2. Pekerjaan Baru

24 3 0
                                    

Belum revisi
Selamat membaca
.
.
.
.

Mencari pekerjaan saat ini merupakan kegiatan yang susah didapat. Banyak pesaing yang harus dilewati setiap seleksi. Mereka banyak mengeluarkan keunggulan demi masuk perusahaan yang digencari, namun ada juga yang pasang wajah pasrah karena berfikir bahwa ia tak memiliki prestasi apapun untuk masuk perusahaan impian.

Seperti Aira saat ini yang tengah menunggu namanya dipanggil untuk interview oleh HRD. Materi sudah ia siapkan sejak semalam, takut akan ada yang kelupaan ketika ditanya nanti. Ia sedang berusaha menenangkan pikirannya agar tetap tenang saat interview. Dengan menarik napas dan minum air putih. Tapi rasanya tetap sama saja gugupnya.

"Bismillah, Ai bisa" semangatnya dengan nada lirih. Malu jika terdengar banyak orang.
"Atas nama Aira Oktavia Lionel"
Apakah saatnya ia interview?. Kenapa seketika materi yang ia siapkan berantakan dan lupa bagian mana dulu yang akan Aira sampaikan. Oh tidak, jangan seperti ini.
Aira masuk dengan beberapa berkas ditangannya. Ini merupakan pengalaman pertama interview untuk melamar pekerjaan. Sebelumnya hanya wawancara biasa seleksi organisasi di kampus dulu.

"Silahkan duduk!" Perintah pria disana dengan nada tegasnya. Terlihat bahwa pria ini bukan HRD jika dilihat dari penampilannya. Tapi apakah harus seperti itu nadanya. Jujur Aira gugup.

"Silahkan perkenalkan diri anda!" Perintahnya lagi setelah Aira duduk tepat didepannya. Pria didepanya tampak mengawasi wajah gugup Aira. Bukannya memperkenalkan diri, Aira malah nampak terpesona dengan ketampanan pria didepannya ini. Bodoh memang jika sudah bertemu pria tampan.

Sadar akan tatapan elang pria ini. Aira mulai memperkenalkan dirinya dengan niat ingin bergabung menjadi karyawan di perusahaan yang ia impikan ini.

"Kamu tahukan peraturan disini tidak boleh menjalin hubungan dengan karyawan lain?"

"Iya pak, saya tahu" Aira tampak sedikit menunduk setelah menjawab pertanyaan ini. Memang salah ya kalau ia hanya mengagumi pria didepannya. Mungkin itu yang menjadi alasan pria ini menegaskan peraturan ini. Memang siapa si bos nya. Kenapa ada peraturan seperti ini. Membosankan sekali pikir Aira.

"Kau menatapku seperti ingin memilikiku saja. Memang bisa". Pengakuan pria ini membuat Aira tambah yakin bahwa tatapannya memengaruhi sikap ia terhadap pria ini. Ayolah cepat selesai, Aira ingin keluar ruangan yang menjengkelkan ini secepatnya.

Aira hanya diam, namun dalam hati ia terus mengumpat tak jelas. Emang siapa si pria sombong ini, tampan tapi membuatnya dongkol. Gajadi mengagumi kalo seperti ini. Semoga jika ia diterima diperurahaan ini, ia tak pernah bertemu dengan pria ini lagi. Kalau ketemu pun Aira harus jual mahal, jangan terlihat mengaguminya. Kalau pria tadi tambah besar kepala bagaimana ? Aira kalah dong.

.....

Aira tengah menggu ojek online dilobi kantor. Gerak-geriknya tak bisa berbohong kalau ia tengah terburu-buru. Tiba-tiba telpon masuk dari adiknya.

"Masih lama kak?". Tanya Refa dari seberang. Adik satu-satunya Aira yang tengah menempuh pendidikan kelas 3 di SMA Negeri.

"Bentar dek, ojol Kaka belum dateng. Cuman obat itu doang kan yang habis, atau masih ada lagi". Tanya Aira pada adiknya yang berjarak 3 tahun darinya.

"Itu aja kak, hati-hati ya". Lanjut Refa mengingatkan sang kakak yang ia sayangi. Bagaimana tidak, Aira merupakan harapan keluarganya sekarang setelah 3 bulan lalu ayahnya meninggal karena penyakit jantung yang ternyata sudah diidap sejak Aira masuk kelas 3 SMP, dan baru diketahui oleh Aira saat masuk semsester 5 Aira menjadi mahasiswi.
Ibunya sekarang tengah sakit, dan rutin mengonsumsi obat yang telah dianjurkan oleh resep dokter. Sakit hati yang kesekian kali bagi Aira dalam menjalani hidup. Belum selesai ia berduka, sekarang ibunya tengah sakit dan perlu perawatan.

PERATURAN BARU (Posesif Boss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang