Kau Rumah ku

786 23 8
                                    

" bunda. " rengek Bima, Anak sulung ku seraya berjalan cepat ke arah ku yang tengah duduk bersantai di gazebo yang berada di dekat kolam renang di belakang rumah kami. Dirinya pun memeluk tubuh ku cepat bahkan sebelum aku bertanya ada apa dengannya.

" Ada apa abang? Kok lari – lari? " Tanya ku sembari mengusap puncak kepala Bima.

" Ayah nyebelin. " adu nya dan membuat ku terkekeh.

" ayah kenapa memang? Kok nyebelin? " Tanya ku lembut.

Derap langkah yang begitu ku kenal mulai mendekati aku juga Bima. Dan tak lama sosok yang bicarakan Bima pun muncul dengan memakai baju berwarna gelap dan berkacamata. Sepertinya dirinya sedang ada yang di kerjakan sebelum ke belakang menyusul aku dan Bima. Sembari menggendong putra bungsu kami dan menuntun putri kecil kami.

" ayah kenapa? Sampe anaknya mau nangis gini. " Tanya ku pada suami ku yang kini semakin mendekati ku dan membuat putri kami langsung berlari ke arah ku dan Bima.

" ayah jahat sama abang. " adu putri kami yang bernama Kaira sembari memeluk ku dari samping. Yang memang berusia dua tahun lebih muda di bandingkan Bima yang kini berusia delapan tahun.

" Ayah? " panggil ku meminta penjelasan sembari memandang dirinya yang bingung harus menjelaskan apa.

Dan sebelum suami ku ini buka suara, dirinya sudah terlebih dulu mengecup puncak kepala ku dengan lembut dan duduk di gazebo bersama ku, Bima dan Kiara sembari dirinya menggendong Tara, putra bungsu kami yang baru berusia dua tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan sebelum suami ku ini buka suara, dirinya sudah terlebih dulu mengecup puncak kepala ku dengan lembut dan duduk di gazebo bersama ku, Bima dan Kiara sembari dirinya menggendong Tara, putra bungsu kami yang baru berusia dua tahun.

" ayah gak ngapa – ngapain bun. " Beritahu suami ku dan membuat Bima juga Kiara menggeleng kuat.

" enggak. "

" ayah bohong. "

" terus? Ini kenapa Bima sampe ngerengek gini? Sampe Kiara juga nyalahin ayah. " Tanya ku. Dan belum sempat suami ku membalas ucapan ku dan menceritakan semuanya. Bima langsung menyambar ucapan ku.

" ayah bohong. Ayah ingkar janji. " ucap nya.

" ingkar janji? " tanya ku memastikan sekali lagi. Karena aku masih belum paham konteks kemarahan anak sulung ku ini pada mas Arjuna, suami ku.

" ayah kemarin janji mau ngajak abang berenang. Tapi sampai sore begini ayah masih sibuk sendiri. Ayah bahkan masih bisa becanda sama Tara. Ayah gak sayang lagi sama abang. " ujar Bima mulai menangis terisak sembari memeluk ku erat. Membuat ku balas memeluk tubuh mungil nya yang kini duduk di pangkuan ku. Mengertilah aku apa yang menjadi pokok masalah antara dua pria ini

*****

" abang. Boleh bunda beritahu abang? " tanya ku pelan sembari mengajak Bima untuk bicara dan mencoba untuk meredakan isakannya ini. Aku mencoba mengajak nya bicara setelah ku biarkan dirinya menangis cukup lama.

Bima pun mengangguk pelan dan mencoba sekuat tenaga untuk menghentikan tangis nya. Tapi tetap dengan dirinya yang memeluk ku.

" maaf ya kalau ayah terkesan gak nepatin janji ayah untuk ngajak abang berenang hari ini. Abang tahu gak, kalau hari ini, bunda baru dapet tamu bulanan? " tanya ku pada dirinya dan membuat Bima menghela pelukan kami berdua.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang