Sampai di kelas, tepatnya pas sekali ketika berdiri di ambang pintu, manik Jiwon langsung bertatap dengan maniknya Xiyeon. Keduanya pun spontan tersenyum. Jiwon berlari ke mejanya dan duduk di samping Xiyeon.
“Beneran si Jaemin putus?!” Kalimat tersebut, adalah hal yang pertama dilontarkan oleh Xiyeon.
Jiwon mengangguk pasti.
“Gara-gara diselingkuhin?!” Xiyeon kembali bertanya.
Jiwon lagi-lagi menganggukkan kepalnya.
Xiyeon menganga tak percaya, bisa-bisanya manusia sebuaya Jaemin diselingkuhin seperti itu oleh perempuan. Dimana harga dirinya?
“Tapi, dia nggak kapok,” kata Jiwon. “Dia minta cewek ke Jeno, kakak kelas.”
Xiyeon berdesis. Ternyata harga dirinya masih ada juga, ya. “Dasar buaya,” gumamnya tak paham.
Seseorang berdiri di depan meja Jiwon dan Xiyeon, dengan otomatis manik mereka pun kontan menatap orang tersebut. Perempuan itu tersenyum pada Xiyeon. Xiyeon yang mengerti akan kedatangannya pun berkata, “Ada apa?”
Karina semakin melebarkan senyumannya. “Gue butuh bantuan lo,” ucap Karina, perempuan itu. “Gue tunggu sehabis pulang sekolah.”
“Kenapa nggak sekarang aja?” tanya Jiwon. Maaf, Jiwon keceplosan.
Karina menatap Jiwon dengan sinis sambil menjawab, “Bukan urusan lo.”
Teng! Tong! Mohon perhatian, bel tanda masuk telah berbunyi. Kepada seluruh siswa untuk segera masuk kelasnya masing-masing, bapak dan ibu guru akan memasuki kelas. Selamat belajar, semoga mendapat ilmu yang bermanfaat. Teng! Tong!
Karina pun langsung keluar dan anak-anak XI MIPA 3 yang masih di luar memasuki kelas. Jiwon hanya termenung memandang Xiyeon yang tertunduk. Namun, tak lama kemudian perempuan itu mendongak dan kembali menatap Jiwon dengan seulas senyuman di wajahnya yang seakan mengatakan—gue—nggak—apa-apa.
Mata pelajaran pertama berjalan dengan sangat khidmat, tidak ada yang berani mengeluarkan sepatah kata pun terkecuali jika disuruh oleh sang guru. Sebab, guru saat tadi adalah salah satu guru killer yang ada di sekolah. Bu Sowon, guru PPKn.
Empat puluh menit pun berlalu, Bu Sowon pergi meninggalkan kelas, semua anak-anak bernapas lega. Namun, ketika Jiwon akan memasuki buku PPKn-nya, manik dia menangkap Xiyeon yang tertunduk lemas. Tangan Jiwon terulur memegang Pundak Xiyeon. “Yeon, lo nggak apa-apa?”
Xiyeon menggeleng lemah. “Nggak, gue nggak apa-apa. Agak nggak enak badan aja.”
“Ke UKS, yuk?” ajak Jiwon semakin khawatir, lantaran wajahnya Xiyeon terlihat pucat.
“Nggak usah, gue udah biasa kalo abis pulang dari luar kota,” jelas Xiyeon, “pasti gini.”
Jiwon menghela napasnya. “Beneran, Yeon? Biar gue temenin,” tawar Jiwon.
Xiyeon mengangguk. “Iya, Jiwon. Gue nggak apa-apa,” ujar Xiyeon menekankan. “Lagian sekarang pelajaran Pak Baek, santailah….” Ia terkekeh kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR UNIVERSE || 00L
Fanfiction"Ketika empat belas insan memiliki suryanya masing-masing." ☆☆☆ Inilah kisah persahabatan dengan tawa dan air mata di masa SMA. Di balik canda dan kebersamaan mereka yang tampak sempurna, tersembunyi rahasia yang mendalam. Hal-hal yang tak terucapka...