Suasana sendu menyelimuti area pemakaman. Tangis isak terdengar bersahutan di bawah langit yang mendung itu.
Jaehyuk mencoba menelpon ayahnya berkali-kali, namun tidak kunjung mendapatkan jawaban.
Prak!
Dia melemparkan ponselnya ke tanah hingga hancur berkeping-keping. Ryujin yang terkejut lantas memeluknya erat. "Yoonjae jangan begini!"
"Keterlaluan." Gumam Jaehyuk dengan suara berat dan serak. Wajahnya begitu kusut, matanya sembab. Ibunya telah berpulang pada pagi hari tadi. Dia mendapatkan kabar menyedihkan itu ketika berada di sekolah. Di saat seperti itu, ayahnya sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Harusnya dia disini. Harusnya yang memelukku sekarang adalah ayah." Gumam Jaehyuk di dalam pelukan Ryujin. Dia menenggelamkan wajahnya pada pundak Ryujin, lalu menumpahkan semuanya.
Ryujin yang merasa pundaknya semakin basah oleh air mata mengusap kepala Jaehyuk dengan lembut. Dia tidak bisa mengatakan padanya untuk bersabar atau mengikhlaskan, karena kata-kata seperti itu justru akan lebih menyakitinya. Yang dia butuhkan sekarang adalah dukungan emosional.
Orang-orang yang menghadiri pemakaman mulai meninggalkan tempat itu satu persatu. Sebelum pergi, mereka menyampaikan bela sungkawa mereka kepada Jaehyuk.
Jaehyuk hanya diam tanpa mengubah posisinya di dalam pelukan Ryujin, sehingga Ryujin lah yang berbasa-basi dengan mereka.
Kini, tersisa Jaehyuk, Ryujin dan Asahi yang masih berada disana. Asahi tidak berani mendekat. Dia hanya bisa melihat Jaehyuk dan Ryujin dari jauh.
Zras!
Hujan akhirnya turun dengan deras. Namun, Jaehyuk tetap tidak bergeming meskipun air hujan membasahinya.
"Yoonjae hujan." Ryujin menepuk-nepuk kepala Jaehyuk pelan.
"Biarkan saja." Balas Jaehyuk.
Tidak lama kemudian, Asahi menghampiri mereka dan memayungi mereka.
"Asahi, sini masuk! Lo kehujanan." Seru Ryujin saat melihat Asahi basah kuyup, mengabaikan dirinya terguyur air hujan.
"Gak apa-apa. Gue gak gampang sakit." Balas Asahi datar. Meskipun memiliki sifat seperti itu, rupanya Asahi peduli kepada kedua sahabatnya.
Namun, Jaehyuk tiba-tiba menarik Asahi dan memeluknya juga hingga payung itu terjatuh dari tangan Asahi. Jika bukan dalam suasana seperti itu, sudah pasti Asahi akan mendorong Jaehyuk menjauh. Tapi untuk sekarang, Asahi membalas pelukannya.
Mereka bertiga berpelukan di tengah hujan yang deras itu.
"Terima kasih, karena selalu disisiku. Kalian lebih baik daripada ayahku sendiri." Lirih Jaehyuk.
"Yoonjae ayo makan!" Ryujin menyodorkan sesuap nasi kepada Jaehyuk, namun Jaehyuk menepisnya dengan lembut. "Nanti aja." Balasnya dengan senyuman yang di paksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Hundred Fireflies : The Next Life | Yoon Jaehyuk
Fanfiction[Sequel A Speck of Light] Hidup Yoon Jaehyuk berubah 180 derajat sejak melihat ratusan kunang-kunang di dalam mimpinya. Apa rahasia di balik kunang-kunang dan mimpinya itu?