Forsaken Light: Lost

200 8 14
                                    

Perjalanan ke Vonetis Islands memang cukup panjang. Setelah 4 hari berlayar dari pelabuhan Stormeye dan melewati beberapa badai yang besar kini mereka sampai di salah satu daerah di kepulauan besar itu. Kabut yang tebal benar-benar membatasi jarak pandang mata, mungkin hanya satu sampai dua meter ke depan yang terlihat.

Beberapa awak kapal menggerakkan kendali layar khusus untuk menghapus kabut agar membantu pengelihatan nahkoda. Bisa gawat jika ada karang besar yang tertabrak kapal ini, kemungkinan selamat akan kecil jika tenggelam di tempat terpencil seperti ini.

Mereka bisa melihat beberapa kapal yang rusak, sepanjang jalur air itu. Bahkan beberapa diantaranya terukir simbol Eruditio yang notabene pembuat kapal-kapal modern, kapal-kapal itu mengambang dengan layar yang rusak, mesin yang berkarat serta kondisi badan kapal yang hancur sebagian hingga sebagian pula masih mengapung di air.

Dalam hati para penumpang di sana berharap mereka tidak salah jalan apalagi tersesat dalam ekspedisi kali ini.

Mereka mulai mencium bau anyir darah ketika dermaga sudah terlihat, batu-batu di sana penuh dengan cipratan darah, bahkan dermaga dari beton itu pun dipenuhi dengan mayat monster yang sudah membusuk.

Apakah ini pulau yang dimaksud oleh Ratu Kadita?

Kabut itu hanya memenuhi di laut dan udara atas sekitaran pulau tanpa menyentuh bagian daratannya, mereka bisa melihat gedung-gedung modern yang menjulang di sana. Tak ada insan, hanya gedung runtuh dengan kaca pecah bercampur bercak darah, serta beberapa pasang makhluk dengan tulang belulang di sana.

Setelah menjejakkan kaki beberapa langkah di sana. Beberapa orang pasukan penyihir mencoba mendeteksi keberadaan manusia dan beberapa ras half-siren di sana. Namun mereka tidak dapat menemukan apapun.

"Cari secara manual! Berpencar seusai formasi!" Komandan mereka mulai menyuarakan, perintah.

Mereka segera menelusuri ke segala penjuru pulai untuk pencarian secara manual. Termasuk keempat orang yang baru saja bergabung dan melakukan ekspedisi jarak jauh pertama bersama anggota Ranger pemburu iblis dari Barren Lands.

Mereka berjalan lurus sesuai komando dari pemimpin pasukan. Setelah beberapa ratus meter berjalan sambil memeriksa isi gedung-gedung untuk menemukan penghuni yang tersisa, belum ada hasil yang mereka dapatkan, justru dibuat terkejut dengan beberapa gelintir mayat manusia di dalamnya.

Tentu cara kematian mereka sangatlah tidak wajar, banyak dari mereka yang tidak utuh bagian tubuhnya.

"Ngg ... semuanya, bisakah kalian kemari? Aku melihat sesuatu dari sini." Yin bersuara dari atap salah satu gedung berlantai lima.

Tanpa berlama-lama mereka langsung menaiki gedung.

"Astaga," gumam Melissa setelah melihat  kubangan tanah ekstra besar yang memanjang.

"Tidak mungkin monster yang melakukannya," gumam Julian.

"Kecuali makhluk dengan sihir yang besar." Xavier beranjak turun dengan teknik sihirnya yang dapat terbang. Diikuti oleh tiga orang lainnya yang memilih berjalan biasa.

Xavier mendeteksi energi yang tersisa pada kubangan tanah beraspal itu. Yang ia rasakan adalah sihir asing yang tersisa, sihir gelap namun bukan dari sihir kalangan iblis. Umumnya sihir hitam  ada hubungannya dengan iblis ataupun makhluk mistis dari Dark Abyss, namun yang ia rasakan bukanlah sihir semacam itu.

Jadi apakah ada pengguna sihir lain di sini?

"Sepertinya energi yang tersisa mirip dengan energi yang kau miliki, Melissa," ucap Xavier.

Melissa memiringkan kepalanya bingung. "Maksudmu semacam sihir yang bisa mengutuk orang?"

"Hmm, bisa dibilang begitu," jawab Xavier. "Tapi kita harus tetap waspada karena kita tidak tahu energi ini milik siapa, ada kemungkinan 'mereka' yang sudah membasmi seluruh monster di sini."

ONESHOTS OF MLBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang