Seminggu lagi pekan ulangan tengah semester akan dilaksanakan. Walaupun masih pertengahan, tetap aja harus memperoleh nilai bagus. Lebih tepatnya untuk para pejuang SNMPTN, seperti Heejin. Perempuan itu mulai menunjukkan sifat ambisnya—ya, sebenarnya di kesehariannya memang sudah ambis, sih—setelah belajar bersama KELUARGA LEGENDS—ketika ia tidak ada jadwal les—Heejin langsung meneruskan belajarnya di rumah hingga larut malam.
Dia juga jadi jarang koar grup. Namun, tenang aja yang lain sudah memaklumi, kecuali Jiwon yang sedikit terkena culturshock. Di pikiran dia, pantas aja Heejin mendapatkan predikat juara sekota Bandung, usahanya luar bisa.
Tok! Tok! Tok!
Pintu terbuka, menampakkan seorang wanita yang membawa sepiring buah melon dan apel, serta es teh manis.
“Istirahat dulu, sayang.”
“Bentar lagi, tanggung banget, Bun.” Heejin masih berkutat dengan alat tulisnya.Dengan helaan napas, bundanya Heejin pun menjawab, “Ya, udah makan sama minumannya ditaro sini, ya, jangan lupa istirahat sejenak dulu.”
“Iya, Bunda.”
Wanita itu pun keluar kamar Heejin, meninggalkan sang putri sendiri lagi. Waktu pun terus berjalan, sejam dua jam hingga pukul sembilan malam Heejin tepar juga. Ralat, lebih tepatnya memilih untuk istirahat terlebih dahulu. Perempuan itu menggeliat, kemudian merebahkan tubuhnya ke ranjang. Namun, baru aja ia melakukan itu, pintunya dibuka oleh sang bunda yang berkata, “Kak, ada temanmu di bawah.”
Heejin mengernyitkan dahinya. Teman? Batinnya. “Siapa, Bun?” Heejin akhirnya kembali mendudukan diri.
“Laki-laki pokoknya, bukan yang biasa suka anter kamu itu—”
“Hwall?”
“Iya, beda lagi. Sana temui dulu, dia nunggu.”
Heejin pun pergi dari kamar dan menuruni tangga, ia lantas keluar rumah dan mendapati seorang lelaki yang sedang duduk sambil memegang sebuah paper bag.
“Hyunjin?”
Hyunjin, lelaki itu menoleh kemudian tersenyum.
“Ada apa?” Heejin duduk di kursi samping Hyunjin.
Hyunjin memberikan paper bag tersebut. “Ini,” ucapnya. “Kue kering bikinan nyokap gue, buat nemenin belajar.”
“Aduh!... makasih, loh… padahal nggak usah repot-repot,” kata Heejin tak enak. “Salamin ke nyokap lo, ya.”
Hyunjin mengangguk. “Gue ganggu lo, nggak?” tanya Hyunjin kemudian.
“Nggak.”
Mendapati jawaban itu Hyunjin mengangguk kembali.
“Lo nggak capek, apa?” Hyunjin kembali melontarkan pertanyaan.
“Sedikit, tapi asik, sih,” jawab Heejin santai.
Hyunjin cuman bisa menghela napas. “Inget, jangan terlalu dipaksa, nanti lo malah nggak masuk pas ujian lagi,” ujar Hyunjin mengingatkan.
Heejin langsung memberikan hormat sambil berkata, “Siap! Laksanakan, Komandan!”
Hyunjin ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR UNIVERSE || 00L
Fiksi Penggemar"Ketika empat belas insan memiliki suryanya masing-masing." ☆☆☆ Inilah kisah persahabatan dengan tawa dan air mata di masa SMA. Di balik canda dan kebersamaan mereka yang tampak sempurna, tersembunyi rahasia yang mendalam. Hal-hal yang tak terucapka...