036. Senyuman

131 20 0
                                    

"Awalnya senyumnya jadi candu, tapi lama kelamaan malah senyum itu jadi sumber rasa sakitku."

~FEARFUL~

•••

"Lea, ada tamu!" teriak Oma Sarah dari luar pintu kamar.

Allea yang tengah sibuk memainkan ponsel langsung bangun dari posisi berbaringnya. Keningnya mengerut bingung dengan tamu yang dimaksud. Ia membuka pintu kamar, tapi neneknya sudah turun terlebih dahulu. Ia ikut menuruni tangga menuju lantai dasar. Ketika sampai di ruang tamu, Allea tidak menemukan siapapun.

"Oma, tamunya mana?"

"Di luar. Dia nolak waktu disuruh masuk," jawab Oma yang berada di ruang keluarga.

Keningnya hampir menyatu karena penasaran. Siapa gerangan orang yang datang di malam yang tenang ini. Allea menuju pintu dan membukanya. Ia mundur sedikit saat melihat seseorang berdiri dengan senyum lebar di depan pintu.

"Hai!"

Orang itu terlihat tampan dengan kemeja hitam dengan kancing atas terbuka, dipadukan jeans dengan warna senada. Rambutnya yang biasa rapi, ia tata ke atas menambah kesan manly padanya.

"Lama tidak jumpa, Lea cantik!"

Entah apa yang merasukinya sampai menyapa gadis itu dengan sebutan cantik. Tidak seperti biasanya. Allea sampai mematung menatapnya yang berdiri sekitar semeter darinya.

"Ngapain kesini?"

Nando tersenyum seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

"Jangan senyum!" ucap Allea datar.

Pemuda itu bergeming, ia masih tersenyum. Namun, senyumnya tampak menyimpan banyak kesedihan. Ada rasa sakit yang berusaha disembunyikannya dari senyum lebarnya. Tatapan matanya menyimpan banyak kerinduan. Menatap sendu gadis di depannya.

"Berhenti tersenyum, berhenti menatapku seperti itu dan pergi dari sini!" ujar Allea pelan, tapi masih bisa terdengar di telinga Nando.

Nando berjalan mendekatinya, mempersempit jarak diantara mereka. Allea menahan nafas sejenak. Menatap tepat kemanik matanya yang terlihat sendu. Tidak seperti biasanya yang selalu berbinar.

"Maaf karena pergi tanpa pamit."

Pemuda itu mendekatinya, lalu memeluk erat tubuhnya. Allea diam sejenak, tapi langsung memberontak kemudian. Memukul dada bidang pemuda itu agar melepaskannya.

"Lepasinn!"

Pelukan Nando malah semakin erat. "Aku mencintaimu, Lea! Maafkan aku untuk segalanya."

Allea menghentikan pukulannya. Ia memejamkan mata sejenak sambil menarik nafas panjang.

"Jangan bilang ini pelukan perpisahan?"

Nando melepas pelukannya. "Lea—"

"Apa? Hah! Kenapa malah kembali. Pergi saja sana, ga usah kembali lagi!"

Kedua tangan gadis itu mendorong tubuh Nando menuju pagar rumahnya. Tidak ada perlawanan, Nando hanya diam pasrah menerima perlakuannya.

"Per-gi!"

Ia menutup gerbang, membiarkan Nando berada di luar sana. Gadis itu kembali ke dalam rumah, menutup rapat pintunya. Nafasnya memburu menahan tangis sejak tadi. Hati kecilnya bergetar, tidak tega memperlakukannya seperti itu.

Bagaimana jika dia menghilang lagi tanpa kabar?

Allea kembali membuka pintu, lalu menuju gerbang. Sayangnya sudah tak ada orang di depan sana, hanya jalanan kosong. Cukup lama ia berdiri merenung di sana hingga sebuah pesan masuk terdengar dari ponsel yang berada di saku baju tidurnya.

FEARFUL (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang