S A T U

599 41 0
                                    

Jeno memetik senar gitarnya dengan tenang, pria yang sekarang menjabat sebagai CEO perusahaan dan pemilik kafe terkenal di daerah Bandung itu sedang menyanyikan lagu ‘Hilang dan Lupakan.’ Ceritanya lagi mengenang masa muda.

“Jeno!!!”

Jeno yang tadinya lagi memejamkan mata, menghayati lagu, kontan mendelik. Ia terdiam sebentar. Kayak kenal. Batinnya. Kemudian dia menoleh ke belakang. Maniknya menangkap dua insan yang sedang menatapnya semringah. Satu laki-laki sedang melambaikan tangan, satu lagi perempuan. Keduanya pun menghampiri Jeno.

“Weyyy, kumaha damang?” Lelaki itu bertosan dengan Jeno.

(*Kumaha Damang : Gimana, sehat?)

Damang!” sahut Jeno semangat. “Lo sendiri, Chan?”

(*Damang : Sehat!)

Haechan, ia menjawab, “Alhamdullilah!! Sehat sentosa saya mah!”

Jeno ketawa, lantas ia menatap perempuan yang ada di sebelah Haechan. “Lo apa kabar, Bin? Makin cantik aja!” ujar Jeno kemudian.

“Bisa aja lo.” Eunbin memukul bahu Jeno pelan. “Baik gue mah!!” seru Eunbin lantas ber-tos-an juga dengan Jeno.

“Duduk-duduk!” Jeno berkata, dan kedua sahabatnya itu pun duduk berhadapan dengan Jeno.

“Lo pada, kok, bisa dateng barengan?” tanya Jeno heran.

“Ketemu tadi di depan,” sahut Eunbin enteng.

“Gue kira kalian....” Jeno mesem-mesem sendiri.

“Gue udah punya pacar!” tukas Eunbin galak.

Saat itu juga, Jeno sama Haechan langsung ketawa. Eunbin cuman bisa menghela napas doang. Nggak berubah-berubah, nih, sifat sobat gue. Batinnya.

“Yang lain mana, sih?! Gue kira, gue yang ngaret,” gerutu Eunbin mengalihkan topik.

“Lagi di jalan, mungkin,” ucap Jeno santai sambil mengedikkan bahunya. “Ya, udahlah sana mesen duluan aja,” lanjutnya pada mereka.

Setelah diizinkan oleh sang pemilik kafe, Haechan langsung bangkit dan pergi ke lantai satu untuk memesan. Eunbin tidak ikut, mager katanya, jadinya nitip ke Haechan. Efek datang bulan kali, ya. Tidak lama Haechan pun datang dan duduk kembali pada tempatnya lalu berbincang dengan Jeno, sedangkan Eunbin lebih memilih untuk bermain ponselnya—streaming MV BTS yang terbaru.

Pelayan datang membawa sebuah nampan pesanan Haechan, bertepatan saat itu juga seseorang tiba-tiba menutup mata Eunbin. Ia kaget, tapi tidak sampai teriak, cuman mengumpat dalam hati aja.

“Tebak, gue siapa?” Suaranya kayak dibuat meyerupai bapak-bapak. Namun, Eunbin yang tadinya sempat mikir langsung memekik senang. Ia tahu siapa orang ini.

“LIA!!”

Lia langsung melepaskan tangannya dan terjadilah peluk-pelukan di antara mereka. Mereka mengeratkan pelukan, saling melepas rindu yang terpendam. Jeno sama Haechan cuman senyum-senyum doang, walau geli, tapi... ya, udahlah.

“Ini baru segini doang?!” kaget Lia tidak menyangka dan dapat anggukkan dari yang lain.

“Serius? Gue kira gue yang paling ngaret, ternyata gue yang kepagian,’’ lanjut Lia sambil geleng-geleng.

Setelah berbincang agak lama, datang dua orang. Satu pria berkacamata dan satu wanita yang surai hitamnya digelung rapi. Ketika Haechan melihat kedua insan itu, ia berdecak kagum sambil menggelengkan kepala. Haechan berkata, “Pak Dokter! Bu Dokter!”

Hwall rolling eyes, lantas duduk di samping kiri Jeno, tidak menggubris perkataan Haechan. Dan wanita yang tadi datang bareng Hwall lagi pelukan teletubbies sama Eunbin dan Lia.

OUR UNIVERSE || 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang