18. Gara-gara Banda Neira

898 178 7
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

"Kamu marah karna aku ketemu sama mama kamu, Bi?" Abi menggeleng kecil sebagai jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu marah karna aku ketemu sama mama kamu, Bi?" Abi menggeleng kecil sebagai jawaban.

"Aku takut, Al." Abi menatap lekat tepat pada netra Alice. "Ngga ada hal baik yang terjadi setelah mama nemuin orang-orang di hidupku Al." Alice menyimak, dengan tangan yang tak henti memberikan elusan pada tangan Abi.

"Terakhir, mama pernah recokin Bara. Berkali-kali Bara ditemuin sama mama. Dia ditelfon berkali-kali cuma biar bujuk aku untuk mau tinggal sama dia." pandangan Abi terlihat semakin sendu karena mengingat tentang kejadian yang sudah berlalu itu. Tangannya masih  digenggaman erat oleh Alice, agar pemuda itu sadar bahwa ada orang yang sedang bersamanya. Alice berharap dengan kehadirannya, Abi tidak akan terlalu terlarut dalam emosinya.

"Bara marah waktu itu. Dia bilang ke aku kalo dia ngerasa keganggu dengan semua teror yang dilakuin sama mama. Dia sampe gagal ikut turnamen basket, dikeluarin sama pelatihnya gara-gara ngga bisa fokus latihan. Kita berdua berantem waktu itu. Sampe ujungnya, aku mutusin untuk nyoba tinggal sama mama biar dia berenti recokin Bara."

Alice masih menyimak sambil fokus menatap muka Abi yang kelihatan memerah.

"Sebelum itu juga hal yang terjadi sama Bara terjadi juga sama temen-temen ku. Pokoknya setelah papa meninggal, mama ngga berenti ganggu semua orang di sekitarku." Abi menatap wajah Alice.

"Aku takut reaksi kamu sama kaya Bara, Al. Kayak temen-temenku yang akhirnya menjauh. Aku takut kamu terganggu dan marah sama aku. Aku takut, kamu pergi." Abi tercekat. Memikirkan ia harus kehilangan orang-orang terdekatnya lagi membuatnya marah dan sedih disaat yang sama.

"Udah berapa kali Al? Selain di sekolah, apa kamu pernah ketemu mama lagi?" Alice menggeleng.

"Pertemuan aku sama mama kamu waktu itu kayaknya ngga meninggalkan kesan baik. Aku ngga pernah lagi ketemu sama mama kamu setelah itu." Abi menghela. Merasa sedikit lega karena mamanya tidak mengganggu Alice lagi sejauh ini.

"Maaf Al. Aku minta maaf atas apa yang mamaku bilang ke kamu. Aku tau apapun itu, pasti bukan hal yang enak buat didenger." Alice menghela napas kecil lalu menarik dagu Abi naik agar menatapnya.

"Aku kesel, mama kamu bilang aku ngga sopan dan bawa pengaruh buruk buat kamu." Abi menggeleng tanda bahwa ia tidak setuju.

"Maaf nih ya Bi, tapi mama kamu beneran nyebelin banget. Mama kamu ngga cocok jadi artis. Aku bingung kenapa dia bisa ikut main di film yang aku suka banget akhir-akhir ini." Alice mendengus.

"Padahal mama kamu bisa loh pakai cara lain buat bujuk kamu. Misalnya akting baik-baikin kamu gitu biar mau ikut tinggal bareng, dia kan artis." Abi meringis kecil, merasa kecewa dengan apa yang mamanya lakukan tapi disaat yang sama Abi merasa terhibur. Pasalnya kini, Alice bicara dengan bibir yang mencak-mencak dan wajah jengkel yang tidak repot-repot ia tutupi. Abi tau kalau kini Alice benar jengkel dan bukan hanya basa-basi hanya untuk membuat Abi merasa  tenang.

Alice in A TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang