Part 6

218K 13K 106
                                    

Hai gais

Absen dulu yuk
Absen dengan ketik ❤️ dan sebut untuk siapa. Kaya aku, ❤️ untuk diri aku sendiri. Kaya gitu ya, oke

Sebelum masuk ke cerita, jangan lupa untuk memberikan vote dan komen, kalau kalian suka. Oke

Happy reading ❤️‍🔥

^^^


"Pak Vico"

Nabella berlari kecil menghampiri Vico yang tidak jauh darinya. Nabella sedikit membukukan tubuhnya di hadapan Vico

"Maaf pak atas ketidaksopanan saya manggil nama bapak pake teriak" Nabella meringis dalam hati dia malu sekaligus merasa tidak enak terhadap atasannya

Vico tersenyum simpul "Tidak masalah….. jadi ada apa kamu memanggil saya?"

"Saya mau tanya tentang tawaran bapa yang kemarin pagi apa masih berlaku?" Tanya Nabella tanpa menatap wajah Vico karena sungkan.

"Kamu bertanya kepada saya atau pada sepatu saya Nabella?" Sindir Vico

"A-ah sa-saya bertanya kepada bapa. Maaf pak" Nabella memejamkan mata sesaat lalu dengan berani mendongak menatap wajah Vico yang terlihat sangat tampan

"Masih berlaku"

Nabella menggigitnya bibir bawahnya dengan perasaan ragu "Saya…. Mmm Saya berniat atas tawaran bapa yang kemarin"

Vico lagi-lagi tersenyum geli "Oke" Pria itu berbalik meninggalkan Nabella yang terdiam bingung

"Pak Vico" Panggil Nabella kembali seraya berlari menyamakan langkah Vico yang lebar

"Apa masih ada yang mau ditanyakan?" Vico kembali menghentikan langkahnya menghadap Nabella yang berada disampingnya

"Ini… maksudnya saya berangkat ke Jakarta hari apa ya pak?"

"Kamu berangkat besok sama saya"

Mata Nabella membuka sempurna "Maksudnya bapa juga ikut ke Jakarta bareng saya?"

Vico mengerutkan alisnya "Saya mau pulang ke Jakarta, lagian saya kesini hanya mau bertemu kamu saja" Pria itu melangkah pergi meninggalkan Nabella yang masih mencoba mencerna ucapan yang keluar dari mulut atasannya.

^^^

"Kakek dengar kamu melakukan kekerasan kepada 5 suster pendampingmu" Ucap Martin

Pria paruh baya itu mengunjungi cucu kesayangannya bersama 2 pengawal yang berdiri tak jauh darinya. Martin juga sudah mengetahui bahwa cucu kesayangan telah melakukan tindakan kriminal. Dia sebisa mungkin menutupi tindakan Atlas yang satu ini, karena jika kepolisian mengetahui maka masa kurungan Atlas bisa bertambah.

Atlas tidak menjawab melainkan menatap lurus pada sebuah lukisan yang terpajang di dinding dekat jendela. Lukisan yang menggambarkan masa depan tanpa narkoba.

"Kakek harap kamu bisa menjaga sikap untuk sekarang Atlas" Martin melayangkan peringatan tegas. Martin hanya tidak ingin nama Atlas semakin tercoreng di masyarakat umum.

Atlas menatap sesaat wajah Martin lalu bangkit dari duduknya dan pergi tanpa mengucapkan apapun. Martin hanya membuang nafas panjang seraya menatap pintu yang tertutup di depannya.

^^^

Matahari tepat di atas kepala, sebuah tempat makan yang berada di depan rumah sakit terlihat ramai saat jam-jam makan siang.

ATLAS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang