[13] First Wish

660 36 7
                                    

Armelle Shivani tampak lebih segar dan bahagia dari kemarin-kemarin, begitu pendapat Nathaniel Kim.

Lihat saja sekarang, perempuan itu masuk ke kelas dengan senyuman lebar dan berkata, "Selamat pagi!"

Kontan, teman-teman sekelasnya membalas teriakan Armelle dengan semangat. Wah, sepertinya sosok riang Armelle kembali lagi.

Nathaniel mengangkat satu alisnya ketika Armelle berjalan mendekati Keelie, merangkulnya, dan berucap, "Pagi, Keelie! Have a nice day!"

Keelie menatapnya keki. "Iya, pagi, Mel. Mau gue anterin ke UKS gak?"

Armelle melepas rangkulannya dari Keelie dan menggeleng dengan wajah polos. "Nggak. Emangnya gue kenapa?"

Keelie berdecak. "Lo aneh. Kemarin-kemarin, lo mellow banget kayak ditinggal pacar tanpa kabar. Hari ini, lo kegirangan macem dapet lotre."

Armelle tertawa dan baru pertama kali dalam beberapa hari ini, Nathaniel melihat tawa gadis itu penuh dengan sukacita dan semangat.

"Gue baru belajar sesuatu kemarin. Sekarang, time to move on!"

Nathaniel menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Armelle. Matanya memperhatikan setiap langkah yang diambil oleh Armelle sampai perempuan itu duduk di sebelahnya.

"Hai, Nate!" sapa Armelle riang. "Hari ini hari yang cerah, hm?" Ia mengeluarkan buku dan kotak pensilnya dari dalam tas.

Meskipun Armelle terlihat lebih bersemangat kepada Keelie dan teman-teman sekelasnya yang lain, tapi Armelle tampak canggung dengannya.

Ini aneh, biasanya Armelle lebih santai dengannya.

Nathaniel menatapnya aneh. "Gak terlalu cerah, di luar mendung, Armelle."

Wajah Armelle memerah saat ia melihat cuaca di luar. Ia pura-pura tak acuh, mengibaskan tangannya.

"Paling bentar lagi cerah. Percaya deh, sama gue," ucapnya sok tahu.

Nathaniel mendengus untuk menyamarkan tawanya. Ia menyandarkan tubuhnya selagi Armelle memajukan tubuhnya dan berbisik ke Keelie.

"Bisik-bisik apaan?" tanya Nathaniel saat perempuan di sebelahnya dan Keelie terkikik geli.

Armelle menggeleng dengan senyuman aneh di bibirnya. "Ngaaaak."

Nathaniel melempar Armelle tatapan curiga. "Ngomongin gue, ya?"

"Dih, pede banget!"

"Ngaku aja, gak usah malu-malu."

"Iya deh, iya." Tangan Armelle bergerak ke atas dan jari telunjuknya mengusap kening Nathaniel.

"Ada sesuatu?" Nathaniel bertanya, berkedip.

Nathaniel bisa melihat bahwa mulut Armelle menahan tawa. Mata Nathaniel menyipit, curiga jika Armelle mengoleskan sesuatu yang aneh-aneh ke keningnya.

"Ada jerawat." Telunjuk mungil Armelle menyentuh titik kemerahan tersebut di kening Nathaniel dengan kekehan geli.

Nathaniel berdecak sebal sambil mengelus-ngelus keningnya. "Gue kira apaan. Namanya juga remaja."

Armelle tertawa melihat reaksi Nathaniel yang terlihat lucu di matanya. Nathaniel sendiri menggeleng-geleng melihat Armelle, ada gerangan apa sehingga perempuan itu begitu bahagia hari ini?

"Hati lo kayaknya lagi bahagia banget," komentar Nathaniel lalu membuka buku cetaknya untuk membaca sekilas materi kemarin.

"Orangtua pulang hari ini, jadi gue harus senang, dong!" seru Armelle.

Hello GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang