Bro, Seriously?

70 5 0
                                    

Panas yang terik tiada angin, membuat keringatku mengucur deras. Energi seketika terkuras habis setelah lama mengantri, berdesakan di sebuah acara outdoor meet and greet dari idolaku.

Ya, hari ini kuterjang teriknya musim panas demi mendapatkan poster bertanda tangan Benedetta! Namun perjuanganku sejak pagi tidak sia-sia karena akhirnya aku berhasil bertemu dengannya langsung dan mendapatkannya.

Aktris laga yang sangat keren ini tak pernah gagal dalam berakting, semua film yang dibintanginya selalu mendapat penghargaan.

Sialnya, poster ini harus kusembunyikan dari Aamon. Kakakku itu selalu saja iri dan melarangku untuk mendapatkan merchandise Benedetta, selalu dirampas lalu hilang entah kemana.

Pasti dia membakarnya di perapian, menyebalkan.

Benar saja, ketika aku sampai di rumah dia sudah menunggu di pintu. Menatapku dingin dengan auranya yang tajam.

"Kau dari mana saja?" tanya Aamon. "Kau belum mengeringkan bajumu di mesin cuci, Gusion."

"Aku ada urusan, kenapa?"

"Apa yang kau sembunyikan di bajumu?"

Sial, padahal aku sudah berusaha agar poster ini tidak terlihat di matanya?

"Benedetta lagi?" ucapnya.

"Menurutmu apakah itu hal yang salah? Hobiku tidak merugikanmu, kak."

Siapa yang tidak kesal selalu dilarang untuk melakukan apapun yang kusukai?

"Berikan."

"Tidak."

"Berikan saja."

"Kali ini tidak karena sulit mendapatkannya. Kapan lagi aku bertemu dengannya lalu meminta tanda tangan--"

"Kau bertemu dengan Benedetta?"

"Iya. Kenapa? Ingin protes?"

"Sial, aku keduluan," gumamnya. "Mengapa kau tidak memberitahuku jika dia berada di acara itu?"

Hah? Apa yang baru saja kudengar?

"Bukannya kau membencinya? Koleksiku selalu kau bakar di perapian, jadi untuk apa aku bilang padamu?"

"Aku tidak pernah membakarnya," jawabnya.

"Lalu?"

Tiba-tiba ia menyerahkan sebuah kunci di tanganku.

"Jangan sampai pacarmu tau," ucapnya, lalu pergi begitu saja meninggalkanku yang masih bingung dengan kunci ini, kunci ruangan mana ini?

Aku bisa mendengar mobil di garasi telah melaju meninggalkan tempatnya, mungkin Aamon akan pergi berbelanja mengingat ia membawa totebag besar sebelum pergi.

Penasaran dengan kunci ini aku mencoba mencari ruangan yang sekiranya tak pernah aku datangi di rumah yang cukup besar ini.

Setelah diingat-ingat aku tidak pernah masuk ke dalam ruangan yang biasa digunakan Aamon untuk Work From Home jadi aku langsung beranjak ke sana.

Tapi ada keanehan, kuncinya justru tidak cocok dengan kunci yang kupegang, namun pintunya tidak dikunci jadi aku langsung masuk saja.

Aku melihat-lihat ruangan kerjanya yang rapi dan dokumen-dokumen yang tersusun di meja.

Ada satu yang mencuri perhatianku di meja itu. Di sana ada gantungan kunci kecil dengan gambar yang ... membuatku sedikit kesal.

Ini adalah gantungan kunci dengan edisi terbatas saat film pertama Benedetta yang berjudul "ALECTO."

Ah, sial. Bagaimana Aamon bisa mendapatkan gantungan kunci langka ini?

Tunggu. Apakah Aamon juga diam-diam menyukai Benedetta?

Kunci ruangan ini juga mencurigakan. Aku menelusuri sela-sela rak buku dan benar saja, ada sebuah pintu di balik rak buku yang disertai roda kecil ini.

Aku menggesernya, lalu segera membuka pintu itu dengan kunci ini.

Aamon tidak pernah memberi tahu jika ada ruangan rahasia di rumahnya ini atau lebih tepatnya ... dia sengaja menutupi pintu ruangan ini dengan rak buku itu agar tidak diketahui.

Pengelihatanku disambut oleh sebuah standee Benedetta, poster besar Benedetta, dan beberapa foto serta pernak-pernik lainnya. Di satu sisi ruangan ada juga koleksi milikku yang dikumpulkan menjadi satu.

Sial, koleksiku sangat jauh jika dibandingkan dengan milik Aamon.

"Tidak bisa dipercaya."

"Kenapa? Kau iri karena semua koleksimu ampas?" Ternyata Aamon sudah kembali.

"Bro, seriously kau yang mengumpulkan semua merchandise edisi terbatas ini? Kapan kau membelinya?"

"Benedetta sendiri yang memberikannya padaku." Aamon melirikku dengan tatapan merendahkan wajah sombongnya itu sangat menyebalkan.

"Ternyata kau lebih gila dariku, soal Benedetta, bro." Aku menghela napas, bahkan aku tidak bisa menyaingi kakakku yang satu ini dalam hal apapun, termasuk soal koleksi ini.

Tiba-tiba Aamon membuka laci sebuah meja, lalu mengambil sebuah album foto.

"Benedetta adalah sahabatku sejak SMA, bodoh sekali jika kau tidak pernah menyadari kita sudah dekat dengannya sejak dulu," ucap Aamon, ia menunjukkan sebuah foto saat dirinya SMA, namun waktu itu aku sendiri masih berada di sekolah dasar, jadi tidak begitu ingat soal itu.

Namun saat melihat foto itu....

"Sepertinya dulu aku sering melihat gadis ini datang ke rumah," pikirku.

"Memang dia orangnya, dasar bodoh," jawab Aamon. "Itu Benedetta."

"Tidak bisa dipercaya."

"Bagaimana? Masih tidak ingin menyerah soal koleksi merchandise?"

"Jadi kau menunjukkan ruangan ini hanya untuk pamer? Jahat sekali. Lihat saja, punyaku akan lebih banyak darimu nanti."

"Coba saja jika bisa dan pastikan pacarmu tidak tahu."

"Setidaknya aku lebih baik karena ada gadis yang mau denganku." Aku hanya menaikkan bahuku sedikit, membalas kakak bujangan yang tak kunjung mendapat pacar ini.

Rasanya menyebalkan jika soal idola saja aku tidak bisa menyainginya. Tapi setidaknya aku bisa menang soal pasangan, sedangkan dia payah dan hanya bisa berkutat dengan standee itu.

Mungkin jika Benedetta membintangi satu film dan terdapat merchandise untuk fan screening film-nya aku harus menjadi orang yang pertama punya sebelum kakak ku.

Bro, lihat saja.

ONESHOTS OF MLBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang