[4] PIECES OF DREAM

133 29 14
                                    

Seorang pria paruh baya memberikan sejumlah uang kepada seorang pemuda. Pria tersebut menggunakan masker untuk menyembunyikan identitas dirinya.

"Bereskan tanpa jejak!"

"Masih kurang." Pemuda yang menerima uang tersebut mengulurkan tangannya lagi, seolah meminta bayaran lebih.

"Itu sudah 300 juta won! Kau bilang masih kurang?!"

"Ya sudah kalau tidak mau." Pemuda itu meletakkan koper berisi uang itu di lantai lalu bergegas pergi.

"Tunggu! Baiklah. Saya kasih tambahan 100 juta lagi."

"Bagus."

.

.

.

Saat ini, Jaehyuk berada di ruang guru, berdiri di hadapan wali kelasnya yang sedang memijat pangkal kepalanya.

"Yoon Jaehyuk kau..." Guru itu menghentikan kalimatnya, menghela nafas berkali-kali sebelum melanjutkannya lagi. "Nilaimu turun semua, dan...apa ini? Dalam seminggu ini kau masuk ke BK tiga kali karena berkelahi?! Sudah begitu dengan ketua OSIS?!"

Jaehyuk tidak merespon ucapan wali kelasnya itu, hingga membuatnya kehilangan kesabaran. "Ada apa sebenarnya denganmu?!"

Lagi-lagi, Jaehyuk hanya diam.

"Apa kamu seperti ini gara-gara ibumu..."

"Hentikan!" Ucapan wali kelasnya itu terpotong oleh ucapan Jaehyuk yang begitu dingin.

Wali kelasnya itu terkejut bukan main, "A-apa kamu baru saja memotong ucapan bapak?" Tanyanya dengan ekspresi tidak percaya.

"Saya mengerti. Saya akan introspeksi diri. Jangan pernah membahas tentang itu lagi! Saya permisi." Jaehyuk pun membungkuk padanya sebelum melenggang pergi dari ruang guru, meninggalkan gurunya itu terdiam seribu bahasa.

Saat Jaehyuk hendak memasuki kelasnya, tanpa sengaja dia bertabrakan dengan Asahi di ambang pintu. Jaehyuk hanya memutar bola matanya malas, lalu melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Asahi, begitu juga dengan Asahi. Jika tidak, mungkin mereka akan berkelahi lagi.

Suasana kelas itu terasa buruk semenjak Jaehyuk berubah. Biasanya, suasana kelas akan ramai oleh canda tawanya bersama teman-temannya. Dia lah yang paling aktif berperan meramaikan suasana kelas.

"Yoonjae..." Ryujin menepuk bahunya ragu-ragu.

"Hm?"

"Lo udah ngerjain tugas sains kan?" Tanyanya.

"Yang mana?"

"Ah...lo gak ngerjain tugas lagi ya?"

Jaehyuk hanya bisa diam, karena dia memang tidak mengerjakannya. Dalam seminggu ini, dia tidak bisa fokus dengan urusan sekolah. Dia tidak pernah mengerjakan tugas sehingga sering dihukum guru, dia juga tidak pernah menampakkan dirinya di ekskul basket maupun dancenya hingga anggotanya mencarinya setiap hari. Setiap itu terjadi, Jaehyuk selalu beralasan.

Dia mendapatkan mimpi yang berbeda setiap malam, maka dari itu Jaehyuk tidak pernah bisa tidur dengan tenang. Selain itu, pikirannya pun menjadi terganggu hingga tidak bisa fokus terhadap hal yang lain.

 Selain itu, pikirannya pun menjadi terganggu hingga tidak bisa fokus terhadap hal yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Hundred Fireflies : The Next Life | Yoon JaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang