III. Warung Pecel Ayam Pak Ucup

22 10 2
                                    

Happy reading!!

---

Sesuai janji Malik, setelah Shalat magrib berjamaah, Keluarga Pak Soleh berangkat menuju warung pecel ayam dan lele yang berada di Jalan Sukasari dengan satu mobil. Ayah bertugas sebagai sopir. Di sebelahnya ada bunda yang cantik dengan daster batiknya.

Di kursi tengah di isi oleh empat manusia. Mereka adalah Bang Malik, Mas Reno, Naja, dan Justin. Mereka ditempatkan berempat karena badannya yang tipis. Di bagian belakang ada Bang Jandra, Heksa dan Chandra.

Malam minggu yang ramai membuat kendaraan di jalan Surya Kencana penuh oleh banyak kendaraan. Terutama ketika melewati perempatan Gang Aut. Namun, hal itu tidak mengurangi semangat anak-anak Soleh (Selain karena nama bapaknya semoga kelakuannya juga soleh) untuk menjemput makanan gratis dari Bang Malik.

Tentang rumor kijang innova adalah mobil keluarga cemara, sepertinya itu benar adanya. Lihatlah bagaimana keluarga Soleh Ibrahim ini. Lagu-lagu jaman dulu diputar silih berganti oleh ayah melalui radio di mobilnya. Lagu berjudul ‘Sepanjang jalan kenangan’ milik Tettily Kadi yang kini mengiringi perjalanan mereka.

Anak-anak Soleh tidak lepas dari lagu kesukaan bundanya itu. Mereka sangat hafal lagu itu. Mungkin sejak kecil mereka sudah disuguhkan lagu ini oleh bunda.  Bunda yang selalu menyanyikannya. Saat memasak, saat berjemur, saat menyetrika tidak pernah luput bunda nyanyikan. Kata bunda, “lagu ini lagunya bunda. Lagu paling romantis di seluruh dunia permusikan.”

Mereka melambai-lambaikan tangannya ke kanan-kiri menghayati lagu itu. Ditambah cahaya yang remang-remang sangat mendukung mereka seolah-olah sedang dalam suatu konser. Suara milik satu sama lain beradu indah nan harmonis. Syukurnya, mereka semua dianugerahi suara indah dari Tuhan.  Beruntunglah mereka terlahir sebagai anak-anak Soleh dan Yuni. Si pemilik suara emas.

Kehebohan kian menjadi ketika lagu tiba pada bagian chorus. Ayah, Bang Malik, Bang Jandra, Naja dan Justin menyanyikan bagian lirik yang hanya frasa  sepanjang jalan kenangan, kemudian disambungkan  oleh Bunda, Mas Reno, Heksa dan Chandra pada lirik selanjutnya. Semua itu tanpa rencana dan briefing terlebih dahulu. Semuanya mengalir apa adanya. Mungkin karena sudah terbiasa dengan lagu itu.

Sepanjang jalan kenangan,

Kita s’lalu bergandeng tangan...

Sepanjang jalan kenangan,

Kau peluk diriku mesra...

Setelah bait di atas terlewati, mereka serempak menyanyikan lirik selanjutnya secara bersama-sama. Heksa sangat menghayati lagu ini. Baginya lagu ini memang sedap didengarkan, sedap pula dinyanyikan

Hujan yang rintik-rintik,

Di awal bulan itu,

Menambah, nikmatnya malam syahdu...

Lagu selesai, mereka semua kompak bersorak dan bertepuk tangan untuk mengapresiasi diri dan satu sama lain.

Ayah memperhatikan putra-putranya yang sedang tertawa. Hangat dan bahagia hatinya melihat putra-putranya tumbuh dengan akur dan saling menyayangi.

Mobil kini terhenti di depan sebuah tempat makan kaki lima. Satu-persatu anak-anak Soleh turun secara tertib. Warung pecel ayam dan lele Pak Ucup ini sungguh ramai. Memang tidak heran, Bumbu ayam dan rasa sambalnya yang enak mampu mengikat lidah setiap penikmatnya. Ditambah sekarang malam Minggu yang membuat warung lebih ramai oleh sepasang anak muda yang makan bersama.

Keluarga Soleh kompak  memasuki warung itu yang hanya berpayung terpal. Mereka menempati  satu meja panjang tersedia untuk 10 orang, dilihat dari jumlah kursi yang mengitarinya. Mereka terus berbincang membahas hal penting hingga sangat-sangat tidak penting untuk di bahas. Walaupun begitu tapi rasanya menyenangkan.

Anak-Anak Soleh (NCT DREAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang