"Raline?"
Rossaline yang lebih dulu menyadari sosok yang berada di dalam mobil Bara yang kacanya terbuka. Rossaline langsung berlari, ia bahkan sampai menabrak tubuh jangkung sang suami yang mematung mengamati sosok Raline yang masih berada di dalam mobil.
Rossaline sampai di hadapan sang putri, perasaannya menjadi lega mengetahui jika sosok yang mereka khawatirkan berada di hadapannya.
"Raline sayangku .... " lirih Rossaline yang tanpa sadar sudah menangis di hadapan putrinya yang masih berada di dalam mobil.
Raline gadis kecilnya yang sudah sangat di rindukan itu akhirnya pulang. Gadis yang selalu ia rindukan setiap malam kini berada di hadapannya. "Mommy," ucap Raline pelan.
Pak Usman memilih undur diri untuk kembali ke pos jaganya. Berbeda dengan Rossaline yang langsung menghampiri putri mereka, Rajendra memilih diam memperhatikan interaksi antara ibu dan anak yang sudah lama tidak bertemu itu. Ia bukannya tidak senang melihat kepulangan Raline, perasaannya justru sangat lega melihat Raline pulang dan juga tujuan putri itu kabur dari Bara adalah ke rumah ini.
Raline yang melihat Rossaline menangis segera membuka pintu mobil dan memeluk sang ibu dengan erat, dan mulai menumpahkan semua tangisnya. Sakit karena selama ini telah menciptakan jarak di antara mereka, dan juga sakit karena merindukan mereka selama ini. Rajendra tersenyum seraya menghapus air mata yang tiba-tiba mengalir membasahi wajahnya, pemandangan dua orang wanita yang di cintainya tengah sama-sama menangis membuat dirinya ikut terharu. Ia merogoh ponsel dan menghubungi nomor Bara, "Bara, tidak perlu mencari Raline. Kembalilah ke kantor, Raline sudah pulang," ucapnya lalu ia memutuskan sambungan teleponnya.
Rajendra masih berdiri di tempat yang lumayan jauh dari Raline dan juga Rossaline ia membiarkan sang istri memeluk putri mereka lebih dulu, karena ia tahu jika istrinya diam-diam sering menangis dan memasuki kamar milik Raline yang kosong setelah keputusannya meninggalkan rumah.
Raline terisak di dalam pelukan hangat yang sudah sangat ia rindukan ini, ia meruntuki dirinya yang betapa bodohnya memilih bersama Davin yang ternyata malah menikamnya dengan ratusan pedang hingga hancur berkeping-keping. "Maafkan Lin, Mom. Maaf karena Lin sudah bersikap bodoh,"
Rossaline melepaskan pelukannya, menangkup wajah Raline yang basah oleh air mata. "Jangan meminta maaf sayang, kau sama sekali tidak memiliki salah apa pun. Jangan menangis lagi sayang .... "
Mendrangar ucapan sang ibu, Raline kembali terisak. Betapa bodohnya ia meninggalkan ibu yang penuh cinta seperti ni, bahkan setelah ia yang meningalkan mereka Rossaline masih sangat baik kepadanya dengan mengirimkan makanan serta kue-kue buatannya melalui Rasya, dan sekarang Rossaline masih memanggilnya 'sayang' seperti dulu.
"Jangan menangis sayang .... "
Rasanya kata maaf saja tidak cukup setelah apa yang telah di lakukannya, ia bahkan masih ingat jika ia yang berteriak kepada sang ayah di rumah ini dan juga membentak sang ibu karena merasa tidak ada yang membela dirinya di rumah ini saat ia ingin mempertahankan Davin. Raline melepaskan tangkupan tangan sang ibu dan tanpa Rossaline duga ia langsung berlutut di hadapannya.
Rossaline terkejut, "Sayang! Bangun nak, jangan seperti ini!"
Raline menggeleng masih berlutut di bawah kaki sang ibu dengan masih terisak, "Mom, Raline meminta maaf atas semua kesalahan yang Raline lakukan selama ini kepada Mommy, dan juga Daddy,"
Rossaline menggeleng ia turut berlutut dan mem]narik sang putri ke dalam pelukannya seraya menghujani kepala putrinya dengan ciuman penuh cinta, "Tidak perlu meminta maaf, dan seperti ini sayang. Kau sudah mau pulang saja itu sudah cukup Nak. Mommy dan Daddy tidak marah atau membencimu, kami tetap mencintaimu. Mencintai Raline gadis kecil kami seperti dulu,"
Kedua ibu dan anak itu masih saja menangis karena kerinduan yang selama ini sudah mereka tahan sangat lama, dan semuanya tumpah hari ini.
"Mommy-mu benar nak. Kau sudah mau pulang saja itu sudah cukup bagi kami,"
Kedua wanita Alister itu mendongkak, dan terkejut melihat sosok pria yang berdiri tegap di samping mereka. Rajendra lantas merentangkan kedua tangannya meminta pelukan kepada putrinya seraya tersenyum, begitu pun dengan Rossaline ia juga tersenyum tipis dan melepaskan pelukannya dari Raline. Raline langsung berdiri dan mengahmbur memeluk sang ayah. "Ouh! putri Daddy sudah semakin besar ternyata ya," godanya setelah Raline memeluk lehernya dengan sangat erat seraya terisak. Rajendra menghela napas, ia lega akhirnya keluarga mereka akan kembali lengkap. Rajendra mengulurkan tangannya yang lain kepada Rossaline agar bangkit dan bergabung memeluknya bersama dengan Raline. Pagi ini adalah pagi yang membawa cinta yang sempat hilang di keluarga Alister itu kembali datang melengkapi kebahagiaan keluarga itu.
Berbeda dengan keadaan keluarga Alister yang penuh suka cita karena putri mereka sudah pulang, maka di kediaman Angkara tengah ada perseteruan antara Yudha Angkara, dan Katrina Ratu Angkara. "Bagaimana bisa kau ingin menikahi kekasih oranglain hah?" bentak Yudha Angkara.
Sang menteri itu memijat pelipisnya. Ia benar-benar pusing dengan kelakuan putri semata wayangnya itu, bagaimana tidak Yudha sudah di kejutkan pagi-pagi dengan kabar putrinya yang akan menikah dengan Davin Spencer kekasih dari Raline Shakira Alister.
"Aku berani sumpah jika sebelumnya kalian tidak saling mengenal, kan?"
Katrina merotasi bola matanya dengan malas, ia yang duduk di sofa ruang keluarga seraya menyilangkan kakinya itu menatap sang ayah dengan malas. "Kami saling jatuh cinta pada pandangan pertama ayah! Lalu, Davin bilang ia sudah putus dari Raline, itu berarti sah-sah saja jika aku dan Davin akan menikah!" serunya.
"Apa yang sebenarnya kau rencanakan hah? Jika kau memang ingin membuat Ayah mengundurkan diri, ayah akan tetap pada pendirian ayah. Ayah tidak akan mengundurkan diri!"
Katrina terkekeh pelan. "Ya sudah, jika begitu. Ayah juga seharusnya tidak perlu lagi mengurusi kehidupanku."
"Katrina!" sentaknya kesal. Ia benat-benar tidak percaya jika putrinya akan menjadi pembangkang seperti ini.
"Aku hamil!" serunya seraya meletakkan tiga buah testpack di atas meja yang menunjukkan dua garis merah.
Yudha menggeram kesal. Merampas dan melempar semua benda itu ke atas lantai dengan marah. "Keterlaluan Kau Katrina!!" geramnya dengan wajah merah padam dan gigi yang bergemelatuk menahan amarah. Putri semata wayangnya itu benar-benar telah mencoreng wajahnya.
"KENAPA KAU BISA MELAKUKAN INI SEMUA KEPADA AYAH!!"
Katrina tidak bergerak sama sekali dari posisinya padahal sang ayah sudah berdiri dan menunjuk wajahnya dengan penuh amarah. "Ayolah yah, zaman sekarang hal itu sudah bukanlah hal yang memalukan,"
Yudha melotot tajam. "Bukan hal yang memalukan katamu? KAU SUDAH GILA KATRINA!"
Katrina mengangkat bahu acuh, seolah kemarahan Yudha tidak berefek apa pun kepadanya. Ia berdiri dan menghadap ayahnya, "Jangan coba-coba untuk mengacaukan pernikahanku dengan Davin, jika tidak mau kabar kehamilanku sampai ke media dan membuatmu lebih malu lagi daripada ini!" bukannya takut, Katrina malah mengancam ayahnya.
Prang!
Yudha membanting vas bunga di atas meja setelah putrinya berjalan ke kamarnya, meninggalkan dirinya yang sedang di penuhi amarah dan kecewa.
"Tuhan ... Dosa apa yang pernah kulakukan sampai engkau memberikanku cobaan seperti ini?" lirihnya seraya mengusap wajahnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Hati Nona Presdir [Alister Series III]
RomanceRaline Shakira Alister sang nona presdir dari Raline INC, adalah sosok wanita cantik yang penuh kharisma, dan menjadi wanita idaman semua pria di muka bumi ini. Bukan hanya karena memiliki paras yang cantik, mata tajam, dan tubuh yang ramping. Ralin...