[3] CHANGE

149 29 8
                                    

Jaehyuk kembali terbangun di tempat aneh itu. Saat itu juga, Jaehyuk langsung menyadari bahwa dia sedang berada di dalam mimpi.

Angin kencang tiba-tiba menerpanya. Jaehyuk berusaha bertahan, namun angin itu begitu kuat hingga bisa menerbangkannya. Jaehyuk merasa takut karena angin itu terus menyeretnya entah kemana.

Hingga akhirnya angin itu berhenti, Jaehyuk terjatuh di atas permukaan tanah.

Dia mengedarkan pandangannya, dan dia melihat dirinya sendiri, Asahi dan juga beberapa orang asing yang tidak dia kenal tak jauh darinya. Sekarang, dia seperti berada di dalam suatu kotak berukuran 3 x 3 meter.

"Hyung...bunuh aku sekarang juga!"

"TIDAK ASAHI! BIARKAN SAJALAH KITA SEMUA MATI ATAU DUNIA HANCUR! AKU TIDAK PEDULI!"

Jaehyuk menegang melihat adegan yang terjadi di hadapannya. Entah karena alasan apa, dadanya terasa sangat sesak, seolah dia mengalami sendiri hal itu.

Asahi terluka parah, dia terus mendesak Jaehyuk yang ada di hadapannya itu untuk membunuhnya.

Jaehyuk tidak mengerti apa yang terjadi, yang dia tangkap adalah sepertinya mereka harus membunuh Asahi untuk menyelamatkan dunia dari sesuatu.

"Hyung, setelah ini...hiduplah normal untukku! Terimakasih...sudah menjadi kakak dan sahabatku. Aku menyayangimu, Jaehyuk hyung." Setelah Asahi mengatakan itu, tangan Jaehyuk digerakkan oleh orang lain untuk menusuk dada Asahi.

Asahi berteriak kesakitan, darah keluar dari hidung, mulut dan matanya. Jaehyuk memejamkan matanya dan menutup telinganya. Adegan yang terjadi di depannya terlalu mengerikan. Dia ingin cepat-cepat bangun dari mimpi buruk itu.

Lagi-lagi, para kunang-kunang itu menghampirinya lalu berbisik, "Yoon Jaehyuk, takdir ini akan terulang lagi. Kematian ibumu bukan sekedar kebetulan. Semuanya terjadi sesuai urutan kejadian di masa lalu. Hentikan kematian Asahi, dan kau akan terbebas dari takdir ini selamanya."

Deg!

"AAAAAH!"

"Hah...hah...hah..."

Jaehyuk terbangun di dalam kamarnya. Entah siapa yang memindahkannya dari area pemakaman malam itu.

Setelah bangun dari tidurnya, Jaehyuk mengacak rambutnya frustasi, lalu melemparkan beberapa barang yang ada di dalam kamarnya. Dia merasakan semua emosi yang dirasakan Jaehyuk yang ada di dalam mimpinya.

Brak!

"JAEHYUK ADA APA DENGANMU?" Ayahnya menghampirinya dengan raut wajah khawatir, lalu memeluknya erat.

Tidak lama kemudian, kesadaran Jaehyuk mulai kembali ke kenyataan, lalu dia mengingat ayahnya yang menamparnya tadi malam. Sontak, dia mendorong ayahnya menjauh.

"Jaehyuk..."

"JANGAN MENDEKAT!"

"Jaehyuk maaf, semalam ayah..."

"PERGI!"

Bukannya pergi, ayahnya itu justru semakin mendekat padanya. Namun, Jaehyuk berlari keluar dari rumahnya dengan membawa ponselnya, mengabaikan ayahnya yang semakin merasa bersalah.

Jaehyuk lalu menelpon Asahi.

"Halo?"

"Asa dimana?" Tanya Jaehyuk dengan suara memburu karena masih dalam posisi berlari.

"Sekolah."

Mendengar jawaban Asahi, Jaehyuk mematikan sambungannya secara sepihak, lalu berlari ke halte terdekat yang mengarah ke sekolah.

A Hundred Fireflies : The Next Life | Yoon JaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang