Edge of Future (MLBB Version) - 3

59 7 1
                                    


== Oo ==

Tak salah lagi, ini perbuatan si ahli pedang itu, namun tak ada yang sempat mengurus mereka-- bahkan Aamon sedang mencoba menghancurkan laser-laser yang menyorot di sekitar bom modern itu dengan belati yang dibawanya-- juga tidak peduli dengan mayat-mayat itu.

"Langsung hancurkan bomnya saja," ujar Dyrroth.

"Tidak bisa," jawab Aamon.

"Kita tidak punya waktu."

Aamon menghentikan aktivitasnya lalu ia pun melempar belati yang dipegangnya ke arah bom itu--

Namun benda itu hancur, terbelah menjadi beberapa bagian begitu saja saat menyentuh laser.

"Melissa, berikan pedangnya pada Aamon."

Tanpa banyak bicara Melissa memberikan pedang itu, sebenarnya Aamon sempat terkejut ketika melihat pedang yang diberikan Melissa, namun ia simpan itu untuk sendiri karena tidak ada waktu.

SRAK ... CRAK.

CRANGG.

Pemancar laser yang menempel di sudut lingkup bom itu langsung mereka hancurkan dengan pedang itu. Heran dengan orang Headquarter, mereka terlalu niat hingga mengistimewakan bom ini bagai barang koleksi museum.

Selain laser penghancur tentu masih ada hal lain yang mungkin membuat bom ini sulit untuk dihentikan.

Setelah pemancar laser itu hancur, mereka mencoba melangkah untuk mendekati bom itu. Namun--

"Tunggu." Melissa sedikit melangkah ke depan, melepas sepatu hak nya lalu melemparnya ke dekat pipa besar yang merupakan menjadi tempat ditempelkannya bom itu-- memastikan tidak ada lagi jebakan atau sensor lain. Tidak terjadi apapun saat sepatu itu mendarat di dekatnya.

Dyrroth ikut memastikan di sekitarnya, manik merahnya menelusuri sekitar pipa dan tidak melihat lensa sensor manapun. "Baiklah, aman," ucapnya.

"Mungkin kau membutuhkan peralatan ini." Aamon mengangkat satu tas berisi perkakas milik tim penjinak bom.

Dyrroth tersenyum sambil mengambil salah satu obeng lalu mengulik sekrupnya dengan begitu santai namun tetap serius. Ia sama sekali tidak takut risiko ledakan tiba-tiba ataupun radiasi (jika bom itu mengandung nuklir) karena tanpa pengaman apapun.

"Hentikan, lihat waktu mundurnya." Tunjuk Melissa, "i-itu mengapa angka menitnya yang berkurang semakin cepat?"

Aamon menyipitkan matanya dan mendapati timer digital itu mundur secara janggal.

"Sial, waktunya satu setengah jam lagi," gumamnya. "Dyrroth lepas dulu obengmu, ada yang aneh dengan bom ini."

Dyrroth pun memperhatikan waktu mundur (digital) terlihat normal berjalan mundur setiap detik, ia pun mencoba mengulik sekrupnya kembali dengan obeng-- dan Melissa benar, justru yang menunjukkan kemunduran waktu saat obeng itu mendarat adalah angka yang seharusnya berperan sebagai menit, bukan detik.

"Perancang bom ini cukup brengsek." Dyrroth kesal dan sempat nyaris memukul pinggiran bom itu dengan obeng. "Bisa-bisanya merancang bom dengan sensor sentuhan. Kalau begini tidak bisa dijinakkan."

Aamon mulai merasakan pusingnya mencari jalan keluar, "hmmm.."

"Claude, dia bisa membuka informasi orang-orang Headquarter yang dikirim ke sini," ujar Dyrroth.

"Dyrroth kauingat paku-otak?" tanya Aamon. "Aku tidak tahu kemampuan Claude berpengaruh atau tidak pada pengguna paku-otak."

Dyrroth menggeleng, "entahlah, yang kutahu Headquarter hanya fokus Mind dan Memory control."

ONESHOTS OF MLBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang