T I G A

155 33 0
                                    

Xiyeon mengambil dua bangku lagi dan menatap Jiwon yang sedari tadi masih mematung sambil berkata, “Sini duduk!”

“Eh, iya, iya....” Jiwon tersadar dari lamunannya, ia lantas duduk di samping Xiyeon.

Xiyeon memicingkan mata dan menatap ketiga cowok itu bergantian. “Biasa aja dong ngelihatinnya, kayak yang mau nerkam aja,” sindir Xiyeon lalu tertawa.

Seketika mereka langsung kembali pada kesadaran dunia. Jiwon yang melihat itu juga langsung tersenyum kikuk. “Perkenalan diri dulu,” ucap Xiyeon kemudian, sambil mencolek lengan Jiwon.

Jiwon menatap ketiga cowok di hadapannya secara bergantian. “Gue Jiwon,” ujar Jiwon singkat.

“Anak pindahan?”

Jiwon ngangguk.

“Dari mana?”

“Jakarta.”

Cowok itu ber-oh-ria. “Gue Jaemin,” ucapnya sambil menampakkan senyum yang manis.

“Kalo saya Haechan,” kata cowok di sebelah Jaemin.

“Gue Jeno,” ujar cowok yang ada di sebelah Haechan. Jeno menoleh pada Xiyeon, lantas ia berkata, “Lo mau pesen apa? Biar sekalian gue yang beli.”

Xiyeon menepuk jidatnya. “Oh, iya, gue lupa ke kantin dulu,“ katanya, “terlalu semangat buat ngenalin Jiwon, sih….”
Xiyeon kembali menatap Jeno. “Ya, udah gue nitip, ya, Jen. Samain kayak lo aja deh,” sambung Xiyeon.

Jeno ngangguk. “Gue jajan dulu, ya, guys!” pamit Jeno lantas pergi dari rooftop ini.

“Jiwon, lo makan duluan aja,” kata Xiyeon pada Jiwon.

“Nanti aja, bareng sama lo,” ucap Jiwon tersenyum.

Xiyeon ikut tersenyum. Atensinya ia alihkan pada Jaemin dan Haechan yang khidmat memakan nasi kuning mereka. “Yang lain ke mana? Tumben belum dateng.”

“Nggak tau, bentar lagi kayaknya,” sahut Jaemin tak peduli.

“Kalian di sini, pasti sebelum istirahat, ya,” tebak Xiyeon yakin.

“Iya atuh, Neng. Kan, tadi jamkos,” jelas Haechan dengan mulut yang penuh dengan nasi kuning. “Ya, kali tidak memanfaatkan waktu dengan baik.”

“Hallo gu—“ Teriakan cewek itu terhenti saat melihat Jiwon. Sedetik, dua detik, cewek berambut panjang itu langsung berdiri tegap. “—Annyeonghaseyo, jeoneun Eunbin imnida,” katanya lalu membungkuk.

A-Annyeonghaseyo, Jiwon imnida?” sahut Jiwon spontan lalu menautkan alisnya, takut salah respon aja.

Eunbin speechless. “Lo ngerti maksud gue?” tanya Eunbin terkejut.

“Ngerti, kok?” kata Jiwon jadi bingung.

Omo!! Jinjja?!!” Eunbin menjerit.

Naon, sih?!! Omo, jinjja, omo, jinjja?!!” kesal Haechan tak mengerti. “Udah, Neng Eunbin, ambil korsi terus diuk weh!!”

(*Naon : Apa)
(*Diuk : Duduk)

Eunbin menatap masam Haechan, ia mengehentakkan kakinya dan mengambil satu kursi lalu mengambil tempat di samping Jiwon. Setelah duduk Eunbin langsung menghadapkan dirinya pada Jiwon dan berkata, “Lo serius ngerti maksud gue tadi?”

Jiwon ngangguk. “Iya, gue ngerti, kok. Artinya kayak... hallo nama saya Eunbin. Iya, kan?”

Eunbin menjerit lagi, lantas memeluk Jiwon erat. “Akhirnya ada yang satu frekuensi sama gue!!” ucap Eunbin kegirangan.

OUR UNIVERSE || 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang