1.PROLOG

8.2K 507 2
                                    

Lembaran-lembaran cerita yang tertulis mengabadikan  besar kisah keagungan seorang gadis mulia.

Gadis yang berjuluk ning dengan ikatan jenama purna Meira Giora Alfaqih, nama yang indah berbau anggun, sebagaimana perilakunya.

Gadis yang taat dalam agamanya pun mengabdi besar dalam  ikatan cintanya di hadapan sang pencipta. Rasa cintanya begitu besar meski ia sadar akan cintanya yang tak berbalas cinta.

*****

"Diamana tasbihku?"

Kelam kabutnya disuatu hari.

Apa kalian pikir gadis yang menjadi toko utama  dalam cerita ini adalah  gadis normal seperti gadis pada umumnya, yang dapat melihat bebas dunia dan seisinya? Tidak! Dunia kosong. Ya dunia  kosong tak nampak  wujud apapun di sekitarnya. Untuk melihat dunia? Jangankan melihat dunia, melihat wujud dirinya sendiri saja tidak pernah.

"Maaf, ning cari apa?" Tanya seorang gadis berpakaian khas santri melepar tanya pada Meira kala melihat Meira yang nampak kebingungan mencari sesuatu. Kebetulan gadis itu tak sengaja melihat Meira saat melalui tempat yang  disinggahi Meira.

"T-tasbih, ya tasbih. Apa mbak melihatnya? Seingat saya tadi pagi saya meletakannya di sini," ucap gugup Meira sembari mengira-ngira dengan menunjuk kesuatu tempat.  

"Ouhh.... Mm.... Coba saya  bantu cari ya ning," sebenarnya gadis santri itupun juga tak tahu menahu soal itu. Tapi mulianya ia tetap gegas ikut mencarinya.

Gadis itu baru hendak melangkah untuk mencari. Netranya sudah lebih dulu mendapati  apa yang dicarinya.

Gadis santri itu tersenyum. Menganggap hal itu lucu, "Ya Allah ning. Bukan di situ, tapi di sini," ucapnya sambil terkekeh.

"Ouhh... Maaf. saya juga tidak tahu. Saya kan hanya mengira-ngira dimana tempat saya terakhir meletakannya. Jadi mbak  sudah menemukannya?" Tanggapannya.

"Sudah, nih," balas gadis santri itu, sembari menyerahkan benda milik Meira yang baru saja dicarinya dan ditemukannya.

"Dimana mbak menemukannya?"

"Dalam rak Al-Qur'an."

"Ya Allah. Pantas saya tidak bisa menemukannya. Saya kira letaknnya berada di tempat  biasa saya meletakannya. Terimakasih bnayak mbak, sudah bantu  mencarikannya. Untung saja ada mbak." tuturnya sembari membungkuk-bungkuk, menunjukan rasa hormatnya.

"Iya sama-sama ning... Yasudah kalau begitu saya tinggal dulu. Lanjutkan kegiatannya ning. Assalamualaikum," katanya dengan ramah, sembari berjalan bungkuk meninggakannya pergi.

Meira mengangguk memberi senyum termanis."Waalaikumsalaam."

Siapa gadis santri barusan itu? Ia mbak Una, seorang mbak santri yang biasa bertugas di ndalem alias mbak ndalem.


*****

"Ning, mau kemana?"

"Ning."

"Ning."

"Jalan-jalan sore ning."

"Ning."

Sapaan ramai para santri putri pada Meira yang tengah melakukan jalan sore mengelilingi komplek pesantren Al-Kahfi santri putri bersama kedua sepupunya yaitu Dira dan juga Sasya, disertai dampingan mbak ndalem Risa dan juga Una.

Meira membalasa sapaan ramai santri putri dengan sahutan ramahnya.

Jangan lupa mampir ke istagram @cici_ai_ai

Gadis Buta Yang Mampu Menaklukan Dia (SELEAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang