"Kak Tam, kan gue udah bilang gak perlu dijemput, gue bisa pulang sendiri."
Alpha di depannya tersenyum, "selagi gue bisa, bakal diusahain buat jemput lo terus."
"Ih! Ngerepotin tau." Bara bersedekap, bibirnya mengerucut lucu dengan pipi yang menggembung.
Ekspresi kesal Beta tersebut adalah kelemahan Tama, maka ia langsung mencubit sebelah pipinya dengan gemas.
"Jangan lucu-lucu, bisa gak? Gue jadi pengen gigit pipi lo, tau!"
"Kak Tam apaan sih!" Ia mengentakkan sebelah kakinya, lalu menggeser kencang tubuh sang Alpha yang menyender pada pintu mobil, masuk dan menutup pintunya kencang.
Tama terkekeh hingga matanya menyipit, "salting dia, pipinya merah." Kemudian bergegas memasuki mobil untuk segera mengantar pangerannya pulang.
"Kak Tam, langsung ke bar Abang aja ya.. bosen di rumah."
"Gak ganti baju dulu?" Tanya Tama sembari melirik.
"Di lantai dua ada kamar Bang Varo, kamar gue juga sih berdua, masih ada sisa baju di sana."
"Oh? Gue baru tau. Berarti Bang Varo suka gak pulang?"
"Enggak gitu juga sih. Dia jarang nginep di sana, tapi kalau udah capek banget, baru izin gak pulang. Dulu sempet beberapa kali gue ketiduran di dapur bar, masih pake seragam lagi. Terus akhirnya suka dipindahin sama Abang. Abis dari situ, dia nyuruh bawa beberapa baju buat ganti kalau gue dari sekolah langsung ke bar, yaudah deh. Tapi gue juga kadang-kadang doang tidur di sana, karna Bang Varo lebih suka bangunin terus ngajak pulang. Kasian Bunda, sendirian di rumah." Tama mendengarkan sembari fokus menyetir.
"Yaudah, gue rencananya malem ini juga mau ke bar Abang lo, jadi mau sekalian nunggu di sana sampe buka. Eh, boleh gak ya?"
Tangan bara mengibas-ngibas santai, "ooh, boleh lah! Ntar biar gue yang bilang ke Abang, paling juga diizinin. Oh ya, tadi gue baru aja dikasih tugas sejarah. Lo liatin gue nugas aja, atau bantuin gue! Lo pinter kan?? Soalnya kata Bang Varo, lo termasuk mahasiswa pinter di kampus. Ya ya ya?? Bantuin ya?"
Tama melirik seraya mengangkat sebelah alisnya, "lo? Ngapain nanyain gue ke Bang Varo?" Ucapannya terdengar menggoda Bara.
Rasanya Beta itu baru saja tertangkap basah. Mulutnya terpeleset mengatakan apa yang seharusnya tidak ia ungkapkan. Sedikit panik, tapi berusaha tenang.
"E—enggak! Bang Varo tuh yang nyeritain, temen-temennya banyak yang kenal lo dan muji-muji lo bibit berkualitas! Katanya beruntung banget yang bakal jadi pasangan lo, tapi sayang udah putus dari mantan terakhir lo itu, banyak yang bilang kalian cocok."
Tama menyeringai, "ini kalimat dari temen-temennya Bang Varo atau dari lubuk hati lo?"
Plakk!
"Aduh!"
"Jangan ngimpi lo! Nanya-nanya lo ke Bang Varo aja mustahil, apalagi ngebatin kek begitu. Amat sangat tidak mungkin, tipe gue bukan cowok playboy kayak lo." Cibir Bara.
Pemuda itu mengusap lengannya yang dipukul Bara, "gue gak playboy tau.. dulu tuh cuman punya banyak temen aja, deket sana sini, gak tau kalau ternyata mereka baper.. padahal gue nganggepnya temen deket biasa."
"Iyain. Padahal udah punya pacar, tapi masih bisa deket sama yang lain. Apa gak marah tuh Kak Ursanya?" Nadanya terdengar sinis.
"Huh? Kamu tau Ursa? Kirain tau wajah gak tau nama."
"Tauu, kemarin Bang Varo bilang lo baru putus dari Omega secantik Kak Ursa. Sayang banget, malah disia-siain. But he deserves better, sih."
Tama terkekeh, orang-orang yang belum tau faktanya membuat hal itu terdengar lucu. Tidak mungkin dia memiliki hubungan percintaan dengan Kakak kandungnya sendiri. Hey, dia masih waras dan normal! Tapi semua itu memang ada tujuannya. Ia dan Ursa akan mengumumkan hal tersebut ketika waktunya tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
Insecurity | JjUs x TaBarcode [HIATUS]
FanficTentang Tama yang mengejar cintanya. Tentang Bara yang mempertanyakan eksistensinya. Tentang Jordan yang mendapatkan garis takdirnya. Tentang Ursa yang menemukan cinta sejatinya. Modern ABOverse ⚠️ TABARCODE dan JJUS ⚠️ Cerita ini hanya FIKSI, mohon...