Dengan napas yang memburu, keduanya saling menatap dengan tatapan sayu. Raline bahkan masih tidak percaya jika Elang begitu buas seperti harimau yang kelaparan saat melahap bibirnya.
"Apa aku menyakitimu?" tanyanya dengan raut khawatirnya.
Raline menggeleng, "Aku baik-baik saja Elang,"
Terdengar helaan napas, sebelum akhirnya Elang menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Raline yang masih bersandar di daun pintu, dengan kedua tangan Elang yang melingkari pingganggnya. "Maafkan aku,"
Raline mengusap rambut hitam Elang, "Jangan meminta maaf. Apa kau menyesal melakukannya?"
Mendengar itu, Elang langsung mengangkat wajah dan menggeleng. "Tidak. Aku hanya--khawatir kau merasa tidak nyaman karena aku yang melewati batas ini,"
Raline mendengkus pelan. Ia menangkup wajah Elang dengan kedua tangannya. "Elang, aku tidak apa-apa oke. Aku malah suka denganmu yang melewati batas. Sekarang bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
"Kita. Hubungan kita bagaimana?"
Elang meraih kedua tangan Raline di wajahnya lalu mengecupnya dengan sangat lembut. "Mau menunggu sebentar lagi?"
Ada raut kecewa pada wajah Raline. Jelas saja, dia sudah menyukai Elang sejak lama, di saat mereka sudah sangat dekat seperti ini kenapa Elang memintanya untuk.menunggu?
"Aku janji, kau hanya perlu menunggu sebentar,"
Raline memejamkan mata dan mengangguk pelan. Elang tersenyum dan lantas menarik Raline ke dalam pelukannya, ia juga sama tertarik kepada Raline. Tapi, apakah kelak Raline tetap akan bersamanya setelah mengetahui niatan awalnya untuk mendekati keluarga Alister?
Jangan lupa, tentang kemunculan ibunya yang semula di kabarkan meninggal oleh keluarga Alister belum jelas sepenuhnya, ia harus menunggu kepulangan Mahesa Alister besok untuk mengungkapkan semuanya, terlebih sebenarnya siapa yang bersalah atas kasus kematian orang tuanya dulu?
Apakah ia dan Raline akan tetap bersama bahkan jika fakta sebenarnya tragedi itu memang ulah keluarga Alister?
"Raline? Apa kau di dalam?"
Keduanya gegas melepaskan pelukan begitu suara yang sangat familier di telinga Raline terdengar.
"Mommy ... " ucapnya. Ya, itu memang suara ibunya.
Raline berbalik dan membuka pintu, benar saja sosok Rossaline sudah berdiri disana. "Mom,"
Rossaline sedikit maju dan menatap ke dalam, ada Elang yang tampak sangat kikuk disana. "Elang juga disini?"
"Nyonya," Elang menyapa saat ia sudah berdiri di pintu.
Rossaline mengangguk. "Bisa kita bicara? Suamiku sudah menunggu,"
Raline melirik ke arah Elang, jelas perintah itu bukan di tujukan kepadanya tapi kepada Elang. "Baik nyonya," jawabnya.
"Mom, ada apa?" tanyanya penasaran. Sang ibu hanya menggeleng, kemudian meminta seorang pelayan di rumah Karel untuk.membawa Elang ke ruang kerja dimana Karel, dan suaminya sudah menunggu.
"Kenapa kau berada di dalam kamar dengan Elang?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, Rossaline malah mematapnya penuh selidik.
Raline berdeham. "Bukan apa-apa. Bunda tadi memintaku untuk memanggil Elang, mengajaknya makan--"
"Lipstikmu kenapa berantakan?"
Shit!
Raline panik, namun tak lama suara tawa Rossaline terdengar, ia lantas mengacak rambut Raline. "Kenapa panim begitu hm? Santai saja, Mommy juga pernah muda sayang. Entah bagaimana tanggapan Dady-mu jika tahu Elang yang membuat lipstik putrinya betantakan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Hati Nona Presdir [Alister Series III]
RomanceRaline Shakira Alister sang nona presdir dari Raline INC, adalah sosok wanita cantik yang penuh kharisma, dan menjadi wanita idaman semua pria di muka bumi ini. Bukan hanya karena memiliki paras yang cantik, mata tajam, dan tubuh yang ramping. Ralin...