Saya tidak pernah menyebut nama nya dalam do'a,tapi saya selalu meminta agar di jaga hati nya. Karena tanpa menyebut nama nya pun,Allah tau mana hamba-Nya yang saya suka.
-Akmal Afzanka Al-Ikhsan
***
Cuaca hari ini begitu cerah,orang-orang beraktivitas dengan riang gembira. Di tambah dengan senyum simpul di wajah sosok laki-laki tampan ini,semakin membuat cuaca menjadi cerah.
"Masya allah...cerah banget muka nya. Sini-sini cerita ada apa?" Cowok dengan rambut coklat dan iris mata biru itu menatap heran ke arah teman nya yang sedang di bicarakan. Namanya Radika Zaki Beatrix. Laki-laki berdarah Indo-Jerman.
"Menang lotre kali," timpal cowok dengan rambut ikal. Namanya Dirama Alaska. Panggil saja dia Rama.
Sementara yang disebut-sebut itu berdecak kesal. "Dosa!" balas nya ngegas.
Dua cowok itu tertawa,menyita perhatian para pengunjung Cafe yang terpana melihat ketampanan mereka.
"Serius nih,tumben banget wajah lo full senyum." Zaki menyeruput es americano nya,hingga ia dibuat tersedak oleh jawaban teman nya.
"Abis lamar anak gadis orang."
Uhuk!
Zaki tersedak. Rama dengan sigap menepuk-nepuk bahu Zaki.
"Tenang bro,gue tau lo kaget."
Rama menatap teman nya itu penuh selidik. Hal yang membuat pemuda itu menjadi risih.
"Biasa aja liat nya,"ujar cowok itu kesal.
Keduanya saling pandang,lalu seolah mengatakan bahwa mereka tidak percaya.
Akmal Afzanka Al-Ikhsan,laki-laki itu berdecak kesal. Apa-apaan ekspresi kedua teman nya itu. Ini padahal benar lho,no prank-prank. Tapi,kenapa reaksi teman-teman nya seperti ini?
Zaki menatap Afzan serius. "Nggak lagi halu,kan?" tanya nya hati-hati.
"Sembarangan! Enggak lah!" sergah Afzan sedikit kesal.
Kedua nya mengangguk percaya. Sebenarnya masih ada rasa penasaran berlebih dan mengganjal di hati mereka,namun keduanya memilih untuk tidak bertanya.
"Serius nih,nggak ada yang mau nanya?" Afzan menatap kedua temannya bergantian.
Zaki dan Rama menggeleng kompak.
"Dah yakin kok gue," ujar Zaki.
"Gue juga," timpal Rama.
Afzan mengangguk kecil saja,lalu ia menyeruput kopi yang di pesan nya. Matanya menatap ke arah langit yang terlihat indah.
"Sayang banget nggak bawa kamera," ujar laki-laki itu mengeluh.
"Tumben," celetuk Zaki.
Afzan mendengus malas,ntah kenapa hari ini dia melupakan kamera kesayangan nya. Biasanya ia selalu membawanya kemana-mana. Tapi hari ini? Aish! Apa mungkin itu efek dari jatuh cinta?
"Biasanya dikalungin terus tu kamera," timpal Rama.
"Nggak tau, lupa," balas Afzan singkat.
Keduanya saling pandang. Mereka sudah menebak pasti mood cowok itu anjlok karena kamera nya yang tertinggal.
Perlu kalian ketahui,Afzan memiliki hobi memotret. Ia seorang mahasiswa fakultas Seni dan Sastra,yang sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana.
Laki-laki yang gila akan hal-hal berbau seni. Penulis puisi romantis terbaik,pemotret paling handal,memiliki suara yang merdu,ditambah lagi lukisan tangan nya yang sangat kreatif. Benar-benar maniak seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS YOU
Teen FictionYou, always you. -Akmal Afzanka Al-Ikhsan *** Tidak boleh ada yang meragukan perasaan seorang bocah berusia lima belas tahun.