.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Bangun, bersihkan diri kalian lalu kembali berlatih!" ucap pria dengan surai panjang berwarna putih dan bola mata berwarna sedikit keemasan.
"Apa tidak ada hari libur? Sehari saja, aku sangat lelah setiap hari berlatih," ungkap Aluna yang masih memejamkan matanya yang terasa ngantuk. Tidak, sebenarnya, karena kejadian semalam membuatnya sedikit tak bersemangat.
"Apa kalian ingin melihat dunia Elf hancur di tangan raja Teivel Ares?" tanya Fritz membuat gelengan di kepala kedua gadis itu.
"Hah! Kenapa harus kami yang menemukan kalung itu!" keluh Briona bangkit dari duduknya di ikuti oleh Aluna dan berjalan menuju sungai untuk membersihkan tubuh mereka.
Mereka tampak lelah, pikiran mereka tentang kejadian semalam benar-benar membuat mereka tak fokus. Tak seperti biasanya, Aluna dan Briona yang selalu mengadu kekuatan mereka sembunyi-sembunyi, memilih membersihkan diri secara terpisah.
Hal itu tentu saja membuat Fritz dan Aldrich bingung bukan main. Ada apa dengan gadis itu? Ke mana perginya semangat Aluna yang berapi-api? Ke mana perginya fokus Briona yang hebat itu?
Yang mereka lakukan saat berlatih hanya terjatuh dan kalah. Serangan mereka menjadi sangat lemah, dan tak ada apa-apa.
"Ada apa denganmu, Briona?" tanya Aldrich mengulurkan tangannya tepat di hadapan Briona yang jatuh tersungkur.
Namun, bukannya menjawab pertanyaan Aldrich, Briona malah segera berdiri dan meninggalkan Aldrich tanpa mengucapkan sepatah kata. Sekali lagi, hal itu benar-benar membuat Aldrich bingung bukan main.
Niat hati ingin menegur, tetapi Aldrich urungkan. Karena raut wajah Briona saat ini benar-benar berbeda dari biasanya. Ia takut akan membuat keadaan semakin memburuk dari sebelumnya.
Briona berjalan tak tentu arah. Pikirannya kalang kabut akibat perdebatan semalam. Egois. Namun, ia bisa apa? Ini semua terjadi karena ulah mereka. Entah sudah berapa kali Briona menghela nafasnya.
Kakinya terus berjalan membawanya ke tepi sungai yang ia gunakan untuk membersihkan dirinya tadi. Ia duduk di atas batu, menggeletakkan badannya di atas batu besar dan mata menatap ke atas langit. Bayang-bayang saat awal pertemuan mereka berputar di otak Briona.
Awal pertemuan yang indah. Dan mereka memutuskan untuk menjadi sahabat. Setitik senyuman tipis terbit di sudut bibir Briona. Bayang-bayang di mana saat mereka tertawa bersama, suka duka mereka lewati bersama dan selalu berakhir bahagia.
****
Tak jauh berbeda dengan Briona. Aluna pun mengalami hal yang sama. Semangatnya untuk berlatih seketika pudar. Sudah beberapa kali Aluna terus terjatuh dan kalah dalam serangan yang diberikan oleh Fritz. Membuat pria itu menghentikan kegiatannya, menatap ke arah Aluna yang terjatuh di atas tanah.
"Ada apa denganmu, Aluna? Kau terlihat tidak bersemangat, tak seperti biasanya?" tanya Fritz melenggok mendekat ke arah Aluna.
Aluna yang sudah tidak bersemangat lagi untuk berlatih memilih untuk menidurkan tubuhnya di atas tanah yang di tutupi oleh daun kering. Dan tidak menanggapi pertanyaan dari Fritz.
"Apa kau lapar? Aku akan mengambilkan buah untukmu" tawar Fritz hendak pergi dari sana dan mencari buah yang bisa di makan.
"Aku tidak lapar!" ujar Aluna cepat membuat langkah kaki Fritz berhenti dan membalikan badannya menghadap ke arah Aluna.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Aluna?" tanya Fritz sedikit meninggikan suaranya.
"Sudah aku katakan, aku lelah. Aku ingin istirahat!" balas Aluna dengan tanpa berniat menoleh ke arah lawan bicaranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Three of Royal Maidens
FantasyTeivel Ares raja dari clan duisternis, seorang monster yang memiliki ilmu sihir tingkat tinggi dari Clan duisternis. Sosok monster yang tidak memiliki hati nurani dan haus akan kekuasaan, dengan kekuatannya membuat ia dengan mudah mengendalikan pulu...