T I G A S A T U

73 13 0
                                    

Mia sama Soobin lagi belajar, masih dalam pekan UTS kedua insan itu sangat getol untuk menghadapi ujian esok hari—sekaligus mata pelajaran terakhir; si keramat, Sejarah Peminatan.

Sebenernya bocoran soal udah dikasih tau oleh Jeno, Jaemin dan Haechan cuman tetap saja kalo semisal beda, kan, bahaya. Jadi, mereka harus tetap memilah mana yang mungkin keluar. Tak lupa, dibantu juga sama Seungmin. Tidak tahu kenapa, tapi hoki dia gede.

Akan tetapi, saat Mia yang sedang sibuk mencatat sambil menghafal materi, lelaki yang sedang mengemut permen loli itu hanya terfokus pada benda pipih di tangannya sambil terkekeh tidak jelas. Mia sudah melirik dan berdehem sebagai kode, tetapi Soobin tidak menggubris sama sekali.

Jujur aja Mia kesel, pasalnya Soobin yang riweuh ingin bareng ngelanjutin di rumah sama dia. Tapi Soobin nya aja gini, gimana nggak badmood?

Mia mendengus sambil menutup catatannya agak keras, tatapan tajam dia terpaku pada lelaki di sampingnya. Satu, dua, tidak ada pergerakan, posisi Soobin masih sama persis. Tidak mau lama berdiam, Mia berkata, “Lo, tuh, serius nggak, sih, Bin?”

Soobin tidak menjawab.

“Soobin?” panggil Mia. Namun, tetap tidak ada respon.

“UBIN!”

Soobin kaget, ponsel dia juga sampai jatuh. Lelaki itu menatap Mia sambil menjawab, “Apa, sih, Mia? Nggak perlu teriak gitu, elah!”

“Ya, elo dari tadi dikode, dipanggil nggak ada respon sama sekali?!” tandas Mia. “Lo lagi ngapain, sih?!”

“I-ini… s-si Felix ngelawak di grup cowok,” jawab Soobin. “Kocak!”

Lelaki itu tiba-tiba tertawa.

Mia mengerutkan kening, mengangkat satu alis dan melipat kedua tangannya di dada. Seakan perempuan itu tidak percaya dengan perkataan Soobin. Ya, kali sambil mesem-mesem juga, sih, jir? Batinnya.

Soobin memutar kedua matanya malas. “Nih, kalo—”

“Udah, udah!” potong Mia tak mau tahu. “Lo, tuh, kalo beneran coba yang serius, Bin. Kan, lo yang ngajak buat ulang dan hapalin bareng di rumah gue. Tapi malah sibuk sama hp mulu!”

“Mana besok sejarah minat pelajaran pertama, ini udah jam sembilan malem!” lanjut Mia. “Mending lo balik nggak, sih?!”

Soobin cemberut. “Lagian Abah lo juga udah izinin gue di sini sampe malem, dan rumah kita cuman beda blok doang, kan!”

“Ah! Bodo amat! Tetep aja, suara ketawa lo, tuh, ganggu!” tandas Mia.

“Iya, iya. Maafin. Ini gue hapalin dulu, nanti tes gue, ya,” pungkas Soobin sambil menyengir.

Mia menghela napas kasar. Kemudian dia kembali fokus pada catatannya dan keadaan pun menjadi hening.

Beberapa menit kemudian, Soobin yang percaya diri akan hafalan yang dia baca pun mencoba untuk mengetes diri. Ia memanggil Mia dan memberikan buku miliknya.

Belum saja Mia membacakan materi untuk dites ke Soobin, lelaki itu malah ngomong, “Lo bener nggak apa-apa pergi ke pensi tanpa gue?”

Mia menatap manik Soobin yang menatapnya dengan dalam. Ia kemudian memutar bola matanya malas dan berucap, “Ya, terus kenapa, sih? Lagian sama yang lain gue lebih aman daripada sama lo.”

Soobin berdecak. “Gue nggak enak aja gitu….”

“Apaan, sih, nyet! Nggak jelas,” cerca Mia.

“Ya, soalnya waktu itu lo jawab jutek banget mana sampe pulang nggak bersuara lagi,” jelas Soobin.

OUR UNIVERSE || 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang