PHNP-14 || KEKECEWAAN RALINE

113 15 4
                                    

"Ck! Si bodoh ini benar-benar sangat percaya diri sekali,"

Mendengar ucapan Evelyn, sontak saja membuat Davin naik pitam sampai rasanya ingin menampar wajah sombong dari anak Karel Alister itu. Namun kemudian Ia menatap Katrina yang juga ikut tertawa, dan sekali lagi membuat Davin bertanya-tanya apa yang lucu dari ucapannya.

"Menikah katamu?" Katrina mencoba menghentikan tawanya begitu pun dengan Evelyn. "Apa yang membuatmu percaya diri seperti ini Davin?"

Davin mengerutkan keningnya, "Apa? Apa maksudmu?" tanyanya. "Tentu saja karena kau tengah mengandung anakku!" Davin benar-benar tidak mengerti mengapa Katrina bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Bukankah sebelumnya Katrina juga sepakat untuk menikah dengannya?

"Katrina .... "

Katrina mengangkat tangan, meminta Davin untuk berhenti berbicara. "Mengandung? Siapa yang mengandung anakmu? Eve, kau dengar apa katanya tadi? Dia bilang aku mengandung anaknya? Ha ha ha!"

Lagi, dan lagi kedua wanita itu kembali tertawa. Evelyn menunduk, menyejajarkan wajahnya dengan Davin yang tampak mulai kesal, "Bagaimana bisa orang yang tidak pernah melakukan apa pun bisa mengandung?" ucapnya seraya menekan dada Davin dengan telunjuknya. "Konyol sekali!"

Davin mengetatkan rahangnya, otaknya mulai mengerti sekarang, jadi dua wanita ini menjebaknya? Membuatnya seolah tidur dengan Katrina, membuat skenario kehamilan, sampai semua hal yang ia pikir nyata ternyata hanya tipu muslihat kedua wanita ini.

Evelyn memundurkan wajahnya, berdiri tegak seraya bersedekap dada. "Mimpimu telalu tinggi Davin," ejeknya.

Katrina langsung memberi kode kepada Evelyn dengan lirikan matanya yang langsung di balas dengan anggukkan dari Evelyn, kemudian anak tunggal Karel Alister itu tampak menjentikkan jarinya, dan datanglah dua sosok pria bertubuh besar. "Bawa bedebah ini ke tempat yang sudah ku beritahu!" titahnya.

Kedua pria itu lantas segera memegang kedua tangan Davin, sontak pria bermarga Spencer itu langsung memberontak, namun kekuatannya tidak sebanding dengan orang suruhan Evelyn yang langsung menyeret Davin keluar.

Ketika pintu terbuka Davin berpapasan dengan sosok cantik Raline Shakira Alister, yang juga membuat Evelyn dan Katrina terkejut. Davin menyunggingkan senyum, "Hai Raline!" sapanya.

Raline menatap ke dalam cafe, dimana Evelyn dan Katrina tampak bersama, lalu ia beralih menatap dua orang yang memegangi kedua tangan Davin, ia tahu jika mereka adalah orang-orang Alister.

"Taraaa!! Surprise! Kau pasti tidak menyangka kan, jika saudaramu bersekongkol untuk menyakitimu," ucap Davin.

Raline mengepalkan kedua tangannya, melihat sosok Evelyn yang berjalan dengan cepat ke arahnya. "Tutup mulutmu!" Evelyn membentak Davin. Lalu ia menatap Raline, "Lin, jangan dengarkan omong kosong bedebah ini, aku--"

"Lalu siapa yang harus aku percaya?" lirihnya, kedua matanya menatap Evelyn dengan penuh kecewa, sama sekali tidak menyangka jika Evelyn orang yang sangat ia sayang tega melakukan ini semua kepadanya.

"Lin ... " Evelyn meraih tangan Raline, namun dengan kasar di hempaskan oleh sang empunya.

Tatapan Raline beralih kepada Katrina yang kini juga berdiri berdampingan dengan saudaranya. Ia tersenyum getir, memang tidak ada yang bisa di percaya di dunia ini.

"Raline, dengar dulu. Aku bisa menjelaskan--"

"Saudaramu ini menjebakku, membiarkanku mabuk dengan Katrina, lalu membuat kami tidur bersama,"

"Diam brengsek!" Evelyn sangat ingin menghajar wajah Davin sekarang, mengapa ia membuat semuanya menjadi runyam begini. "Raline, dengar dulu. Tolong jangan dengarkan ucapan bedebah ini. Demi tuhan Raline, aku sama sekali tidak ingin menyakitimu, dengan membuatmu terus--"

"Cukup Evelyn!" selanya seraya membentak. "Jika hari ini aku tidak datang kemari, aku tidak akan pernah tahu jika di balik semua kejadian yang ku alami ini adalah skenariomu,"

"Raline. Tolong jangan membenci Evelyn, aku akan menjelaskan semuanya pada--"

"Tidak Katrina! Aku hanya kecewa. Kenapa orang terdekatku bisa melakukan hal ini?"

Evelyn menggelengkan kepalanya. Ia bahkan berlutut di hadapan Raline, "Raline, aku berani bersumpah atas nama Tuhan. Ini semua tidak seperti apa yang kau pikirkan, aku dan Katrina--"

"Stop! Aku tidak mau lagi mendengarkan apa pun. Aku cukup tahu, ternyata persaudaraan kita tidak sedekat yang ku pikirkan," seraya mengusap air mata di wajahnya, Raline langsung bergegas meninggalkan cafe, dan Evelyn yang terus memanggil namanya dan mengejar kepergian Raline, meski pada akhirnya ia tidak bisa mengejar Raline yang sudah melesat dengan mobil miliknya.

Evelyn meremas rambut panjangnya, berjalan dengan penuh amarah ke arah Davin, "Lenyapkan bedebah ini. Jangan sampai meninggalkan jejak, jika bisa hilangkan juga jasadnya!" Evelyn Queensa Alister benar-benar sudah sangat marah. "Ah, aku berubah pikiran. Siksa ia, biarkan bedebah ini hidup sampai aku datang untuk mencungkil kedua bola matanya!"

Davin seketika bergidik seraya menutup kedua matanya. Membayangkan Evelyn yang akan mencungkil kedua bola matanya.

Oramg suruhannya bergegas membawa Davin ke sebuah tempat yang sangat jauh dari kota dengan mata Davin yang di tutup oleh kain tebal.

Evelyn benar-benar ingin membunuh Davin dengan tangannya sendiri.

****

Beberapa saat lalu ....

Drrt drrrt

Raline mengerutkan keningnya di saat ponsel miliknya bergetar, ada panggilan masuk dari nama Meysa. "Meysa? Kenapa tiba-tiba menelpon? Apakah ibunya kembali kambuh?" gumamnya.

Tanpa membuang waktu, ia bergegas menjawab panggilan dari Meysa yang sudah bersahabat dengannya sejak.di bangku SMA. "Mey? Ada apa? Apa ibu baik--"

"No! Ini bukan soal ibu. Ada Evelyn dan Katrina di cafe tempatku bekerja,"

"Evelyn?" tanyanya, bukankah saudaranya itu baru saja pulang beberapa saat lalu dari sini?

"Lin, kau masih disana?"

"A-ah iya. Tunggu, maksudmu Evelyn dan Katrina tunangan Davin bertemu?"

"Iya! Aku saja kaget saat melihat mereka bersama,"

Raline tampak diam beberapa saat, kepalanya penuh dengan banyak pertanyaan yang tiba-tiba bermunculan. "Mey, bisa kau alihkan ke panggilan video?"

"Tunggu sebentar! Kebetulan jarak mereka dekat denganku,"

"Iya, tolong ya Mey!"

Meysa melakukan apa yang Raline perintahkan ia dapat melihat jelas Evelyn dan Katrina disana mereka bahkan sangat akrab, lalu Katrina keluar dan tak lama kembali muncul dengan Davin yang mengekorinya. Ia lantas mengetik pesan kepada Meysa agar jangan mematikan sambungannya karena ia akan segera kesana, kebetulan cafe tempat Meysa bekerja cukup dekat dari rumah Alister.

Raline mendengar semuanya. No! Ia tidak kecewa karena Evelyn melakukan ini semua, ia hanya kecewa mengapa Evelyn sampai mengorbankan banyak hal untuknya?

Ia kecewa, mengapa Evelyn mau bersusah payah membuat skenario di tengah padatnya jadwal pemotretan, dan iklan yang ia jalani. Berapa banyak uang yang Evelyn keluarkan untuk menjalankan semua rencananya?

Ya, ia hanya marah kepada dirinya sendiri yang sama sekali tidak sadar jika selama ini di permainkan dan di peralat oleh pria bedebah itu.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponselnya, itu dari Meysa.

[ Jangan marah pada Evelyn. Justru karena ia dan Katrina, kau jadi tahu jika pangeranmu itu adalah seorang penyihir jahat!]

Raline terkekeh pelan, Meysa ini bagaimana bisa mengibaratkan Davin dengan 'Pangeran' dan 'Penyihir' yang identik dengan buku dongeng pengantar tidur anak-anak.

Ck! Meysa ini terlalu polos!

Ia kembali melajukan mobilnya ke apartemen Evelyn, ia ingin meminta maaf dan mendengar semua yang sebenarnya terjadi.

Penakluk Hati Nona Presdir [Alister Series III]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang