Nathaniel Kim menjilat bibir bawahnya gugup. Ia turun dari mobilnya seraya memakai tas sekolahnya. Suasana GHS masih sepi, tentu saja. Ini masih pukul 5.30 pagi.
Cowok itu berjalan cepat menuju kelasnya. Nathaniel memang sengaja datang cepat, ia menghindari seseorang yang dikabarkan hadir hari ini.
Yang tak ia sangka, ia berpapasan dengan gadis berambut pirang itu. Nathaniel menyumpah saat gadis itu tiba-tiba keluar dari ruang kelasnya.
"Halo, Niel," sapa gadis itu, tersenyum manis. Ia berjalan mengelilingi Nathaniel yang diam di tempatnya.
Rahang Nathaniel mengeras. "Ngapain kamu pagi-pagi disini?"
Madlynn masih tersenyum. "Aku cuma keliling. Dan apa yang kamu lakukan pagi-pagi disini, Nathaniel?"
"Alasan aku pagi-pagi disini gak ada hubungannya sama kamu," Nathaniel menjawab, kemudian berjalan masuk ke kelasnya.
Madlynn masih di tempatnya, masih mempertahankan senyumannya.
"Jadi ini kelas kamu, Nath?" tanya Madlynn, dengan sengaja menekankan kata Nath. Nathaniel berhenti berjalan. Madlynn memanggilnya Nath. Dulu, sebelum hubungannya dan Madlynn rusak, Madlynn selalu memanggilnya Nath.
Hanya dengan Nath, semua memori buruk saat di Singapore muncul ke permukaan. Nathaniel melepaskan nafas berat, kesal ketika mengingatnya.
Ia menoleh ke belakang, menatap lurus ke mata Madlynn. Satu tindakan yang tak pernah Madlynn dan Nathaniel sendiri sangka; Nathaniel tersenyum.
"Have fun here, Sherlly," ucapnya, dan untuk pertama kalinya sejak kejadian di Singapore, Nathaniel tersenyum tulus kepada Madlynn, yang membuat gadis itu terdiam di tempat.
Nathaniel menghempaskan tubuhnya di kursi, memakai earphone-nya dan memejamkan mata. Sampai dirasanya Madlynn sudah pergi, ia baru membuka matanya lagi.
Ia menghela nafas lega, kemudian mengeluarkan buku-buku dan perlatam menulisnya. Sekali lagi, ia menghela nafas, barulah membuka buku dan mempelajarinya.
Nathaniel butuh pelarian dari masalahnya sekarang. Dan satu-satunya pelariannya saat ini adalah buku di depannya.
*
Nathaniel sangat malas untuk keluar dari kelas. Super malas. Kalau saja Armelle tidak ke kantin, cowok itu malas sekali untuk keluar.
Di luar sana, heboh sekali pembahasan mengenai seorang perempuan berambut pirang dan bermata turqouise. Yah, Nathaniel sendiri langsung tahu siapa yang dimaksud.
"Lo keliatan jelek banget, Nate," gumam Armelle yang berada di sampingnya. Keelie sedang mengantri di stan kue, menyisakan dua orang ini duduk bersampingan.
Nathaniel mendongakkan kepalanya. "Nate?"
Armelle mengangguk. "Nama lo 'kan, itu? Gue males manggilnya panjang-panjang, agak kaku."
Cowok itu hanya mengangguk acuh dan menundukkan kepalanya lagi. Armelle mengerutkan keningnya.
"Lo kenapa sih? Kayak gak punya semangat hidup lagi aja," tukasnya sambil melemparkan tatapan bingung.
Nathaniel hanya menggeleng. Tiap dia menoleh ke kiri, kanan, depan, belakang, selalu saja membicarakan Madlynn. Nathaniel jengkel, ia sedang malas mendengar apapun tentang Madlynn.
Tak lama, Carvel, Tevy, Revano, dan Keelie bergabung di meja mereka. Keelie memberikan pesanan Armelle. Revano menyerahkan es teh kepada Nathaniel. Carvel dan Tevy duduk diam sambil menyantap makanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Goodbye
Teen FictionHell ada dalam kata Hello dan Good ada dalam kata Goodbye. Yang berarti, terkadang pertemuan begitu menyebalkan, karena setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Menurut Nathaniel Kim dan Armelle Shivani, tidak ada bunga yang mekar dengan cantik...