4. Ternyata selama ini

18 3 0
                                    

Haii
Tulisan masih murni belum revisi
Selamat membaca
.
.
.

Dikamar ukuran 4x5 Aira merenung sambil memangku bantal dan memegang hpnya. Sedari tadi dia tidak tenang. Bagaimana tidak, 3 jam lalu ia dijadikan tumbal oleh karyawan dikantornya sebagai pacarnya demi menghindari kencan buta. Ingat, Aira wanita normal. Baper pasti.

Aira belum tau identitas pria itu, setelah pengakuan pacar pura-pura. Pria itu hanya mengucapkan terima kasih tanpa menjelaskan lebih detail siapa dia. Posisi Aira yang masih ngobrol dengan sahabatnya jadi terganggu. Raina langsung menghujani seribu pertanyaan.

"Gue ga tau Rai, baru aja ketemu tadi. Namanya aja gue ga tau siapa". Jelas Aira pada sahabatnya.

"Gue ga bodoh, pasti itu cowo tau elu".

"Jelas lah. Gue kan terkenal".

"Mulai. Terkenal dari mana lu sampe di gituin sama cogan".

"Sebernya tadi tuh cowo yang gue ceritain tadi". Jelas Aira dengan santai. Tapi didalam hati ia tetap tidak tenang.

"OOO HRD itu, yang interview elo. Elah bisa kali Ai". Raina menatap Aira sambil mengedipkan satu mata genitnya. Aira tau maksud Raina. Tapi bukan itu yang Aira mau. Baru aja kerja, udah ada kejadian konyol kaya gini.

"Heh bocah. Kantor gue ga boleh ada yang pacaran". Raina hanya tertawa.

"Mana ada maling ngaku maling. Mereka pada diem-diem Ai buat pacaran. Udah, sekali-kali langgar aturan".

"Ga lah. Gue tuh mau kerja ya. Bukan cari pacar. Jodoh tuh udah ada yang ngatur". Aira tetap pada pendiriannya. Tidak mau berbuat kesalahan. Apalagi ini masalah tunjangan hidup. Bagaimana nanti nasib keluarganya jika dia keluar dari perkerjaan.

Kembali ke kamar. Saat ini ponselnya menyala dan ada panggilan masuk. Nomer tidak diketahui. Angkat tidak ya, nanti kalau penipuan gimana. Akhirnya Aira mendiami hpnya. Namun nomer itu kembali menelponnya dan ini sudah ketiga kali. Oke, Aira angkat.

"Hal..

"Kenapa tidak diangkat". Baru saja Aira manyapa. Suara bariton itu malah langsung membentak.

"Maaf, ini siapa ya". Lanjut Aira dengan sopan. Jangan sampai dia ikut terpancing emosi.

"Ck. Kau tidak tau aku". Terdengar helaan napas kasar.

"Maaf, saya tidak tau". Oke, tetap sopan Aira. Tahan

"Aku ini bosmu, jangan-jangan kau tidak menyimpan nomerku ya". Aira bingung. Kenapa jadi bosnya yang menelpon. Ada masalah apa dia. Jadi parno sendiri.

"Maaf pak. Saya belum tau bapak, dan saya belum save nomer bapak. Sekali lagi ma..

"Maaf maaf. Saya ini masih muda ya. Panggil saya tuan". Aira mengernyit. Apa bedanya tuan dengan bapak.

"Baik tuan". Aira mengalah lagi.

"Saya ga mau besok liat kau telat ya. Datang jam 7 pas. Lebih dari itu temui saya keruangan".  Sambungan terputus.

Apa ini maksud dari bosnya. Memangnya Aira kemarin telat. Perasaan engga. Ya Tuhan, awal jadi karyawan aja udah begini. Aira membuang napas pelan. Jadi begini rasanya menjadi bawahan.

Ketukan pintu kamar terdengar dari luar. Sudah waktunya makan malam ternyata. Dan adiknya selalu mengetuk pintu kamarnya untuk mengajak bergabung makan malam.

"Kak, makan malam dulu". Seru adiknya dari luar.

"Iya sebentar lagi Kakak kesitu". Tidak ada sahutan lagi. Brarti adiknya sudah pergi. Aira lantas turun dari kasur, menyusul ibu dan adiknya makan malam. Kalau dulu yang mengetok pintu biasanya sang Ayah. Aira jadi kangen.

PERATURAN BARU (Posesif Boss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang