Sayu-sayu suara tangis keluarga dari mulut hinata, berkali-kali tangannya mengusap air mata agar tidak keluar lagi, setelah kejadian tadi ia benar-benar kabur dari sana namun malang gadis itu tidak tau bagaimana caranya pulang ke Jakarta
Hinata juga tidak memegang uang sama sekali, jangan kan uang ponsel saja ia tinggal di sana
Mau kembali pun rasanya lebih baik mati dari pada harus bertemu Abi dan istri barunya lagi
"Bibi" Hinata mendekati seorang penjual minuman "Saya boleh minta minum ga?" Untung nya shoyo ini bukan tipekal anak yang gengsi nya tinggi, jadi dia ga malu buat minta
Perempuan paru baya itu nampak tersenyum, lalu mengangguk sambil mengambil botol Aqua
"Tapi saya ga punya uang bi, apa ga papa?"
Botol tadi tertahan, tapi masyaallah nya si penjual tetap tersenyum "Ga papa ambil aja neng"
"Engga bu air biasa aja, ga usah yang kemasan"
"Ga papa ambil ini, sok di minum" Nampak nya si ibu penjual peka melihat tampang berantakan Hinata "Neng mau roti juga?"
"Emang boleh?"
Kemasan roti harga dua ribuan beliau buka lalu di berikan pada tangan Hinata
Tanpa sadar air mata gadis itu kembali mengalir dari sela-sela matanya, perlakuan dari ibu itu membuat Hinata teringat pada ibunya
"Neng nya lagi ada masalah?"
Hinata mengangguk pelan "Saya berantem sama Ayah saya bi" Sambil sesekali memakan roti itu tangan nya mengusap bekas-bekas air yang ada di pipinya
"Kadang orang tua emang suka beda pendapat neng, tapi sebenarnya mereka sayang kok sama anak-anak nya"
Andai ibu ini tau masalah sebenarnya apa, beliau mungkin tidak akan bilang 'mereka sayang kok sama anak-anak nya' Hinata sendiri sering bertanya apa Abinya benar-benar sayang?
Rasa takut mempercayai laki-laki kembali muncul di otak nya, takut kalo seandainya nanti dia malah menikahi orang yang salah lalu orang itu menelantarkan dia dan anak-anak nya
"Apa sangat berdosa kalo perempuan memilih tidak menikah?"
"Bu teh anget nya ada?"
Lamunan Hinata tiba-tiba saja di hancurkan oleh seorang pembeli yang menghampiri dirinya dan si ibu penjual yang tengah duduk sedikit menjauh
"Ada pak"
"Dua ya bu, sama gorengan berapaan nih"
Manik orange shoyo menelusuri seraya mengingat-ingat, rasanya dia tidak asing dengan orang yang baru datang untuk membeli teh hangat tadi
"Ustadz kuroo" Panggil hinata saat dirinya menyadari siapa yang muncul tadi
Yang di panggil hanya tersenyum sambil melambaikan tangan "Assalamualaikum" Beliau kira cuman jamaah yang sebatas nyapa
"Waalaikumssalam, ustadz kenal aku?" Tanya Hinata sambil mendekat, dirinya merasa tertolong, kalau boleh nanti shoyo mau di minta telponkan pihak pesantren untuk menjemput nya di sini
Tapi sepertinya ustadz kuroo ga kenal sama dia, emang sih cuman sekali dua kali doang Hinata ketemu itupun dulu, tapi muka khas beliau ini ga berubah jadi shoyo hafal banget
"Shoyo ustadz, cucuk nya Abuya ukai"
Sontak saja bapak kuroo terbelalak dengan senyum "Ya Allah ning shoyo, kamu lagi ngapain di sini? jauh banget main nya"
Hinata pun ikut menanggapi dengan senyum "Iya ustadz hehe" Ucap nya sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal
"Sendirian aja, atau sama siapa? Abuya nya ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HABIBIE TILL JANNAH [Haikyuu Religi]
أدب الهواةMasuk ke pesantren yang berada di ambang kehancuran? Pesantren nekoassalam milik KH. nekomata yang sudah berdiri selama 30 tahun lebih, mengalami kehancuran akibat sebuah kasus yang melibatkan santri dan Gus muda nya. Di bawa arahan seorang ustadz...