L I M A B E L A S

88 21 0
                                    

Setelah bangun dari tidurnya yang hanya memakan waktu tiga jam, saat ini Jeno bergegas pergi ke kamar mandi dan kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Jeno menuruni anak tangga dan duduk di kursi meja makan, ia mengambil satu lembar roti dan mulai mengoleskan selai cokelat lalu memakannya.

Manik Jeno terus terpaku pada ponselnya, membalas pesan atau sekedar mengucapkan ‘selamat pagi’ pada cewek-ceweknya.

“Jen.”

“Apa.” Nada Jeno begitu dingin.

“Ikut makan malam sama Ayah hari ini, Ayah mau ngena—”

“Perempuan yang mana lagi?”

Donghae, Ayah Jeno itu meneguk segelas air dan menjawab, “Kamu ketemu aja, sekalian kenalan.”

Jeno bangkit sambil berkata, “Nggak bisa, Jeno ada eskul basket.”

Ayah Donghae menghela napas kasar. “Sekali doang, Jen. Mungkin perempuan ini bisa gantiin posisi—”

“Nggak ada yang bisa gantiin posisi mamah,” potong Jeno tegas. “Nggak ada kata sekali bagi Ayah, jadi cukup.”

Jeno menatap Ayah Donghae sekilas. “Jeno pamit,” ucapnya lagi dan pergi meninggalkan rumahnya tersebut.


***


“Yeon, jangan lupa, ya, sabtu ini kamu nggak boleh kemana-mana dulu,” peringat Mama Naeun.

Tersenyum ramah, Xiyeon hanya mengangguk.

Suara motor terdengar di depan rumah Xiyeon yang membuat perempuan itu langsung mengambil tasnya dan mencium pipi sang Mama sambil berkata, “Xiyeon pergi dulu, ya.”

Xiyeon lalu keluar dan menghampiri Jeno dengan senyum mekar di wajahnya.

“Pagi cantik,” sapa Jeno dengan lembut.

Bertepatan setelah kalimat itu terlontar dari mulut Jeno, senyuman Xiyeon langsung memudar. “Gue telepon Hwall ajalah…,” ucap Xiyeon tak bersemangat sambil mengeluarkan ponsel.

“EH! Jangan, dong, Yeon!” Jeno mengerucutkan bibirnya. “Ya, kali gue udah di sini malah pergi sama orang lain,” kecewa Jeno merasa paling tersakiti.

Xiyeon menahan senyuman, kemudian ia memakai helm yang dipegang oleh Jeno dan menaiki motor lelaki tersebut. “Ya, udah ayo berangkat,” pungkas Xiyeon.

Jeno kembali tersenyum, ia lantas menatap seorang wanita yang berdiri di ambang pintu dan berteriak, “DULUAN, YA, TANTE!”

***


Sambil menunggu bel masuk, sekaligus menunggu Xiyeon juga, Jiwon membaca buku novel dengan ditemani oleh lagu yang keluar dari earphone-nya. Membaca lembar demi lembar hingga salah satu earphone-nya pun dilepas oleh seseorang. Jiwon menatap orang itu, dan tersenyum.

“Lagi baca apa?” Dia langsung duduk di samping Jiwon.

“Novel terjemahan, Yeon,” jawab Jiwon dan Xiyeon mengangguk. “Bawa, kan?” tanya Jiwon kemudian.

“Nih.” Xiyeon mengeluarkan satu plastik putih kepada Jiwon.

“Makasih, ya, Yeon.” Jiwon mengambilnya lantas memberikan uang pada Xiyeon. “Maaf jadi ngerepotin gini.”

Xiyeon langsung menggeleng. “Nggak, ih! Gue dengan senang hati nerimanya,” ucap Xiyeon, “tapi—”

Jiwon langsung menatap Xiyeon.

“Sebenarnya gue sedikit direpotin, sih.”

“Maaf, Ye—”

“Harusnya lo minta bantuan ke Junkyu, biar dia yang anterin,” potong Xiyeon kemudian tertawa, membuat Jiwon langsung memukul pelan paha lawan bicaranya tersebut.

OUR UNIVERSE || 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang