Sean (1)

1.6K 48 9
                                    

" Sean. " panggil ku pada senior ku yang saat ini tengah berjalan bersama beberapa teman satu tim sepak bola nya.

Tapi dirinya sama sekali tak memperdulikan panggilan ku barusan dan terus saja berjalan melewati ku yang masih duduk santai di taman. Bahkan beberapa temannya memandang ku dengan tatapan tak enak karena teman sekaligus kapten tim nya tak memperdulikan ku.

" kenapa ya? Aku emang ada salah ya? Udah dua hari ini di kacangin mulu. " monolog ku sendiri sembari memandang Sean yang pergi menjauh itu.

Padahal biasanya Sean tak pernah mengacuhkan ku seperti ini. Dan sekali pun dirinya sibuk, dirinya akan memberitahu ku atau setidaknya menjelaskan lebih dulu. Tapi saat ini, bahkan dirinya tak ada menjelaskan apa pun sama sekali.

" tau ah. Lebih baik aku ke perpustakaan aja. " ujar ku menghendik kan bahu dan beranjak pergi dari taman itu.

Aku sama sekali tak ada niatan untuk mendatangi Sean dan mempertanyakan sikapnya ini. Aku akan membiarkan dirinya dulu sampai di mana batas  dirinya mendiam kan aku seperti ini. Toh aku juga bisa mendiamkan dirinya.

*****

" Sean. " tegur Harry, sahabatnya saat mereka berjalan menuju ruang tempat tim sepak bola sering berkumpul.

" hm? Kenapa? " tanya Sean balik dan melirik sekilas pada sahabatnya itu.

" lagi marahan sama Hanna ya? " tanya Harry penasaran.

Apalagi dirinya sampai melihat aku yang memanggil Sean tapi tak di hiraukan oleh Sean. Sean sendiri malah terus berjalan seakan tuli akan panggilan ku pada dirinya.

" hm? Marahan apa? " tanya Sean bingung.

" itu tadi. Kamu di panggil Hanna. Tapi malah gak noleh. Kaya tuli aja. Kasian tahu gak Hanna. Dia pasti malu, udah teriak nyaring manggil kamu tapi kamunya malah seakan bodoh kayak gitu. " tegur Harry.

Pasalnya panggilan ku tadi cukup keras dan cukup membuat beberapa orang memandang ke arah diri ku yang memanggil sahabatnya ini. Dan ucapan Harry ini membuat Sean langsung memandang dirinya dengan tatapan terkejut.

" kapan? "

" tadi barusan. Sampe muka nya Hanna gak enak gitu. " ucap Harry yang langsung membuat Sean berbalik dan mencari diri ku.

" mana? " tanya Sean khawatir.

Dan salah satu teman setim mereka yang mendengar gumaman ku pun mengatakan jika dirinya mendengar aku ke perpustakaan. Sean yang mendengarnya pun dengan berlari mulai menuju ke arah perpustakaan dan meninggalkan semua tim nya.

" haaahhh. Dasar bucin. " gumam Harry dan mengajak tim yang lain tetap menuju lapangan sepak bola. Apalagi jabatannya sebagai wakil ketua tim sepak bola, membuat dirinya dengan gampang menggantikan tugas Sean sebagai ketua tim.

*****

" Han? " panggil Sean pelan tak kala menemukan ku di sudut perpustakaan yang tersembunyi di lantai dua. 

Sudah semenjak aku masuk kuliah dua tahun lalu, tempat ini menjadi tempat ku untuk memenangkan diri sembari membaca buku. Bahkan penjaga perpustakaan pun tahu jika ini adalah tempat khusus ku dan membuat beliau terkadang melarang siapa saja mendekat ke lantai dua perpustakaan ini.

Di tambah lagi, beliau berbaik hati mendekorasi sudut ini menjadi tempat yang nyaman untuk aku menghabiskan waktu di sini. Dan satu - satunya orang yang dengan gampangnya menuju ke sudut perpustakaan yang nyaman ini adalah Sean.

" kau marah? " tanya Sean sekali lagi dan mendekati ku sembari duduk di sofa panjang di samping ku.

" bisakah kau pergi? " tanya ku dingin dan tak menghiraukan dirinya. Ulah ku ini membuat Sean dengan segera meraih dagu ku dan membuat ku memandangnya dengan wajah yang nyaris menangis.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang