Dua

2.4K 460 57
                                    

Ravindra Gibran dan Parisya Magani mendukung naik • 5 jam

Gemintang Kanessa A • Ikuti
Belajar Fisika di Universitas Indonesia . 7 jam

Apa yang akan terjadi jika gravitasi tidak ada?

Maka, semua akan berhamburan, menghilang dan tidak akan ada kehidupan.

Gravitasi sesungguhnya adalah salah satu unsur penting yang membuat alam semesta ini bertahan. Tanpa gravitasi, semua yang ada di alam semesta ini akan hancur.

Dia ibarat tali yang mengikat kuat. Tidak adanya dia, tidak sekadar membuatmu melayang. Jika tali yang mengikat itu terlepas, maka semua akan lenyap. Atmosfer, air di sungai dan lautan atau apa pun yang ada di bumi ini akan berhamburan ke angkasa. Bumi akan tercerai berai, termasuk bulan maupun planet-planet lain. Bahkan, semua yang ada di alam semesta ini akan musnah.

Dukung Naik . 37

*
*
*

Nessa segera turun menuju lantai satu begitu bel motor Magani memanggilnya. Dia lantas berpamitan pada ayah ibunya, lalu bergegas menuju pintu gerbang.

Magani paling tidak suka menunggu. Waktu toleransi yang biasa diberikan perempuan itu tidak lebih dari lima menit. Selebihnya, dia akan mengomentari panjang lebar betapa membosankannya waktu menunggu itu.

Seminggu berangkat bersama Magani membuat Nessa paham, apa yang tidak disukai temannya itu. Sebelum Magani pindah rumah di komplek yang sama dengannya, mereka selalu berangkat ke kampus sendiri.

Nessa terbiasa mengerjakan sesuatu dengan kilat. Sebelum Magani datang, dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya sehingga tidak membuat perempuan itu menunggu melebihi waktu lima menit.

Begitu melewati pintu gerbang yang sebagian terbuka, dia cepat-cepat menutupnya kembali, lalu berjalan menuju motor Magani.

"Ada yang ketinggalan."

Nessa mengerutkan keningnya. Dia sudah mengenakan helm setelah bersalaman dengan ayah ibunya. Lalu, apa yang dimaksud Magani?

"Apanya?" tanya Nessa setelah tiga detik dalam keheranannya.

Magani mengedikkan dagunya ke arah pukul empat dengan malas. Nessa mengikuti arah kedikan Magani, tepatnya di sisi kiri pintu gerbang.

Rupanya Gibran tengah berdiri di sana. Senyum yang hangat membingkai wajahnya. Penampilan laki-laki itu tampak rapi dengan kemeja kerja berwarna abu-abu yang dipadu dengan celana hitam. Di tangan kanannya, dia menenteng sebuah goodie bag berwarna biru laut.

Gibran berjalan mendekat. "Tadi waktuku lumayan luang. Makanya habis subuhan, aku bikinin bekal buat kamu," kata laki-laki itu seraya menganjurkan goodie bag ke arah Nessa.

Nessa bergeming. Beberapa saat dia hanya menatap goodie bag itu, sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangan pada Gibran. "Tapi, aku biasa makan siang sama Gani," ucap Nessa berusaha menolak.

"Aku tahu. Makanya aku buatin sekalian sama temenmu. Nanti punyamu yang atas, temenmu yang bawah." Seperti biasa, laki-laki itu selalu punya cara untuk menangkis setiap penolakan halus yang dilakukan Nessa.

"Sebenarnya kamu nggak perlu repot-repot."

Laki-laki itu mengernyit. "Repot? Apanya yang repot? Aku juga baru sekali ini bikinin kamu bekal, kan?"

Nessa menarik napas pendek. Benar, memang baru kali ini Gibran membuatkan bekal untuknya. Entah apa yang membuat laki-laki itu tiba-tiba membawakan bekal makan siang untuknya.

Nessa masih enggan menerima. Dia melirik ragu-ragu pada goodie bag yang tergantung di tangan Gibran.

"Meskipun lama nggak ke dapur, aku biasa masak sendiri pas kos di Bandung dulu." Gibran seakan menjawab keraguan Nessa dengan bekal makan siang buatannya.

InertiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang