D U A D U A

95 24 32
                                    

Seperti biasa, Mia mau aja menunggu Soobin untuk latihan kabaret yang akan ditampilkan ketika pensi nanti. Mia juga aneh, tetapi mau bagaimana lagi. Kata Soobin, kalo dia sama Mia ibunya nggak akan khawatir.

Namun, menurut Mia itu hanya alasan. Berdiam diri dengan ponsel di tangan bersama derasnya suara hujan yang mengenai seng genteng yang saling bersahutan sangat keras dengan suara musik yang menggema di gor ini. Mia hanya terdiam, menatap ke arah anak-anak yang sedang menari di depan sana.

“Harusnya gue, ikut jenguk Xiyeon aja daripada di sini,” gumam Mia agak menyesal.

“Woy!” Suara dari arah depannya membuyarkan lamunan Mia. “Ngelamunin apa, deh?”

Mia mengedikkan bahu.

“Hai, Kak.” Suara Arin membuat Mia langsung menoleh ke arah perempuan iti.

Mia senyum.

“Makan, Kak?” tawar Arin sambil membuka kotak bekalnya.

Mia menggeleng kecil.

“Makan, Mia.” Soobin menyuruh. “Biar pas sampe di rumah langsung tidur.”

“Nggak, mood. Kalian aja,” kata Mia sedikit jutek.

Soobin mengambil sebuah kardus kotak nasi berwarna coklat dan membukanya sambil berkata, “Ini, kan, udah dibeli pake uang gue. Di makan, kesukaan lo juga, nih, ayam geprek Bang Bambam.”

Mia menatap kotak nasi itu lantas beralih melihat Soobin. Dengan berat hati, mau tak mau Mia pun harus memakannya juga.

“Kak Mia, diajar geografi sama Bu Momo seru nggak?” tanya Arin, niatnya membuka obrolan.

“Biasa aja.”

Arin mengangguk kecil. “Tugasnya suka banyak, ya, Arin juga kadang pusing jadi sering gadang, deh…,” ujar Arin lalu terkekeh.

Tak ada respon dari Mia. Soobin memperhatikan sahabat kecil dia agak lama lalu menatap Arin. Dirasa suasana di sini agak canggung, lelaki itu pun lantas membuka suaranya, “Tapi beres, kan, tugasnya? Ya, kali nggak beres mah.”

Arin menghela napas lega. “Iya, gitu, deh, Kak. Kadang suka telat, tapi, ya, nggak apa-apa….”

“Iya, sih, Bu Momo lebih menghargai keterlambatan dibanding tugas nggak selesai sama sekali,” sahut Soobin.

“Nah, itu. Hukumannya….” Arin geleng-geleng. “…di luar nalar!”

Arin tertawa begitu pun Soobin, sedangkan Mia hanya memasang wajah datarnya.

“Kalo Kak Soobin pernah kena hukum sama Bu Momo?”

Soobin berdeham lalu menjawab, “Pernah, tapi untungnya ada Mia yang nemenin gue.”

Arin manggut-manggut. “Berarti Kak Soobin sama Kak Mia deket banget, ya?”

“Iya, kita teman semasa kecil,” jawab Soobin sambil mengangguk. “Tapi… gue nggak bisa maca—”

“Gue ke air dulu.” Mia langsung bangkit dan pergi meninggalkan mereka.


***

Jeno mengutak-atik ponselnya, sibuk membalas pesan yang ada di DM Instagram. Sambil menunggu pesanan kue untuk diberikan ke seseorang. Ia mengopi di kafe depan toko kue itu.
Selesai sudah dengan pesan-pesan bualannya, Jeno lantas menatap kosong keluar jendela. Entah apa yang dipikirkan lelaki tersebut, pikiran itu sangat acak memenuhi kepalanya ini. Masalah dengan ayahnya, tugas sekolah, kehidupan cintanya, atau bahkan… Xiyeon.

Ya, perempuan itu.

“Jen.” Jeno terbuyar, ia lantas menatap ke depan. Tanpa disangka sesosok perempuan sedang duduk sambil tersenyum pada dia.

OUR UNIVERSE || 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang