Pagi ini turun hujan. Armelle Shivani menghela nafas. Ia memakai jaketnya kemudian turun dari mobil, berlari terburu-buru ke gedung sekolahnya.
Salah satu hal yang tidak disukai Armelle saat turun hujan pagi hari; ia harus cepat-cepat keluar dari mobil dan berlari.
Armelle melepas kunciran rambutnya kemudian membenarkan letak beanie birunya. Untung saja ini bukan hari Senin. Kalau tidak, Armelle yakin seragamnya akan basah sekali.
Sekarang saja, kaos putih dan jeans nya sudah mulai membuatnya kedinginan. Sambil berjalan, ia mengambil syal dari dalam tasnya dan membalutkannya di leher.
Armelle mendorong pintu kelasnya lalu duduk di belakang Keelie. Ia mengeluarkan peralatan belajarnya, setelah itu mendengarkan lagu dari earphone-nya yang tersambung ke iPod miliknya.
"Lo duduk sama siapa, Kel?" tanyanya, menopang dagu.
Keelie menoleh ke belakang. "Belom tau. Liat aja, siapa yang mau duduk disini nanti."
Armelle terkikik. "Pasti ada lah yang duduk sana. Malah mungkin berebutan."
"Oh, Mel," balas Keelie sambil tersenyum geli. "Tolong jangan membicarakan diri sendiri."
Armelle hanya tertawa dan kembali menikmati lagu. Baru saja Armelle ingin mencolek bahu Keelie, tiba-tiba seseorang melempar tas di meja sebelah Armelle.
Gadis itu menoleh, terkejut saat melihat Nathaniel Kim duduk di sebelahnya. Rambut coklatnya basah, ia mengambil handuk kecil dari dalam tasnya dan mengusapnya ke kepala seraya menggoyangkan kepalanya kanan-kiri.
Gosh, kalau saja Armelle bisa menghentikan waktu, Armelle akan melakukannya saat ini juga.
Penampilan Nathaniel Kim kali ini terlalu menarik untuk dilewatkan. Armelle sendiri melihatnya dengan mata bulat dan alis tertaut.
"Lo ... duduk sini?" tanya Armelle, berusaha terlihat biasa saja saat Nathaniel melihatnya.
Nathaniel mengangguk dan kembali mengeringkan rambutnya.
"Sama gue?"
Cowok itu mengangguk lagi, masih sibuk mengeringkan rambutnya.
"Gak salah?"
Kali ini, Nathaniel menoleh dan menatap matanya.
"Iya, emang kenapa? Gue cuma kenal lo di kelas ini."
"Lo kenal Keelie, kok!"
"Yah, tapi lo yang paling sering ngomong sama gue," balas cowok itu. "Memangnya kenapa sih?"
Armelle menggeleng cepat-cepat kemudian mengalihkan pandangannya ke depan. Okay, jangan terlalu fokus pada Nathaniel, tekadnya.
Ia duduk diam di tempat hingga bel masuk berbunyi dan lagi-lagi, si cowok berambut biru kemarin datang bersamaan dengan pak Jack.
Tidak ada tempat tersisa lagi, selain tempat di sebelah Keelie. Maka cowok berambut biru nyentrik itu duduk di sebelah Keelie.
"Lo kenal dia?" bisik Armelle, karena setahunya kemarin cowok itu duduk bersama Nathaniel.
Nathaniel mengangguk. "Bukan kenal, sih. Cuma tau."
"Oh. Namanya siapa?" tanyanya lagi.
Nathaniel meliriknya dengan mata menyipit. "Kenapa lo mau tau? Naksir dia?"
"Eits, gak lah!" Armelle meninju pelan lengan Nathaniel. "Soon, kita semua harus saling mengenal, right?"
Cowok itu mengangguk-angguk dan menghembuskan nafas pelan. Ia tersenyum senang menatap Armelle. "Namanya Jovando Kenzie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Goodbye
Novela JuvenilHell ada dalam kata Hello dan Good ada dalam kata Goodbye. Yang berarti, terkadang pertemuan begitu menyebalkan, karena setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Menurut Nathaniel Kim dan Armelle Shivani, tidak ada bunga yang mekar dengan cantik...