Sebelum menikmati ceritanya, jangan lupa FOLLOW akunku dulu. Vote dan komen untuk mendukung cerita ini agar update lebih cepettt!!
Jadilah pembaca yang bijak!
Sider? Gak ada guna nya!
Hanya bersama, bukan berarti bersatu. Seperti mencintai tak harus memiliki.
.
Seminggu setelah kepergian Relda dan Mela. Rasa berkabung yang datang secara mendadak itu sangat menguras tenaga dan pikiran. Kini aktivitas Adya kembali padat dengan jadwal meeting yang bisa nyampai 5 pertemuan klien dalam sehari. Hal itu tak lepas dari kemauan Adya sendiri agar tidak menunda lebih lama lagi pekerjaannya yang semakin menumpuk.
Agam sebagai kerabat dekat dan tentunya mempunyai wewenang dalam pekerjaan penting itu pun sudah memperingatkan Adya untuk menyelesaikannya perlahan.
Ketakutan yang akhir-akhir membayangi pikirannya terjadi saat Adya menggeram seraya memegangi kepalanya kuat-kuat. Agam menghentikan sejenak tugas nya dan menghampiri meja Adya.
"Sakit lagi?"
Adya berdehem pelan. Rasa ngilu di kepalanya menyerang tiba-tiba. Dia pikir mungkin ini efek dari stress nya karena sudah terlalu banyak beban yang menuntut sana sini.
"Balik sana! Biar gua yang selesaiin." Ini bukan permintaan, namun penegasan yang tidak bisa Adya tolak secara mentah-mentah. Karena laki-laki dingin itu sudah melototinya tajam.
"Santai ae kali tuh mata!" Gerutu Adya. Bukannya takut malah ngakak. "Gua mau mampir ke resort bentar," ujarnya memberitahu Agam.
"Ngapain? Ribut sama bokap lo lagi?"
Adya beranjak, merapihkan meja nya lalu menggeleng pelan seraya menatap Agam dengan senyuman simpulnya. "Kurang kerjaan banget gua cari ribut sama si tua bangka!" Celetuknya asal.
Agam mendecak, kepalanya geleng-geleng heran mendengar penuturan Adya yang mengatai bapaknya sendiri tua bangka.
Adya melengos pergi dari ruangan meninggalkan Agam yang berdiri terpaku diam. Entah apa yang memenuhi pikiran Agam sampai tidak menyadari kepergian Adya.
٬٬ ❦ ٬٬
Adya menolak di kawal oleh Ikhsan dan Palen. Dia membawa mobil sendiri ke tempat yang akan ia tuju dengan kecepatan sedang.
Selalu saja. Pikiran tiada henti nya bekerja menguras otak untuk berpikir. Padahal dia ingin merefresh kan pikirannya sejenak, menghirup udara segar tanpa debu yang menyumbat di hidung. Seperti ingin terbebas dari segala macam masalah yang tiap hari menuntutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A Season 2
Teen Fiction⚠ :: di anjurkan sebelum membaca alangkah baiknya kamu mengikuti akun saya terlebih dahulu. dan untuk kamu yang menemukan cerita ini, lebih baik membaca SEASON 1 nya dulu, ini lanjutan dari cerita Double'A. Terima kasih yang sudah menekannya, selama...