Bukannya Nathaniel Kim dengan senang hati meninggalkan Armelle. Hanya saja tiba-tiba ia mendapat telfon dari saudaranya yang berada di Jepang, menyuruhnya mengirimkan beberapa gambar interior rumah yang ia tempati sekarang.
Maka setelah mengirimnya, ia segera pergi mandi karena gerah. Setelah mandi dan berpakaian, ia menghubungi Armelle, siapa tahu cewek itu belum pulang?
"Halo."
"Hai. Masih di sekolah?"
Jeda beberapa saat. "Baru mau pulang. Ini lagi jalan ke parkiran. Kenapa?"
Mengerutkan kening, Nathaniel berkata, "Are you sure? Lo kedengaran kayak lagi panik."
"Gue emang lagi jalan ke parkiran. Mau dengar suara langkah kaki gue?"
Nathaniel terkekeh, membaringkan tubuhnya di atas kasur. "Gak usah, gue percaya. Jutek amat."
Terdengar dengusan kecil dari seberang sana. "Tau ah. Udah ya, gue mau naik mobil. Bye."
Sambil tertawa, Nathaniel menaruh ponselnya di nakas. Ia melirik jam yang tergantung di dinding kemudian beranjak dari posisinya. Ia berjalan mondar-mandir di depan tempat tidurnya sambil menggigit jari.
"Tugas...," gumamnya, menggaruk kepala, "udah semua. Ngapain lagi, ya?"
Dia membuka pintu kamarnya, melihat-lihat keadaan sekeliling. Di depannya adalah kamar saudaranya yang pintunya berwarna tosca.
"Pasti itu anak belom pulang," lagi-lagi ia bergumam ke dirinya sendiri sambil menutup pintu kamarnya. Nathaniel memutuskan untuk menuruni tangga lalu melihat ibunya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.
Senyumnya mengembang. Ia berjalan dengan langkah tenang mendekati ibunya dan sepertinya ia berhasil karena wanita yang duduk di sofa itu masih diam dan fokus ke layar televisi. Ia berjalan layaknya seseorang yang mengendap-endap kabur dan itu membuatnya tertawa dalam hati.
Nathaniel sudah berada persis di belakang ibunya. Ia menundukkan tubuhnya sedikit kemudian menyentuh bahu ibunya.
"Eomma," ucapnya dengan nada bersemangat sekaligus manja. "Bogoshipeoyo." Kemudian ia duduk di sebelah ibunya yang nampak kaget.
(*Eomma = ibu. **Bogoshipeoyo = aku merindukanmu.)
Christabella, ibu dari Nathaniel, terkekeh geli karena tingkah anak ketiganya itu. "Kenapa, Niel? Kayak udah gak ketemu Mama berbulan-bulan aja."
Menggaruk kepalanya salah tingkah, Nathaniel menjawab, "Tiba-tiba kangen Mama aja. Kan udah lama kita gak ngobrol."
Christabella mematikan televisi dan membenarkan posisi duduknya, menghadap Nathaniel. "Nah, jadi, kamu mau ngobrol apa sama Mama sekarang?"
"Gak tau," katanya, mengusap tengkuk kemudian melipat kakinya. "Papa kapan datang?"
"Mungkin tiga bulan lagi, Papa mau ke sini," Christabella menjawab. "Kamu mau beli sesuatu gak? Papa lagi di Hongkong."
Nathaniel diam sejenak sebelum mengedikkan bahunya. "Belom kepikir. Kayaknya gak ada."
"Yaudah, kalau ada, nanti telfon Papa aja, ya." Christabella meraih cemilan yang berada di meja, lalu bertanya dengan nada menggoda, "Niel lagi pacaran, ya?"
Nathaniel, yang sedang mengunyah keripiknya, tiba-tiba batuk saat Christabella bertanya seperti itu. Ia menepuk-nepuk dadanya lalu meminum segelas air.
Ia batuk sekali lagi sebelum menatap ibunya dan berkata, "Maaf, Ma. Tadi Mama nanya apa?"
Christabella tertawa melihat wajah merah malu anaknya. Ia yakin sekali bahwa Nathaniel mendengar dengan jelas pertanyaannya tadi sampai-sampai anak itu bisa batuk heboh seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Goodbye
Novela JuvenilHell ada dalam kata Hello dan Good ada dalam kata Goodbye. Yang berarti, terkadang pertemuan begitu menyebalkan, karena setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Menurut Nathaniel Kim dan Armelle Shivani, tidak ada bunga yang mekar dengan cantik...