Chapter 8🌳

2.1K 384 0
                                    

~Hidup akan begitu baik, jika dijalani dengan seimbang~

________

*Subuh*

Panggilan adzan subuh berkumandang, dari berbagai mercu yang berjejak di kota Jakarta mampu membangunkan para umat beragama muslim, kendatipun tidak semuanya taat.

Dengan segenap tekad dan keimanan, ribuan masalah pun tak mampu melintangi ibadah yang akan di jalani bagi si tebal iman. Kecuali mereka yang tipis iman, bangun oleh sebab merasa terusik dengan panggilan adzan.

Gadis yang tat kala rajin itu pun sudah terbangkit sejak awal. Sebelum hadirnya waktu subuh, ia sudah lebih dulu bangkit menunaikan ibadah sunahnya di sepertiga malam. Kemungkinan ia salah satu seorang dari kaumnya yang tebal iman itu.

Maaf, gadis yang di maksud adalah Meira.

Kerap kembali lagi dan relatif terhadap hikayat pemilik jenama Meira. Ada sebagai dari kalian yang kemungkinan merasa bosan jika dalam cerita penuh dengan namanya. Tapi mau bagaimanapun juga, nyatanya Meira pemilik hikayatnya, dan ia tokoh utamanya dalam cerita, tentunya ia yang akan kerap terdapat namanya pada tiap lembar cerita.

Meira adalah gadis yang rajin.
Selain rajin dengan dunianya ia pun juga rajin dengan ibadahnya.







*****

Setelahnya shalat subuh. Meira dengan khusyuk menderas hafalannya, melalui sistem bacaan Al-Qur'an khususnya.

Fahmi yang juga baru menyelesaikan shalatnya, ia pun bangkit lalu berpindah duduk di atas sofa kamarnya. Kondisinya yang masih enggan melepas jubahnya.

Fahmi menghela nafas berat, sembari bersandar lesu pada dinding sofanya. Hari-harinya selalu muram, seolah makhluk yang tak berselera hidup.

Belum ada dua menit ia bersandar. Suara telepon dugas mengusiknya, hingga ia yang sudah terlanjur bersandaran malas pun, secepatnya bangkit dan mengusir kembali rasa malasnya.

Fahmi menatap sumringah saat nama om Dzai yang berada di layar teleponnya. Kemalasannya itupun seketika sirna.

"Wa'alaikum salam, om."

Percakapan keduanya berjalan begitu lancar.






*****

Fahmi yang menuju lantai bawah. Tujuannya ingin menghampiri kamar sang istri untuk memberitahukan sesuatu padanya.

Namun dalam detik akhir itu ia urungkan kembali tujuan awalnya, kalanya  melihat sang istri yang sudah lebih dulu bertonggok di ruang tamu.

Pagi ini pria itu baru melihatnya lagi, tak seperti tiga hari kemarin.

"Meira!"

Serunya mendekati  sang istri.

Meira yang tengah duduk, seketika bangkit berdiri, "G-gus?" Ada reaksi takut yang terlihat dalam dirinya.

"Sudah shalat?" Tiba-tiba Fahmi bertanya lirih seperti bukan bertanya kepadanya. Membuat Meira memicing dengan reaksi bingungnya. Ada apa dengan suaminya? Tumben sekali menanyakannya? Tak seperti biasanya yang senyap beku padanya.

Gadis Buta Yang Mampu Menaklukan Dia (SELEAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang