Tepat di hari Jum'at yang cerah ini kunimi kembali mendatangi perempatan pesantren yang tentu tidak jauh dari pesantren tempat nya menuntut ilmu
Sudah seperti rutinitas setiap Jum'at sekitar jam sembilan pagi dia akan menunggu kedatangan temanya beserta roti-roti yang laki-laki itu bawa
Manik kunimi asik memandangi hamparan luas langit pagi yang cerah, kakinya di ayun-ayunkan saat dirinya asik duduk di atas salah satu ranting pohon yang sudah tumbang
"Lama banget tumben" Jum'at ini dia pergi sendiri, tanpa di temani ning shoyo tentu karna gadis bersurai senja itu tengah berada jauh di sana
Bersama si Abi yang kemarin dateng
10 menit berlalu
Sekarang kunimi merasa mulai berjamur, matahari pagi membuat kepala nya pusing, yah maklum remaja suka darah rendah
"Maaf kunimi"
Lamunan itu di sadarkan oleh teriakan seseorang yang amat sangat kunimi tunggu kedatangan nya
"Maaf ya, soal nya aku baru bungkusin abis subuh tadi" Jelas laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan adalah kindaichi "Cuman seratus enam puluh ga papa kan? soal nya tadi ga sempet"
Sebagai rasa sopan kunimi ikut berdiri, ia mengangguk seraya mengambil beberapa lembar uang yang telah dirinya siap kan "Lagi buru-buru ga?"
Kindaichi menoleh heran? uluran lembar uang tadi ia terima tidak lupa senyum terimakasih "Engga, emang kenapa?"
"Bagiin ini ke orang yang lewat dulu yuk, soal nya kalo ke anak santri terus mereka jadi keenakan" Canda kunimi, senyum nya mereka indah
Dapat kindaichi rasakan kebahagian yang menular dari senyum gadis di depan nya, sebelum terlalu jauh masuk ke dalam pesona kindaichi langsung menggeleng kuat, membuang semua perasaan aneh
"Boleh"
Seperti keinginan pembeli kindaichi berdiri di ujung jalan sambil sesekali menunggu apa ada kendaraan bermotor yang lewat atau sekedar pejalan kaki, soal nya mereka berdua sepakat bagiin ke pengendara motor aja, kalo mobil takut nolak soal nya mereka lebih sering beli roti mahal
Ga. canda mereka berdua niat ngasi ke yang kekurangan kek pemulung gitu-gitu
"Kunimi, ga bareng Ning shoyo tumben" Tanya kindaichi sambil basa-basi, kalo pun diem terus agak ga enak juga
"Ning shoyo di bawa Abinya masa"
"Abinya? maksud kamu?"
"Iya" Kunimi melirik Sesaat "Yang kemaren di sebarin katanya udah di rajam, di asingkan lah tapi masih aja nongol"
Dalam hati kindaichi memuji, jarang sekali kunimi mau berbicara secara blak-blakan, atau bisa di bilang gadis ini jarang mengungkapkan sesuatu yang mengganggu pikiran dan luar biasanya kunimi mengungkap kan semua itu dengan tampang kesal
"Trus ning shoyo gimana?"
"Yah di bawa, ga jelas banget kan ya? dateng-dateng maksa orang ikut" Salah satu kaki nya kunimi hentakan kesal "Udah mah kamu harus tau, pas beliau dateng seisi pesantren rame banget, banyak yang ga suka"
"Katanya ning shoyo sampe di seret buat masuk mobil"
"Trus juga--" Merasa dirinya terlalu banyak bicara kunimi langsung menghentikan kalimat nya "Maaf mala ngomel-ngomel"
"Ga papa" Tawa canggung menghiasi wajah kindaichi "Kadang aku juga suka penasaran sama keadaan pesantren"
"Kenapa ga coba ngomong aja sama Abuya, siapa tau ada solusinya" Ucap kunimi
KAMU SEDANG MEMBACA
HABIBIE TILL JANNAH [Haikyuu Religi]
FanfictionMasuk ke pesantren yang berada di ambang kehancuran? Pesantren nekoassalam milik KH. nekomata yang sudah berdiri selama 30 tahun lebih, mengalami kehancuran akibat sebuah kasus yang melibatkan santri dan Gus muda nya. Di bawa arahan seorang ustadz...