pria itu akhirnya harus mandi dengan air dingin karena gairahnya yang sulit dipadamkan. Meskipun ia sudah berdiri di bawah pancuran air dingin dan mengajak kerja sama juniornya untuk menghentikan kegilaannya, tapi tetap saja gagal. Wajah cantik dan tubuh Mae yang sangat indah itu tetap terpatri di dalam kepalanya tiap kali matanya terpejam. Hal itu juga yang mengakibatkan dirinya berangkat ke kantor dengan perasaan gelisah dan badan yang tidak fit. Bisa jadi kegiatan mandi malamnya lah penyebabnya karena Bara memang berada di kamar mandi sangat lama semalam.
Mae yang sudah duduk manis di balik meja kerjanya, mengerutkan kedua alisnya yang rapi saat melihat Bara melewati meja kerjanya begitu saja. Tanpa ada sapaan selamat pagi yang ekstra dan kedipan mata yang genit seperti biasanya.
"Kok mukanya Pak Bara agak pucet, ya?" Ujarnya heran setelah Bara masuk ke dalam ruangan. Meski sekilas, tapi bisa Mae ketahui kalau wajah atasannya itu agak pucat dan terlihat tidak sehat.
"Apa lagi sakit, ya?" Gumamnya lagi sambil mulai mengecek lagi catatan jadwal hari ini. Ia mengambil Ipad kerjanya lalu beranjak menyusul Bara.
Sebelum masuk, Mae berhenti sejenak. Atasannya terlihat tidak mood pagi itu dan bisa gadis itu bayangkan bagaimana harinya akan berlalu dengan keadaan Bara yang terlihat tidak bersahabat itu.
"Ya sudahlah. Kalau marah tinggal didengerin aja." Putus gadis itu pasrah sambil mengendikkan bahunya yang ramping.
"Pak, saya masuk, ya," Ujarnya setelah mengetuk pintu dua kali.
"Masuk saja, Mae!" Sahut Bara dari dalam.
Mae membuka pintu setelah diizinkan pemilik ruangan untuk masuk. Ketika sudah di dalam, Mae melihat Bara menopangkan kepala pada lipatan tangannya di atas meja.
"Pak, Anda baik-baik saja?" Mae berjalan mendekati Bara. Firasatnya benar, kan.
Mae meletakkan Ipad nya di atas meja kerja Bara. Gadis itu memutari meja dan mendekati sosok yang masih menyembunyikan wajahnya itu. Ia masih menjaga jarak demi kesopanan.
Tidak mendapatkan respon apapun, Mae mencoba lebih mendekat. Mae hampir saja mengguncang pundak Bara, tapi sempat ia tahan karena khawatir kalau saja Bara marah jika ia melakukannya.
"Mae," Gadis itu sedikit terkejut. Ia mundur untuk menghindar. Itu adalah gerakan refleknya ketika tiba-tiba Bara memanggilnya sambil menegakkan tubuhnya pelan-pelan.
"Ngagetin banget, sih, Pak! Saya kira tadi sampeyan tidur." Hardik Mae tanpa sadar dengan ketidaksopanannya.
Bukannya marah, Bara malah tersenyum geli melihat tingkah sekretarisnya yang mengomelinya tanpa peduli sama sekali dengan posisi dirinya yang seorang atasan di tempatnya kerja. Sepertinya pria berusia 36 tahun ini memang sudah kebal dengan omelan sekretarisnya yang lebih muda ini.
"Dih, malah senyam-senyum." Cibir Mae sambil membalikkan tubuh dan berjalan menjauh. Ia mengambil Ipad-nya lagi dan membukanya untuk membacakan agenda penting hari ini.
Bara memperhatikan dengan cermat apa yang Mae sampaikan dan mengingat kembali apa-apa saja isi agendanya dan mulai mengatur sendiri di dalam kepalanya prioritas apa saja yang harus ia lakukan hari ini.
"Itu saja, Pak, untuk hari ini. Ada yang mau diubah atau ada tambahan lagi?"
"Sepertinya tidak ada, Mae. Kamu bisa kembali bekerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara & Mae [COMPLETED]
RomanceMATURE STORY (21+) Not children area here!! Baca dengan kesadaran masing-masing ya Follow authornya juga jangan lupaaaaa Ngga ada jadwal tetap update 🙏🏻 Romansa 21+ Kehidupan kantor Bara Hadi Wajendra dan Maesaroh, sekretarisnya, menjadi lebih ru...