Tama-Bara

176 18 10
                                    

BUGH!!

"Aaaa!! Bang, udahh bang!"

"Itu karena lo udah nyakitin Adek gue!"

BUGH!!

"Dan itu, karena lo udah bikin Adek gue mempertanyakan keberadaannya sebagai seorang Beta. Kalau gue liat lo deketin Bara sekali lagi, gue bakal hajar lebih dari ini!"

Setelah kalimat terakhir itu, pria yang merupakan Kakak dari Bara tersebut menarik Adik satu-satunya untuk menjauh, sementara sang Adik menggerakkan bibirnya tanpa suara yang membentuk kata 'maaf' kepada pria dengan wajah lebam itu.

Setelah berjalan cukup jauh dan berhenti di lorong yang tidak terlalu sepi, Varo menatap Beta tersebut tepat di matanya.

"Gue gak ngizinin lo untuk berhubungan lagi sama Jefan. Dalam bentuk apapun. Ngerti? Kalau lo ada butuh sama dia, bilang ke gue. Gue yang jadi perantara. Tapi lebih baik gak usah ada lagi."

Bara merengut sembari memanyunkan bibirnya, tapi ia tetap mengangguk dengan dehaman kecil sebagai jawaban.

"Gue hari ini gak bisa anter lo balik, ada bimbingan."

"Hm, gue pulang sendiri aja kalau gitu."

Tatkala kakak beradik itu sedang berbincang dengan suasana panas dingin, Varo melihat Tama sedang berjalan bersama Ursa dan seorang Alpha yang ia tahu tengah menjadi buah bibir di kampus.

"Tama!"

Yang dipanggil menoleh dan segera berjalan mendekat.

"Kenapa Bang Varo? Eh, ada Bara juga. Hai!" Bara hanya melirik sebentar sebelum membuang muka sebagai balasan sapaan Tama.

"Lagi bete dia. Btw, lo abis ini ada kelas lagi gak? Atau ada acara mau ke mana gitu?"

"Enggak sih, ini mau balik juga. Kenapa?"

"Cakep! Gue boleh minta tolong anterin Bara pulang gak sama lo?"

"Bang, apaan sih? Gue bisa pulang sendiri!"

"Diem lo, gue tau abis ini lo mau keluyuran terus hp-nya lo matiin biar gue gak nelponin mulu, kan? Gue khawatir ya anjing. Seenggaknya kasih tau kalau mau pulang telat, jangan ngilang tiba-tiba. Bunda tuh kalau lo kayak gitu nanyanya ke siapa lagi kalau bukan ke gue? Dia juga khawatir."

Bara bungkam, wajahnya yang sudah tertekuk kini tambah ditekuk karena omelan dari sang Kakak. Melihat kondisi yang tambah canggung, Tama berinisiatif untuk mencairkan suasana.

"Boleh kok Bang Varo, tapi Baranya boleh gue ajak main, gak? Balik sama gue pasti bakal pulang telat."

Varo mengangguk, "boleh, tapi lo harus selalu kabarin gue biar gue tau kalau Adek gue baik-baik aja sama lo."

Tama mengangkat satu tangannya yang ditempel pada pelipis, "siap!"

Matanya kini beralih menatap Bara yang masih diam dengan tangan bersedekap, ia meraih satu tangan itu dan menariknya pelan, "ayo Bar."

"Jangan nyusahin Tama, ya. Kalau bisa pulangnya jangan kemaleman, batas Bara nyampe rumah maksimal jam sembilan."

Bara mengangguk saja, sedangkan Tama menjawab dengan kata 'oke'. Setelah Varo berpamitan, Tama menggenggam pergelangan tangan Bara sebelum berjalan ke mobilnya.

"Bang Jordan, Ursa, gue mau main sama anak kicik dulu ya. Lo berdua jangan macem-macem, apalagi Ursa. Jangan lo godain mulu Alpha baru lo!"

"Cih. Suka-suka gue lah! Dah sana hush hushh, lo ganggu waktu gue sama Jordan mulu dari tadi!" Ursa menjulurkan lidahnya.

Insecurity | JjUs x TaBarcode [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang