Drtttt...
Drtttt...
Haechan mengabaikan ponselnya yang terus menerus berdering. Jika di cek, mungkin saja ada lebih dari 20 panggilan tak terjawab.
"Gak lo angkat?"
Haechan menoleh penuh tanda tanya kepada Asahi yang baru saja berbicara padanya. Haechan memperhatikan Asahi yang masih memakai pakaian rumah sakit dari atas sampai bawah. Yang di tatap justru duduk santai di sofa dengan kaki menyilang.
"Asahi-ssi anda serius? Bagaimana bisa anda tahu persembunyian saya?" Tanya Haechan dengan nada lelah. Dia tidak bisa mengerti jalan pikiran targetnya yang selalu di luar nalar itu.
"Rahasia." Balas Asahi singkat.
"Asahi-ssi, lihat ponsel saya! Itu ayah anda yang terus menerus menyuruh saya membunuh anda! Dan sekarang anda ada di hadapan saya!" Haechan sedikit meninggikan nada bicaranya dengan raut wajah frustasi.
"Ya udah tinggal bunuh."
"YAK! ASAHI JANGAN BERCANDA!" Teriak Haechan dengan tiba-tiba.
Asahi terkejut, Haechan yang selalu berbicara sangat formal itu tiba-tiba berteriak dengan bahasa non formal.
"Jangan menyepelekan nyawa! Kamu tidak tahu apa yang aku dan Jaehyuk rasakan ketika kamu meninggalkan kami! Kamu tidak tahu bagaimana menderitanya Jaehyuk hingga akhirnya berhasil bunuh diri! Kamu dari dulu sama saja! Selalu menyepelekan nyawa sendiri!" Haechan mengatakan itu dengan menggebu-gebu, lalu detik berikutnya ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, seolah telah berbicara hal yang seharusnya tidak dikatakan.
Asahi berdiri dari sofa dengan cepat. Dia memandang Haechan dengan tatapan yang sulit di artikan. "Kamu juga..." Gumam Asahi.
"Asahi? Gaya bicaramu berubah. Apa kamu juga..."
Mereka saling menatap lama dalam diam. Keduanya memikirkan hal yang sama. Mereka mendapatkan ingatan masa lalu mereka. Kalimat yang sama-sama ingin mereka katakan adalah: Kamu juga ingat?
Haechan menghampiri Asahi, lalu...
Grep
Haechan memeluk Asahi erat. "Asahi, aku merindukanmu, sungguh." Ucapnya dengan suara bergetar. "Aku pikir kamu tidak ingat, jadi aku pura-pura tidak mengenalmu."
Asahi menepuk-nepuk punggung Haechan pelan. "Jadi itu sebabnya lo selalu gak jadi bunuh gue? Sejak kapan?" Tanya Asahi pelan.
"Sejak pertemuan pertama kita, saat aku menculikmu. Sepulangnya dari sana, aku langsung mendapatkan mimpi aneh. Di dalam mimpi itu, ada banyak kunang-kunang yang memberitahu hal mengejutkan padaku. Setelah itu, aku perlahan mendapatkan semua ingatan masa laluku." Jelas Haechan disertai isakan kecil.
"Yak! Lo nangis? Seorang pembunuh bayaran nangis? Gak elit banget." Celetuk Asahi dengan nada datar.
Haechan langsung melepaskan pelukannya, lalu menatap Asahi tajam. "Aku sangat kesal padamu! Bisa-bisanya mengorbankan diri seperti itu?! Aku jadi merasa sangat tidak berguna."
"Sudahlah. Itu masa lalu." Asahi membuang mukanya ke samping untuk menghindari tatapan Haechan.
"Kamu menyebalkan Asahi! Aku tidak akan membiarkanmu mati untuk kedua kalinya!"
"Tapi takdirku..."
"PASTI ADA JALAN!! JANGAN MENGUCAPKAN KATA TAKDIR LAGI! AKU MUAK!!"
Asahi menutup telinganya. Pasalnya, Haechan berteriak tepat di samping telinganya. Asahi menoleh kepada Haechan. "Muka lo jelek." Ucapnya saat melihat air mata yang terus-menerus turun dari mata Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Hundred Fireflies : The Next Life | Yoon Jaehyuk
Fanfiction[Sequel A Speck of Light] Hidup Yoon Jaehyuk berubah 180 derajat sejak melihat ratusan kunang-kunang di dalam mimpinya. Apa rahasia di balik kunang-kunang dan mimpinya itu?