[5] THE MEETING

144 26 8
                                    

Tin! Tin!

Jaehyuk mengendarai mobilnya dengan serampangan. Dia berkali-kali menyalip kendaraan lain hingga suara klakson terdengar bersahutan di jalanan yang ramai itu.

Dia mencoba menelepon nomor Asahi lagi, namun tidak di angkat. Dia terlalu fokus dengan ponselnya, sehingga saat dia melihat kembali ke arah jalanan, dia baru menyadari bahwa dia menerobos lampu merah.

Tiiiiiiinnnn!

Brak!

"Haish ini kok macet banget?!" Ryujin menghentakkan kakinya frustasi beberapa kali di dalam mobil kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haish ini kok macet banget?!" Ryujin menghentakkan kakinya frustasi beberapa kali di dalam mobil kakaknya.

"Sabar dong...kayaknya di depan ada kecelakaan." Sahut kakaknya dari kursi kemudi. Mereka dapat mendengar dengan jelas suara kericuhan sekaligus suara ambulans jauh di depan mereka. Mereka tidak dapat melihat apapun karena banyak sekali mobil yang menghalangi pandangan mereka.

"Kak kita putar balik aja, ada jalur lain. Gue takut temen gue kenapa napa." Ujar Ryujin setelah memperhatikan aplikasi maps.

Akhirnya mereka memutar balik kendaraan mereka, meninggalkan jalanan yang macet itu tanpa mengetahui bahwa orang yang terlibat kecelakaan itu adalah orang yang Ryujin kenal.

Akhirnya mereka memutar balik kendaraan mereka, meninggalkan jalanan yang macet itu tanpa mengetahui bahwa orang yang terlibat kecelakaan itu adalah orang yang Ryujin kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haechan?"

Asahi memandang lekat eksistensi yang berdiri di hadapannya itu, hingga membuatnya mengernyit heran. "Asahi-ssi tahu siapa saya?"

Pemuda yang berdiri di hadapannya itu memasang ekspresi waspada. Dia berpikir, bagaimana bisa ada orang lain yang mengetahui nama aslinya, sedangkan identitasnya adalah rahasia yang tidak diketahui siapapun.

"Asahi-ssi, anda tahu? Semua orang yang mengetahui nama asli saya...pasti mati." Orang yang dipanggil Haechan itu mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya, lalu memainkannya.

Haechan kira Asahi akan ketakutan, namun justru sebaliknya. Asahi menatap lurus matanya dengan wajah tanpa ekspresi, seolah tidak memiliki rasa takut sedikitpun.

Melihatnya, Haechan merasa tertarik. Baru kali ini, targetnya tidak menunjukkan perasaan takut. Selama lima tahun hidupnya sebagai pembunuh bayaran, hal seperti itu tidak pernah terjadi.

A Hundred Fireflies : The Next Life | Yoon JaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang