[08] Eye Contact

903 38 0
                                    

Armelle Shivani menggoyangkan kepalanya ke kanan-kiri berulang kali untuk mengusir rasa bosannya.

Akhirnya, kepala gadis itu pegal juga karena terus-terusan bergerak seperti itu. Keluar dari kelas, ia langsung duduk di kursi depan kelasnya.

Melihat rintik-rintik air yang turun dari langit membuatnya menghela nafas panjang. Ia melepaskan sepatunya kemudian melipat kakinya di atas kursi, memangku tangannya di atas pahanya yang berlapis jeans.

"Bosen," gumamnya, mulai menggoyang-goyangkan kepalanya lagi. Keningnya mengernyit saat ponselnya bergetar. Dengan segera Armelle mengambil ponselnya dari dalam saku dan membuka pesan yang masuk.

Revano : Mel, mau ke sekolah bareng gak? Hujan nih.

Armelle tersenyum kecil membaca pesan dari sahabatnya itu. Ia segera mengetikkan balasan untuk Revano.

Armelle : Gak usah, Van. Gue udah di sekolah.

Revano : Loh, kok cepet amat? Baru jam 5.20.

Armelle : Papa mau berangkat. Supir gak bisa dateng karena hujan, jadi Papa nyetir sendiri ke bandara, sekalian nganter gue. Mama lagi sakit.
Revano : Okelah. Sorry ya gak bisa temenin.

Armelle hanya membaca pesan dari Revano lalu membuka pesan lain yang masuk.

Nathaniel : Jangan lupa bawa payung.
Nathaniel : I bet you haven't woke up. It's morning, Armelle.

Nathaniel : Iya, masih pagi. Mana hujan pula. Tapi jangan keasikan tidur, ya. Gue aja udah bangun ini.

Terkekeh pelan, Armelle segera membalas pesan singkat sok tahu dari Nathaniel.

Armelle : Well, gue di sekolah sekarang, Nate. Duduk-duduk santai macem di warung kopi, sambil ketawa baca chat lo yang sok tau banget.

Nathaniel : Seriously? Sama siapa lo pergi? Revano aja baru bangun.

Armelle : Sama Papa, doi mau berangkat. Mama sakit, and as usual, supir gak bisa dateng karena hujan.

Nathaniel : Oke.

Armelle : I bet you just woke up five minutes ago. Mandi sana :p

Nathaniel : Setengah jam yang lalu! Dan gue lagi sarapan sekarang. Pikirnya tadi mau jemput lo, tapi ternyata udah di sekolah.

Armelle : Jemput gue? Kalaupun gue gak di sekolah sekarang, nanti juga Revano bisa jemput.

Nathaniel : Siapa cepat, dia dapat, right?

Armelle terkikik geli kemudian mengantungi ponselnya kembali. Memandang ke depan lagi, pikirannya melayang.

Jayden Sebastian.

Lagi-lagi itu yang terlintas di kepalanya. Sekilas teringat olehnya momen ketika ia dan Jayden pertama kali bertemu.

Keduanya melempar senyum lebar kala itu lalu pergi untuk bermain bersama di taman. Tak heran, saat itu mereka masih anak-anak.

Tapi ternyata perasaan cinta bisa juga tumbuh saat usia mereka masih kecil. Hanya saja, tidak ada yang menyadarinya. Baik si laki-laki, maupun si perempuan.

Dan hasil dari pertemanan selama hampir sepuluh tahun itu, menghasilkan sebuah perasaan tak mau lepas. Sudah terlalu berkaitan. Sudah terlalu terobsesi. Merasa terikat.

Mendesah kecewa, Armelle menolehkan kepalanya ke kanan dan ia terkesiap. Sepasang mata itu. Mata coklat tuaㅡcoklat yang sedikit berbeda dari miliknya. Coklat yang agak mirip dengan milik Nathaniel.

Hello GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang