IV. Pagi Indah di Kebun Raya

21 10 2
                                    

Happy reading!!!

Minggu pagi, bunda, ayah dan anak-anak Soleh kecuali Reno dan Jandra pergi bersama menuju Kebun Raya Bogor. Niatnya mereka ingin lari pagi sekaligus piknik kecil-kecilan disana.

Mas Reno dan Bang Jandra juga ikut hanya saja mereka berangkat terpisah karena harus menjemput kekasih mereka dahulu. Mas Reno menjemput Winda yang tinggal di Cimanggu dan Jandra menjemput Karin di Sudirman.

Mas Reno sudah menjalin kasih dengan Winda sejak mereka duduk di bangku kelas 11. Berawal dari hubungan ketua kelas dan sekretaris hingga kini menjadi sepasang kekasih. Mas Reno yang galak, sering marah-marah, setiap bicara selalu ngegas, kesabarannya yang setipis tissue jatuh hati dengan Winda yang lemah lembut dan ayu. Beruntung sekali Mas Reno dan kasihan sekali Winda. Mba Winda sing sabar ya...

Kalau Bang Jandra, dia itu redflag, buaya cap kakap. Jauh-jauh deh kalian para wanita. Bahkan pertama kali pacaran itu sejak ia masih kelas 4 sekolah dasar. Sudah belasan gadis yang ia pacari. Tapi jujur saja, Bang Jandra memang se-tampan itu. Tak heran bila para perempuan mengejar-ngejar untuk menjadi kekasihnya. Seperti terkena karma, Bang Jandra yang dulu selalu dikejar-kejar cewek, saat kelas 12 akhir, dia justru jatuh hati dan bergantian mengejar seseorang gadis.

Jandra jatuh hati pada gadis itu hanya karena gadis itu yang mendeliknya tajam ketika Jandra tersenyum, berbeda dengan gadis lain selalu terpikat saat melihat eyes smile-nya.

Saat mengetahui Jandra menyukai seorang gadis, sontak membuat heboh siswi-siswi di SMA Satu Bangsa. Mereka tidak menyangka bahwa gebetan bersamanya menyukai seorang gadis. Bahkan saat itu sekolah yang sedan sibuk persiapan ujian menjadi ricuh karena para siswi sangat penasaran terkait siapa gadis yang berhasil mendapat hati Jandra.

Perjuangan Jandra tidak sia-sia setelah berjuang selama satu tahun, gadis itu akhirnya luluh juga.

Dari anak-anak Soleh yang lain, Bang Jandra ini yang dibilang cukup nakal. Saat SMP beberapa kali ayah dan bunda di panggil pihak sekolah akibat kasus tawuran Jandra. Belum lagi kasus merokok. Sudah berapa banyak surat panggilan orang tua atas atas nama El Jandra Pamungkas.

Kalau dibilang marah, tentu bunda dan ayah marah melihat tingkah laku putra ke-tiga nya. Tapi ayah tahu saat itu Jandra masih mencari jati dirinya, masih krisis indentitas, dan masih penasaran akan hal-hal baru yang tidak sadar membawa Jandra ke dalam lingkaran kenakalan remaja.

Saat itu bunda selalu merasa sedih, karena gagal dalam memberikan pola didik kepada anaknya. Tapi ayah selalu menenangkan bunda. Ayah selalu bilang, "itu wajar bun, anak kita masih remaja. Masih penasaran dengan dunia luar. Ayah dulu juga begitu. Bunda gak gagal mendidik anak-anak kita kok, kita perbaiki lagi aja pola didik kita, ya. Biar nanti tidak akan terulang kembali pada Heksa, Naja, Chandra dan Justin."

Sebenarnya justru ayah yang merasa gagal, karena dirinya yang sibuk mengurus toko kelontong miliknya. Karena saat itu ayah baru membuka toko kelontong itu, setelah memutuskan untuk berhenti sebagai pegawai toko elektronik. Sehingga membutuhkan banyak perhatian agar toko kelontongnya bisa berkembang.

Untung saja Heksa, Naja, Chandra, dan Justin tumbuh dengan baik tanpa terlibat kenakalan remaja yang berarti. Itu semua tentu berkat bunda, ayah, Bang Malik dan Bang Reno yang saat itu sudah dewasa beranjak dewasa. Membantu bunda dan ayah memantau pertumbuhan Heksa, Naja, Chandra, dan Justin. Apalagi Mas Reno yang galaknya mengalahkan induk ayam.

Sesampainya disana, mereka melihat sudah ada Jandra dan Karin yang sedang menunggu. Mereka menghampiri sepasang kekasih itu yang melambai ke arah kami.

"Mas Reno sama Mba Winda belum datang?" tanya Justin.

"Belum, masih di jalan kayaknya," balas Jandra.

Anak-Anak Soleh (NCT DREAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang