Karina memasang wajah kesalnya, niat hati ingin pulang bareng Minjeong, eh minjeong nya gak keliatan batang hidungnya. Tapi kata Ning ning, kekasihnya gak masuk pas jam terakhir yang artinya, minjeong membolos, tapi kemana? Pikirnya.
Karina bahkan sudah mengirimkan ribuan pesan kepada minjeong, namun naas hp nya aja gak aktif.
Sesampainya Karina di rumah, ia disambut dengan pertanyaan yang menurutnya sangatlah menyebalkan.
"Menapa kusut banget muka mu Rin? Heeseung nya mana?" Tanya sang ayah.
"Heeseung, heeseung, heeseung. Gue kapan di tanyain anj?"
"Gak tau pah, gak keliatan anaknya. Yaudah ya, Jimin mau ke kamar." Ucap Karina terburu buru, ia malas untuk meladeni pertanyaan sang ayah.
.
Keesokannya, Minjeong berangkat dengan keadaan berbeda, wajahnya terlihat sedikit lusuh.
"Muka lo Napa Jeong? Tumben amat pake make up kek gitu?" Tanya Ning ning sedikit bercanda.
"Iya nih, kemarin gue habis di make up-in sama heeseung." Ucap Minjeong, seketika raut wajah Ning ning berubah.
"Whatt? Ngapain tuh anak mukul Lo?"
"Gak tau, anu cowo sinting ya gitu." Ning ning yang mendengar tertawa kecil.
"Muka kamu kenapa sayang sampe babak belur gitu?" Tanya Karina khawatir.
Ya gimana gak khawatir kemarin seharian gak ada kabar. Terus sekarang pas ketemu ngelihat kekasihnya ini babak belur gitu.
"Ah enggak, kemarin cuma jatuh aja kak waktu mau kerja paruh waktu." Bohong Minjeong.
Gak salah juga sih, Minjeong emang kerja paruh waktu hitung hitung supaya gak terlalu ngerepotin sejeong.
"Masa jatuh sampe babak belur gitu? Bohong ya?" Karina memicingkan mata.
"K-kamu mau apa minta ketemu disini?" Minjeong mengalihkan pembicaraan.
"Oh, kenapa? Gak boleh kalo ketemu pacar aku?" Karina mengaitkan lengannya dileher Minjeong, dirinya juga enggan membahas soal wajah minjeong yang babak belur.
Mau gimanapun minjeong, tetep cakep kok di mata Karina.
Bulu kuduk minjeong berdiri sebab Karina mengelus tengkuknya, jangan lupa dengan tatapannya yang dalam itu berhasil membuatnya gugup.
Baru saja Karina ingin mencium minjeong, tapi ada aja orang yang mengganggunya.
"Kalo mau bucin jangan disini, anjing." Sahut Giselle. Reflek Karina melepas lengannya di leher minjeong.
"Aaaa~ ganggu aja lo!" Karina memutar bola matanya. Sedangkan minjeong sedari tadi mengumpat, malu diaa.
"Kalo mau ngebucin kamar aja sana sekalian skidappapap juga boleh." Giselle memberikan tatapan mesum.
"Anjing sesat, minjeong lo jangan dengerin ucapan Giselle ya." Ucap Karina.
"Dahlah, sana ke tempat lain. Yang penting jangan aja gue." Usir Giselle.
"Dihh, ini sekolah gue, ya terserah gue."
"Sekolah bapak lo, nyett." Giselle meralat.
-///-
Udah seminggu heeseung mendekati Karina. Dan Karina sendiri terkadang mengerang frustasi sebab dia gak di kasih cela buat kabur.
Dan sekarang Ciwi ciwi lagi ngumpul di bar, ya walaupun mereka masih belum legal tapi mereka tetap aja nekat. CK, gadis nakal.
Karina terus meracau nama minjeong atau sesekali mengumpat. Semabuk itukah dia, pikir teman temannya.
Salahkan Giselle yang mengajak mereka untuk datang ke bar katanya sih, healing bentar. Yang ngajak aja udah tepar bersama Karina, mereka saling memeluk satu sama lain. Minju disitu dia tidak terlalu mabuk lalu memfoto kedua manusia tersebut.
Siapa tau dengan itu dirinya bisa memeras uang dari dua anak tunggal kaya raya. Memikirkannya saja udah membuatnya cekikikan.
"Lia-ya coba lo telfon pacar mereka masing masing." Ujar minju.
"Ahh maless."
"Kalau gitu, lo mau gotong mereka sampe ke apart nya?" Lia menggeleng, lalu dengan cepat menyambar ponselnya yang berada di atas meja.
.
Minjeong baru aja selesai bekerja paruh waktu, dalam perjalanan pulang minjeong bersenandung kecil. Merasakan getaran kecil di sakunya lalu mengambilnya, tertera Kim jisu alias Lia meneleponnya.
"Halo kak?"
"..."
"Eoh, gue ke sana!"
".."
"Nee."
Minjeong memutar arah untuk ke bar, CK tiba tiba minjeong merasa kesal dengan kekasihnya ini bisa bisanya dia ke bar sedangkan dia sendiri belum cukup umur.
Sesampainya di bar, minjeong segera menggendong Karina ala bridal style lalu membaringkannya di mobil Karina. Dia akan mengantar Karina sampai ke apart dengan berbekal secarik kertas yang di tulis oleh Lia tadi.
"Gue gak tau sandinya." Gumam Minjeong saat berada di depan pintu apart Karina.
"Sayang, sandi apart kamu.. berapa?" Tanya minjeong pada kekasihnya yang berada di gendongan nya.
"Tanggal lahirku, mmh." Karina menduselkan wajahnya.
Click
Sesampainya di kamar Minjeong segera meletakkan Karina di ranjangnya dengan pelan, lalu segera melepas sepatu Karina. Saat minjeong hendak keluar tangannya di pegang oleh Karina sehingga membuatnya berhenti.
Brukk
Karina menarik tubuh Minjeong dengan kuat sehingga membuat tubuhnya jatuh tepat di atasnya. Karin menatap sayu, lalu membalikan badannya hingga minjeong berada di bawah kungkungannya.
Minjeong menelan ludahnya susah payah saat Karina menelusuri lehernya hingga ke dadanya dengan jarinya itu. Tanpa aba aba Karina mencium bibirnya lalu melumatnya.
Minjeong membalas ciuman Karina, lalu membalikan badannya. Lamat laun ciuman tersebut menjadi intens, Tangan Karina mengelus tengkuk hingga bahu Minjeong. Kaki Karina tak tinggal diam hingga tak sengaja bergesekan dengan pusat Minjeong.
Nghhh
Lenguhan Karina terdengar. fuck! Minjeong merasakan dibawah sana merasa sesak. Tak mau melewati batas, minjeong melepas ciumannya lalu bangkit meninggalkan Karina sendiri di kamarnya.
"Aniya, aniya, ini bukan waktunya." Minjeong membatin, dirinya menggeleng kecil lalu menuju kamar mandi yang berada di luar untuk menuntaskan apa yang harus di tuntaskan.
..
.
To be continued
Jangan votment 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For You; Winrina [END]
Fiksi PenggemarKang Karina, atau kang Jimin anak dari kang seulgi dan Bae Irene pemilik kwangya high school, serta seorang pengusaha ternama di Korea. "Memangnya ada yang mau menghukum kita? Lo lupa gue siapa? Gue anak dari kang seulgi, pemilik sekolah ini." . Kim...