1.

1.1K 92 8
                                    

Selamat Malam, Good Reader-nya Thor.

Malem2 di awal bulan tahun 2023 ini, Thor mau merilis story baru..

Series lain dari Kim Family tercinta, yaitu Gwangsan Kim. Siapa lagi kalo bukan Kim Seokjin, Kim Taehyung, dan Kim Mingyu.

Semoga Good Reader semua menikmati dan menyambut story ini dengan baik..

Happy Reading, Good Reader^^
.
.
.
.
.
.
.
.

Rumah itu terbilang sederhana. Dengan tiga kamar, dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu yang disulap menjadi ruang keluarga sesekali itu menyatu menjadi satu. Di beranda ada beberapa pot bunga dan kaktus hias yang menggemaskan. Tak lupa juga kebun belakang rumah yang penuh sayuran sebagai bahan masakan mereka setiap harinya.

Ketiga bersaudara itu menghabiskan waktu mereka tumbuh di rumah itu setelah pindah ke rumah yang dulu membesarkan mereka. Hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang yang saling mereka bagi meski kadang piring suka pecah tanpa diminta.

Meski di rumah itu memiliki tiga kamar, tapi hanya dua kamar yang mereka gunakan. Kakak tertua tidur sendiri sedangkan kedua adiknya tidur bersama. Terdengar aneh memang, tapi kata adik termuda bilang barangkali seseorang akan mengisinya entah siapapun itu.

"Seokjin hyung masak apa?" tanya adik termuda mendekati area dapur dengan baju piyama dan wajah kantuknya yang belum sempat ia cuci.

"Sujebi? Apa ada dagingnya hyung?" tanyanya lagi samping mengintip panci hyungnya itu. Sang hyung hanya mengangguk singkat sembari tersenyum karena tingkah adiknya itu.

 Sang hyung hanya mengangguk singkat sembari tersenyum karena tingkah adiknya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cuci muka lalu bangunkan hyungmu. Masih tidur kan dia?" sang adik mengangguk singkat dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.

Kim Seokjin, seorang pria tampan, anak pertama, sekaligus sebagai kakak untuk kedua adik manisnya. Bekerja sebagai pegawai di salah satu perpustakaan besar di kota Seoul selama delapan tahun lamanya. Umurnya sekarang sudah hampir berkepala tiga tapi belum sekalipun dia berpikir untuk berkeluarga atau menjalin hubungan dengan seorang wanita.

"Mingyu-ya, Taehyung-ah..ayo sarapan." Panggil Seokjin pada kedua adiknya.

"Sebentar hyung, Taetae hyung tidur lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebentar hyung, Taetae hyung tidur lagi." Celetuk Mingyu yang kepalanya menyembul di balik pintu kamarnya.

"Dasar, hari ini kan dia harus mengajar." Gumam Seokjin sendiri dan beranjak menuju kamar sang adik.

"Makanlah dulu Gyu, kau bisa telat ke kampus nanti." Mingyu mengangguk dan sarapan lebih dulu karena setengah jam lagi ia harus sampai ke kelasnya.

Terlihat Seokjin mencoba membangunkan adik keduanya yaitu Taehyung. Terlihat tertidur pulas dan kemungkinan akan sulit untuk dibangunkan. Seokjin jadi ragu dengan usahanya.

"Tae..Taehyung-ah..bangun Tae. Kau harus mengajar nanti, untuk kali ini hyung tak mau mengundur jadwalmu." Ujar Seokjin sembari mencoba membangunkan adiknya dengan berbagai cara meski ia tahu percuma saja. Seokjin pada akhirnya hanya bisa menghela napas dan keluar dari kamar sang adik.

"Tidak bangun ya hyung?" tanya Mingyu yang sudah siap berangkat. Seokjin mengangguk pelan dan ditanggapi senyuman tipis sang adik.

"Aku berangkat hyung. Undurkan saja jadwal Tae hyung seperti biasanya. Pasti mereka akan paham." Ucap Mingyu sebelum akhirnya keluar dan mengayuh sepedanya menuju kampus yang beruntungnya tak terlalu jauh dari rumahnya itu.

Seokjin duduk diam di meja makannya. Terlihat mangkuk bekas makan adik kecilnya itu sudah bersih ia cuci sendiri dan membuatnya tersenyum tipis. Seokjin segera merogoh sakunya mengambil ponsel miliknya.

"Halo..iya bi, ini aku. Aku ingin meminta maaf lagi untuk kesekian kalinya. Kemungkinan jadwal Hani untuk les pianonya akan diundur satu jam lagi."

'Begitu ya? Nak Taehyung belum bangun ya?'

"Iya bi. Maaf ya bi. Nanti kuminta Taehyung untuk segera kesana saat sudah bangun. Sekali lagi maafkan aku bi." Terdengar suara tawa lirih seorang memaklumi.

'Tak apa Seokjin-ah, Taehyung itu sudah seperti putra bibi juga. Biarkan sebangunnya dia saja, Hani bisa menunggu kok. Toh ini juga hari Sabtu dan libur jadi tidak terlalu terburu-buru.' Meski Seokjin lega mendengarnya tetap saja ia merasa tidak enak hati harus selalu mengundur jadwal les piano tetangganya itu.

"Terimakasih banyak bi. Titip salam pada Hani, tolong untuk menunggu Taetae oppanya sebentar lagi." pinta Seokjin dengan lembut dan setelah itu panggilannya terputus.

Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh itu, ia harus pergi bekerja sekarang. Sebentar lagi perpustakaan akan dibuka. Ia segera memakan makanannya dan tak lupa meninggalkan note kecil di atas meja untuk sang adik.

Taehyung akan bangun setengah jam lagi dan biasanya tak akan terlewatkan sedikit pun waktu itu. Ia bergegas menyambar jaket dan tasnya lalu pergi dengan bus.

...

Siang itu Mingyu pulang lebih awal, parahnya pintu tak terkunci dan makanan di meja masih sama seolah tak ada yang menyentuh. Itu tentu membuatnya panik bukan main. Ia bergegas ke hyung tertua untuk memastikan apakah dia sudah pulang, tapi nyatanya kosong. Dia berlari ke arah kamarnya yang ternyata Taehyung disana sedang tertidur pulas.

"Hyung.. Taetae hyung.." panggil Mingyu pelan meski nadanya terkesan panik. Taehyung nyenyak sekali tidurnya sampai susah untuk bangunkan. Ia bergegas menelfon Seokjin.

"Jin hyung, Tae hyung masih tidur dan pintu rumah tidak dikunci. Apa hyung lupa melakukannya? Makanan di meja juga tidak tersentuh. Hyung, tidak ada penyusup yang masuk kan hyung?" tanya Mingyu panik.

"Tenang Gyu. Jangan menakuti hyung seperti itu. Lihat apa hyungmu itu masih pakai piyama atau tidak." Mingyu melirik Taehyung yang sudah memakai hoodie kebesaran dan celana training abu-abu miliknya.

"Tidak hyung, dia memakai hoodie."

"Itu berarti dia sudah bangun. Bibi Han menelfonku tadi kalau hyungmu sudah pergi untuk mengajar les dan baru saja pulang. Mungkin dia lupa mengunci pintu rumah. Pagar terkunci kan?" Mingyu mengangguk singkat.

"Jangan khawatir Gyu. Tae hyungmu itu bukan seperti sepupu kita." Celetuk Seokjin yang membuat Mingyu meringis pelan seolah tahu siapa yang hyungnya itu maksud.

"Ya sudah, hyung balik kerja dulu. Akan pulang seperti jam biasanya. Jaga hyungmu dan masaklah beberapa menu. Hyung mengandalkanmu Gyu. Sampai nanti." celetuk Seokjin yang setelahnya panggilan itu langsung ditutup.

Mingyu menatap diam hyungnya yang masih tertidur itu. Ia duduk di samping ranjang sang hyung dan sesekali membenarkan poni itu agar tak menutupi wajah hyungnya.

"Dasar putri tidur. Membuat khawatir saja." gumam Mingyu pada hyungnya.

...........







Segini dulu untuk pemanasannya ya Good Reader^^
Sampai ketemu di chapter selanjutnya^^

Wake Me UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang